Au-VERO || Star, Flower, and Game.

277 43 62
                                    

Au-VERO bab 15 update! 💜

Dengarin juga lagu yg di mulmed ya, cocok banget untuk bab ini💜

Maaf, di bab ini banyak typo krna aku belum sempet ngedit dan mungkin kurang ngefeel untuk kalian, tp semoga bisa enjoy ya kalian bacanya💜

Jangan lupa vote sebelum baca, makasih😍💜

Jangan lupa vote sebelum baca, makasih😍💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Tanpa terasa, hubunganku dengan Taewon sudah menginjak satu bulan.

Ini sebenarnya waktu yang singkat, tapi aku merasa waktu sebulan terasa berjalan sangat lambat. Tidak seperti saat aku bersama Jimin. Dia menungguku selama tiga bulan dan itu terasa sangat cepat. Tapi setelahnya, Jimin lantas pergi tanpa berbicara apa-apa.

Masih ingat? Dia seakan menghindari kontak denganku, dia juga tidak ingin menghubungiku, keberadaanku seperti tidak penting bagi Jimin.

Sekarang dia kembali, sementara hatiku sudah pulih. Hatiku sudah memiliki penyembuhnya, dan penyembuh itu yang selalu berada di sisiku selama sepuluh tahun.

Aku masih tidak menyangka Jimin mengancamku dengan membawa nama Taewon di dalam masalah kami berdua. Maksudku, apa tidak cukup baginya untuk menyakitiku saja? Tidak perlu menyeret Taewon lebih jauh.

Aku kasihan pada kekasihku itu, dia tidak tahu apa-apa, dia hanya berusaha membantuku untuk melupakan pria berengsek yang selalu memberi harapan palsu, kenapa Jimin mengatakan Taewon akan melukaiku? Dan aku bahkan akan merasakan sakit yang lebih parah dari ini.

Itu benar-benar tidak masuk akal, 'kan?

Ketulusan yang Taewon berikan justru membuatku percaya padanya. Terlebih, dia tidak pernah pergi dari sisiku, dia juga tidak pernah mengkhianatiku.

Apa sebenarnya Jimin itu sudah tidak waras?

"Auree-ya," panggil Taewon tiba-tiba. Suara beratnya membuatku terperanjat dan melupakan apa yang sedang aku lamunkan tadi.

Kepalaku pun langsung menoleh padanya. "Ada apa? Kenapa wajahmu begitu? Tidak enak dipandang."

Bagaimana tidak? Dia memanggilku dengan suara lembut namun terdengar pasrah itu lalu duduk di sampingku dan menghela napas kasarnya, apalagi ekspresi yang murung itu, rasanya ingin kutarik kedua sudut di bibirnya agar ia tersenyum.

Mendengar kalimatku barusan dan seakan paham dengan isi hatiku, Taewon pun menarik bibirnya ke atas. Berusaha menunjukkan senyuman paling indah ke hadapanku.

"Kau memang paling tahu kalau ada yang sedang menganggu hatiku," ungkapnya kemudian menoleh ke samping-tepat ke arahku. "Aku harus meninggalkanmu beberapa hari."

Au-VERO | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang