Delapan

32K 1.8K 230
                                    

BRAAKK..

Sabrina yang tengah bersantai di ruangan tengah tersentak kaget saat mendengar suara pintu terbuka dengan keras. Begitupun dengan Gevan yang tampak sibuk mengetik dengan laptop nya, sama-sama mengangkat kepala menatap siapa si pelaku pembuat keributan tersebut.

Sarbina dan Gevan saling pandang satu sama lain, lalu kembali menatap seorang gadis berseragam SMA tampak cuek membanting tas dan melepas sepatu secara asal. Dengan kesal Sabrina meraih majalah yang ada di atas meja dan melemparkan nya ke arah anak nya itu.

Bruukk

Majalah itu tepat mengenai kepala Kintan. Membuat gadis itu menggeram dan mengumpat kasar.

"Arghh!! Anjing sakit!!" Kintan menggeram dan memegangi kepala nya.

"Ngomong apa kamu?!" Sabrina melotot ke arah Kintan, yang justru menatap nya kesal.

"Ck, mama apaan sih?! Sakit tau kepala aku!! Pakai segala di timpuk! Emang gak sakit apa kena majalah segini tebal nya!" Kintan bersuara kesal sembari kembali melemparkan majalah itu ke arah Sabrina.

Sabrina baru saja akan membalas saat Gevan bersuara. "Udah-udah! Kenapa jadi pada main lempar-lempar majalah sih? Kamu juga Tan, pulang sekolah tu bukan nya salam, malah ngebanting pintu!! Udah berapa kali ni pintu rumah jebol gara-gara kamu bantingin hah?!" Dia labtas menatap putri semata wayang nya itu.

Kintan mendesah dan merebahkan tubuh nya di sofa, mengabaikan omelan papa nya itu.

"Baru juga pintu." Gumam Kintan yang langsung di hadiahi pukulan oleh Sabrina di lengan gadis itu.

"Ngejawab mulu!" Germa Sabrina.

"Aaww!! Mama sakit!!" Kintan berteriak saat pukulan mama nya itu tepat mengenai memar di lengan nya.

"Alah lebay! Gitu doang sakit!!" Balas Sabrian santai.

Kintan berdecak dan menggeram kesal, lantas memegangi lengan nya yang tampak membiru. Gevan yang menyadari itu lantas menarik tangan putri nya itu, dan memperhatikan memar di sana.

"Ini kenapa? Kok bisa biru begitu?" Tanya Gevan sarat akan kekhawatiran.

"Biru? Perasaan pelan deh tadi." Sabrina ikut bersuara, dan berpindah duduk menatap lengan Kintan. "Kamu berantem?" Tanya nya.

Kintan meringis saat Gevan menekan memar tersebut. "Enggak. Ini tu tadi---gara-gara ngedobrak pintu."

Gevan dan sabrina saling pandang satu sama lain. Lantas Sabrina mendorong kepala Kintan hingga membentur sofa empuk itu.

"Gak puas sama pintu rumah sekarang pintu sekolah juga ikut kamu jebol?! Ya ampun Kintan!! Kelakuam udah kayak preman!!" Dia menjerit frustasi.

Bayangkan saja, selama ini pintu di rumah sudah begitu banyak rusak hanya karna di bantingi oleh Kintan, jika gadis itu kesal maka pintu akan menjadi korban nya.

"Iihh!!! Siapa yang ngejebol pintu sekolah? Mama pikir aku gak punya otak apa? Emang mama yang doyan ngebogemin orang!! Mendingan aku kali ngebogem pintu!!" Balas Kintan tak kalah nyolot.

"Bener! Mama kamu ni sadis!! Papa aja mendetita fisik tau gak! Di pukulin terus sama dia dulu." Gevan ikut nimbrung.

"Iya kan pa? Mangka nya papa mending cari istri baru deh! Jangan yang ini! Ka---"

"Terus aja! Terus!! Uang jajan lo gue potong habis ini!!" Desis Sabrina, menatap penuh kegeraman pada Kintan.

Kintan justru tertawa melihat raut kesal mama nya itu. Jika mama nya sudah menggunakan bahasa lo gue berarti itu sudah mode emosi. "Cie baper! Baper!" dia lantas mencolek-colek dagu Sabrina, menggoda wanita itu.

[2Z Series 1] OBSESSION LOVE (END) (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang