#1

498 21 0
                                    

Namaku Go Ara. Aku adalah mahasiswa baru jurusan Hubungan Internasional. Hari pertama masuk kuliah tidak berjalan dengan baik. Mungkin karena penampilanku hari ini terlihat begitu mengerikan. Datang dengan perban di kepala bekas operasi setelah kecelakaan membuatku terlihat buruk. Walaupun aku sudah menggunakan topi untuk menutupinya, tapi tetap saja teman sekelasku melihat dengan tatapan penuh tanya.

Hanya ada satu perempuan yang berani berkenalan denganku. Dialah Yoon Haneul yang akhirnya menjadi sahabatku sampai saat ini.

Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran teman-teman perempuan dikelas tentangku. Sebenarnya aku juga tidak terlalu memusingkan hal itu. Karena sepertinya aku tidak membutuhkan mereka. Yoon Haneul selalu berada bersama denganku selama pengenalan kampus, dan kurasa itu sudah lebih dari cukup.

Tiga hari yang benar-benar membosankan. Hanya duduk dan mendengarkan orang berbicara dari pagi sampai sore. Membuat badanku sakit. Untungnya ini hari terakhir. Eh, tunggu. Hari terakhir? Berarti kami akan berjalan mengitari unit kegiatan mahasiswa? Sepertinya akan menarik.

Benar dugaanku, hari terakhir ini membuatku lebih bersemangat mengikuti serangkaian acara. Pertunjukan para mahasiswa anggota UKM sangat memanjakan mata.

Setelah berjalan mengelilingi kampung koboy, sebutan untuk lingkungan unit seni, aku dan Haneul memutuskan pergi ke kantin dan tidak melanjutkan perjalanan. Karena sisanya hanya unit kegiatan yang membosankan menurut kami.

"Ara-ya, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Sebenarnya aku ingin menanyakan ini dari awal, tapi aku menahannya. Dan sekarang aku sudah tidak tahan."

"Apa? Tentang perbanku ini?"

"Wah, daebak. Kau bisa membaca pikiranku? Waaaah. Iya, aku ingin menanyakan hal itu. Apakah kau jadi korban tawuran antar pelajar? Itu yang ku dengar dari mereka."

"Mereka siapa? Para perempuan dikelas? Apakah aku terlihat seperti anak yang suka tawuran?"

Haneul memperhatikanku dari atas hingga bawah dengan seksama. Lalu mengangkat alis dan pundaknya bersamaan, "Sedikit."

"Hya!! Tck. Aku kira kau berbeda dengan mereka."

"Tentu saja aku berbeda. Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku menceritakan kepadanya kejadian dua bulan yang lalu. Tentang kecelakaan motor yang menimpaku karena menghindari orang tua dengan sepedanya yang akan menyeberang. Haneul menyimak ceritaku dengan wajah sangat serius dan sesekali mengangguk.

Sebenarnya aku bukanlah perempuan yang tomboi. Aku cukup feminin. Aku pandai menari tradisional, bernyanyi, dan bermain gitar. Aku suka hal-hal yang berbau perempuan. Aku suka memakai rok dan dress. Tapi karena harus menggunduli rambutku sebelum operasi, mau tidak mau akhirnya aku merubah gaya berpakaianku sesuai dengan rambut pendek ini. Rambut yang sangat pendek.

Sesungguhnya aku bersyukur dengan kejadian itu. Style baru ini menyelamatkanku dari para lelaki hidung belang. Mereka tidak akan menggodaku saat harus pulang larut malam. Karena aku pernah 'ditawar' oleh lelaki saat menunggu taksi sepulang dari acara prom night. Saat itu ingin sekali aku menghajarnya. Tapi dia keburu lari saat melihat mataku yang membulat sempurna dan menatapnya dengan tajam.

* * *

Kegiatanku sekarang sama dengan mahasiswa baru pada umumnya. Jadwal kuliah yang padat dari pagi hingga sore. Tetapi anehnya para mahasiswi di kelasku tetap saja memperlakukannku seperti ketua gangster. Menatapku dengan rasa takut. Sebenarnya aku menikmatinya, ini menyenangkan. Untungnya hal itu tidak berlaku untuk kaum adam di kelasku. Hanya saja karena potongan rambutku yang seperti ini, mereka hampir tidak pernah memperlakukanku seperti wanita. Aku jarang diberi tempat duduk yang nyaman karena menurut mereka lebih baik memberikan tempat duduknya untuk Haneul daripada kepadaku. Memaksa membagi makanan atau minuman yang kupegang, tertawa sambil memukul lenganku tanpa ragu, dan itu menyebalkan. Sakit. Memang saat melihatku pertama kali, kebanyakan orang akan memberikan kesan yang sama. Jahat dan angkuh. Tapi setelah mengenalku lebih dalam mereka akan mengerti, betapa hangatnya hati yang kumiliki. 

Setelah jam kuliah selesai, aku dan Haneul lebih sering menonton pertandingan basket di lapangan kampus daripada langsung pulang seperti yang lain. Kami memiliki kesamaan. Suka melihat area terbuka, dimana langit terlihat sangat luas. 

Saat kami sedang duduk di rumput sambil meminum es green tea, ada beberapa orang yang menghampiri dan memberikan selebaran. Isinya tentang pendaftaran anggota baru untuk unit kegiatan mahasiswa. Pendaftaran dibuka minggu depan.

"Haneul, kau mau ikut UKM apa?"

"Entahlah, belum ada yang menarik perhatianku. Tidak ada UKM kecantikan?"

Aku langsung menoleh dan menyentil keningnya. Dia meringis kesakitan sambil mengusapnya. Haneul memang perempuan yang cantik dan imut. Banyak lelaki yang berusaha mendekatinya. Tapi dia seakan tak pernah menghiraukannya.

"Sepertinya aku akan ikut Fotografi? Bagaimana menurutmu?"

"Okay, aku juga akan ikut." Kata Haneul dengan santai tanpa menoleh ke arahku.

"Wae?"

"Ya kemanapun kamu pergi aku ikut. Siapa yang mau berteman denganmu di awal masuk nanti? Kau pasti akan kesepian tanpaku." Jawabnya sambil menoleh dan mengedipkan sebelah matanya.

"Haneul, kau tidak menyukaiku kan?" Tanyaku dengan wajah curiga.

"Aku menyukaimu." Jawabnya dengan senyum menggoda dan mencoba mendekat padaku dengan pelan. Tiba-tiba, pletak. Jari kecilnya sukses mendarat dengan kasar di keningku.

"Pabo! Para pemain basket itu terlihat lebih menggairahkan daripada dirimu Go Ara-ssi. Ayo kita pergi dari sini. Aku lapar." Sambil berdiri dan menarik tanganku.

Yoon Haneul wanita manis yang selalu mengekor kemanapun aku pergi. Aku bersyukur dia ada bersamaku selama ini. Walaupun kadang dia terdengar sangat berisik dengan suaranya yang lebih mirip dengan kaleng kosong yang ditarik di jalanan berbatu. Setidaknya dia akan berteriak minta kursi untukku juga saat para lelaki itu enggan memberikannya kepadaku. Alasannya sederhana, karena aku juga seorang perempuan.

Terimakasih Yoon Haneul.

* * *

"ARA-YA!!!" Suara melengking yang kukenal berhasil memecahkan keheningan di parkiran kampus.

"Kenapa kau selalu berteriak di pagi hari Haneul-ah?"

"Aku akan ikut UKM musik?"

"Wae? Kenapa tiba-tiba kau mau masuk UKM musik?"

"Aku tadi sempat berjalan melewati kampung koboy, lalu didalam UKM musik ada seseorang yang sangat tampan. Awalnya kipikir dia adalah malaikat penunggu UKM. Tapi setelah tersenyum kepadaku, aku baru menyadari bahwa dia adalah seseorang yang dikirim Tuhan untukku. Aku akan mendaftar kesana. Kau juga harus ikut. Kau kan pandai bermain gitar dan suaramu bagus."

"Andwe. Aku akan mendaftar club fotografi."

"Ayolah Ara-yaaa." Rengeknya sambil bergelayutan manja di lenganku.

"Andwe." Jawabku sambil terus berjalan menuju kelas pagi ini.

Haneul melepaskan tangannya dan mengerucutkan bibirnya mendengarkan penolakanku.

"Geure, gwaenchana. Aku akan tetap mendaftarkan namamu bersamaku." Katanya sambil tersenyum dan berlari kecil kemudian menggandeng tanganku.

"Hya, Haneul-ah! Waaaah, jinjja."

Seperti biasa, tidak ada yang bisa menghentikannya. Setan sekalipun. Dan sekarang aku disini, berakhir dengan mendaftar dua unit kegiatan mahasiswa. Jangan ditanya tentang club fotografi, karena dia juga mendaftarkan dirinya disana. Sungguh, dia benar-benar punya tenaga yang seakan tak pernah habis.

Why It's Always You (Min Yoongi) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang