# 24

64 7 2
                                    

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, akhir minggu ini aku dan Haneul akan pergi ke pantai. Tentu bukan hanya kami berdua, Jimin tidak akan membiarkan aku dan Haneul pergi sendiri. Haneul juga mengatakan akan mengajak beberapa orang yang lain agar semakin seru. Buatku tidak masalah, bukankah memang tujuannya adalah untuk bersenang-senang dan membuang semua permasalahan yang sedang kita hadapi.

Semua bekal telah siap, karena kita berencana untuk menginap satu malam. Makanan, camilan, minuman dingin, dan jangan lupakan baju ganti. Karena tidak mungkin aku tidak akan basah mengingat bagaimana Haneul. Kami berangkat pagi-pagi sekali. Aku dan Jimin berangkat lebih awal, karena Haneul akan berangkat dengan teman-temannya yang lain.

Sesampainya di pantai, aku dan Jimin mendirikan tenda untuk menyimpan bahan makanan dan keperluan yang lainnya. Sambil menunggu yang lain datang, aku menggelar tikar dan menikmati pemandangan bersama Jimin dengan ditemani sekaleng soda. Pantai yang sepi dengan sedikit pengunjung adalah tempat yang tepat untuk menyegarkan pikiran.

Aroma laut dan suara deburan ombak adalah salah satu hal yang sangat menenangkan. Tak ada kata, tak ada alunan musik, aku tidak butuh itu. Kami berdua terhipnotis dengan apa yang ada sekarang. Hembusan angin menerbangkan rambutku yang kubiarkan terutai. Suara gesekan daun yang dibelai angin menjadi pelengkap pagiku kali ini.

"Apakah kau suka?"

"Hm?"

"Apakah kau menyukainya?"

"Heem, aku suka. Semua yang ada disini aku suka. Termasuk kamu. Terimakasih Jimin-ah."

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya."

"Terimakasih juga untukmu."

"Kenapa?"

"Terimakasih sudah mempercayaiku."

Aku hanya tersenyum dan menyandarkan kepalaku di pundaknya.

Tak lama dari adegan romantis ini, suara lengkingan tak asing terdengar dari jauh. Siapa lagi kalau bukan teriakan Haneul. Dia berlari sambil berteriak dan melambaikan tangannya. Aku berdiri dan siap untuk menyambutnya. Ia datang dengan beberapa orang, sepertinya aku mengenal mereka.

"Ara-ya."

"Oh, Taehyung-ah, kau ikut? Waah, malam ini pasti akan sangat kacau." 

"Apa maksudmu dengan kacau?" Dengan wajahnya yang sungguh menggemaskan dan aku hanya bisa tertawa sambil mengapit kedua pipinya dengan satu tanganku.

"Terimakasih sudah mau bergabung."

"Sama-sama. Aku juga datang dengan yang lain. Tidak apa-apa kan?"

"Tentu saja, semakin banyak maka akan semakin seru. Lalu mana yang lain?"

"Mereka sedang menurunkan genzet dan barang-barang yang lain."

Aku dan Haneul memilih berjalan menyusuri pantai sementara yang lain sedang mempersiapkan keperluannya.

"Ara-ya, apakah kau bahagia bersama Jimin?"

"Hm? Tentu saja. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Haneul hanya tersenyum dan menggeleng. "Maaf aku tidak ada saat kau membutuhkanku. Seharusnya aku ada saat Kim Seokjin sialan itu sedang mempermainkanmu. Jika saat itu aku yang melihatnya, ku pastikan dia tidak akan bisa keluar dengan wajah tampannya selama dua minggu."

"Jadi kau mengakui kalau dia tampan?"

"Iya . . . Dia memang tampan. Tapi untuk apa tampan jika sifatnya tak setampan wajahnya?"

"Bagaimana dengan Yoongi?"

Aku menoleh pada Haneul dan menghentikan langkahku. Haneul juga melihatku dan memberikan tatapan 'kenapa'. Aku menatap ke laut, menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar.

Why It's Always You (Min Yoongi) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang