# 11

86 5 2
                                    

"Ara-ya, apakah aku bisa minta segelas air hangat?"

"Og? Oke, tunggu sebentar."

Aku sedikit berlari menuju dapur untuk mengambil segelas air hangat. Kuberikan padanya, ia pun segera meminum setengahnya.

"Ada apa Yoongi-ya?"

"Perutku rasanya penuh."

"Sudah kubilang, kau tidak harus memakan semuanya. Apalagi tadi kopi satu gelas kau habiskan dalam keadaan perut kosong. Itu tidak baik untukmu." Omelku.

"Aku sudah biasa seperti itu." Sambil bersandar dan merebahkan kepalanya di sandaran sofa.

"Ya jangan dibiasakan. Akan ku ambilkan kompres untuk perutmu. Tunggu disini."

Aku berjalan menuju kotak obat. Mengambil kompres untuk kemudian diisi air panas setelah itu kuberikan kepadanya. Lalu kembali ke dapur untuk membuat teh jahe. Sesekali aku melihat ke arah Yoongi, tapi dia tidak terlihat. Sepertinya sudah merebahkan tubuhnya kembali.

Aku tak habis pikir, apa yang kebanyakan orang pikirkan tentang meminum kopi di pagi hari dalam keadaan perut kosong. Bukankah perut akan terasa sebah setelahnya? Itu yang terjadi padaku. Mungkin setiap orang punya ketahanan tubuh yang berbeda.

Aku kembali ke ruang tengah dengan secangkir teh jahe hangat dan antasida. Siapa tahu dia membutuhkannya.

"Duduklah dan minum tehnya selagi hangat."

"Gumawo Ara-ya."

Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama ketika dia meminum teh jahe itu. Kulit putih pucat dengan bibir tipis merah muda. Mata mungil dengan pipi cubit-able. Wajah dingin menyebalkan yang sering kurindukan itu sekarang terlihat begitu lembut. Cenderung lemah dengan sedikit sunggingan di ujung bibir dengan nyeri tertahan.

Dia meletakkan gelas di atas meja dan menempelkan kembali kompres di perutnya. Kembali merebahkan tubuh dan kepalanya di sandaran sofa. Menikmati setiap nyeri yang tercipta dari gas berlebihan di lambungnya.

"Minum lagi tehnya. Kau juga bisa meminum obat ini jika butuh. Aku biasanya juga meminumnya saat perutku sudah terasa sebah."

"Apakah kau juga punya masalah dengan lambungmu?"

"Iya, kadang-kadang. Jika sudah makan pedas berlebihan. Tapi aku tidak seperti dirimu, tetap saja meminum kopi dengan perut kosong. Padahal sudah tahu jika punya masalah dengan lambung."

"Apakah kau marah padaku?"

"Ani. Kenapa aku harus marah?"

"Baru saja kau terdengar seperti sedang mengomeli seseorang."

"Aah, miane. Aku sudah terlahir dengan cetakan seperti ini. Maaf kalau terdengar seperti sedang memarahimu. Aku hanya tidak suka melihatmu sakit, karena seperti ikut merasakannya."

"Ani, gwaenchana. Aku suka saat kau mengomel seperti itu. Seperti ada yang peduli padaku."

Aku menatap matanya saat ia berbicara, berusaha mencari kebohongan disana. Tapi tidak kutemukan. Aku berusaha untuk tidak menanggapi kata-katanya, yang kulakukan hanya menyodorkan antasida ke dalam mulutnya. Sementara dia tersenyum setelah sedikit terkejut dengan apa yang kulakukan.

* * * * *

"ARA-YA!!!"

Siapa lagi yang bisa berteriak di depan umum jika bukan Haneul. Aku terus melangkah tidak mengindahkan panggilannya. Lalu tiba-tiba dia sudah sedikit loncat dan bergelayutan di tanganku seperti biasa.

Why It's Always You (Min Yoongi) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang