#10

65 4 0
                                    

Sebenarnya aku tidak ingin perjalanan ini berakhir. Apalagi berakhir di rumahku, lagi.

Mobil Yoongi berhenti tepat di depan gerbang, dimana motorku sudah terparkir rapi. Rasanya berat sekali kaki ini untuk melangkah keluar.

"Gumawo, Yoongi-ya.  Maaf aku merepotkanmu lagi kali ini." Kataku sambil terus menunduk. Terus terang aku tidak berani memandang wajahnya. Khawatir keran air mata kembali terbuka.

Aku mengambil tas yang ku letakkan di bawah dan bersiap turun setelah membuka pintu. Tapi tangan Yoongi tiba-tiba menahanku.

"Apakah kau tidak mau menawariku mampir untuk sekedar minum kopi? Aku juga melewatkan sarapanku."

"Og? Ah, i-iya. Apakah kau mau mampir dulu? Akan ku buatkan kopi dan sarapan untukmu."

"Baiklah, jika kau memaksa." Jawabnya sambil tersenyum sangat manis.

Memaksa? Kapan aku memaksanya? Bukankah dia yang menawarkan dirinya sendiri?

Sungguh, apa yang sebenarnya sedang ia rencanakan. Apakah dia sengaja membuatku seperti ini? Berada diantara diinginkan dan tidak. Apakah dia ingin mempermainkanku disaat sudah mengetahui apa yang aku rasakan. Apakah dia tipe lelaki seperti itu? Apakah aku belum benar-benar mengenalnya?

Banyak sekali pertanyaan di kepalaku.

"Kau akan terus berada disini? Tidak mempersilahkan aku masuk?"

"Ah, ne. Miane. Aku akan membuka gerbangnya."

*

Lelaki pucat itu sudah duduk manis di ruang tengah. Dia duduk di sofa panjang berwarna tosca di depan televisi. Tempat kesayanganku. Kubiarkan dia disana, agar aku tetap bisa mengawasinya. Ruang tengah terhubung langsung dengan ruang makan dan dapur, tak ada sekat. Jika di ruang tamu, aku tidak akan bisa melihat gerak-geriknya.

Sebenarnya aku hanya ingin terus melihat wajahnya, walaupun agak sulit jika dilihat dari dapur. Karena yang tampak hanya bagian belakang kepalanya saja.

Ku letakkan secangkir kopi panas di meja. Lalu aku duduk di sofa yang sama dan menghadap ke arahnya. Aku sendiri bingung harus bersikap bagaimana. Aku duduk dengan tidak nyaman. Yoongi melihatku. Mata kami bertemu untuk beberapa saat. Kemudian aku memutuskan beranjak dan kembali ke dapur.

"Kau biasanya sarapan apa? Roti, sereal, atau nasi?"

"Apa saja, aku bisa makan apa saja."

"Katakan salah satu. Jika kau bilang apa saja, maka akan kuberikan semua padamu."

Dia memutar seluruh badannya menghadap ke dapur. Lalu meletakkan lengannya di sandaran sofa dan menumpu dagunya.

"Maka berikan semua padaku."

"Yoongi, serius. Jangan membuatku bingung."

"Aku serius. Berikan semua padaku. Aku akan memakan apapun yang kau buat untukku."

Masih tidak mengerti apa yang diinginkannya. Aku hanya berdiri di depan meja dapur sambil memandangnya yang masih setia tersenyum dengan posisi itu.

Lalu kulanjutkan berkutat di dapur membuatkan sarapan untuk seorang Min Yoongi dan berakhir dengan nampan berisi roti panggang dengan selai kacang, cereal coklat dengan susu full cream, dan sepiring nasi goreng lengkap dengan telur gulungnya. Bukankah dia bilang akan memakan apapun yang aku buat?

Aku berjalan ke tempat Yoongi duduk dan meletakkan hasil karyaku dihadapannya.

Dia hanya tersenyum melihat nampan yang penuh dengan makanan. Lalu mengangguk-anggukkan kepala.

Why It's Always You (Min Yoongi) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang