Au-VERO || Suddenly Remember The Past

317 50 62
                                    

Halo! Akhirnya update juga nih Au-VERO!

Di bab 6 ini semoga kalian enjoy bacanya ya😍

Di Author Note ada bonus2 juga, jgn dilewatin okey? Jgn lupa juga bacanya sambil denger lagu di mulmed biar berasa🌚👌🏻

Oke nih aku punya gif mas Jimin.

Jangan lupa vote sebelum baca😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote sebelum baca😘

.

.

.

.

.

Jimin bilang dia akan meneleponku. Benar, Jimin melakukannya.

Aku senang, karena Jimin sudah mulai menepati janjinya. Awalnya aku mengira Jimin tidak akan begitu karena aku pernah ditinggal pergi oleh Jimin tanpa kabar selama 3 minggu.

Hal itu membuat rasa sukaku pada Jimin memudar. Tapi aku tahu, Jimin pasti pandai untuk mengembalikan semuanya. Buktinya, saat Jimin menelepon, dia mulai membicarakan tentang pernikahan kami.

Dia juga mengatakan akan lebih sabar lagi menungguku. Waktu 3 bulan yang aku janjikan mungkin terlalu lama untuk Jimin, tapi pria itu berusaha sesabar mungkin demi mendapatkan hatiku.

Aku mulai berasumsi niat Jimin untuk menikahiku tulus. Perlahan, ia mulai membuka dirinya untukku. Namun aku harus tetap waspada. Aku tidak ingin jatuh lagi seperti yang sudah-sudah. Aku tidak ingin terlihat lemah lagi di depan Jimin. Aku harus berusaha untuk terbiasa ketika melihatnya tersenyum. Karena itu adalah salah satu kelemahan terbesarku padanya.

Hari ini aku bertemu dengan Profesor Han lagi. Bahkan aku sudah di dalam ruangannya selama dua jam ini. Dia harus memeriksa skripsiku lagi agar semuanya berjalan dengan sempurna sampai hari wisudaku.

"Anak bungsuku akan menikah."

Aku terperanjat. Profesor Han tiba-tiba mengungkapkan hal itu. Dengan cepat, mataku melihat ke arahnya. "Be-benarkah? Dia sudah menghubungi Anda?"

Aku melihat Profesor Han mengangguk lesu. "Sudah. Tadi malam. Dia tiba-tiba meneleponku, menanyakan kabarku, dan langsung mengatakan bahwa ia sudah melamar seorang gadis."

Napasku tertahan mendengar penjelasan Profesor Han. Bagaimana bisa anaknya menghubungi Ibunya hanya untuk memberitahu bahwa ia akan menikah?

"Ak-aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa, Profesor," jawabku jujur. Aku lega karena akhirnya aku tidak jadi dijodohkan dengan anak bungsu Profesor Han. Bukannya aku tidak mau, rasanya aneh saja jika seorang dosen pembimbingmu menjadi Ibu mertuamu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya aku nanti.

Au-VERO | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang