Extra: Insiden Ditolak

98 16 4
                                    

Sore itu sesosok lelaki berambut curly berdiri mematung di pinggir lapangan sekolah, jiwanya terbang entah kemana- lenyap begitu saja ketika penolakan cintanya yang secara tidak langsung itu keluar dari mulut gebetannya tadi.

"Toni?"

Suara rendah itu tidak digubrisnya sama sekali, ia hanya tersenyum pahit sambil mengenang kembali ketika [Y/N] menolaknya dan kabur darinya.

"Kamu nangis?"

Lagi-lagi, diacuhkan ketika tanpa sadar ternyata air matanya keluar, yah, patah hati memang pedih. Entah itu laki-laki maupun perempuan, sedikit banyak pasti merasakan rasa sesak di dada ketika ditolak seperti itu- atau Toni saja yang terlalu lebay.

"ADUH-"

Spontan lelaki itu mendongak dan memegang pipinya yang ditampar begitu saja oleh seseorang di hadapannya yang mengajaknya berbicara dari tadi.

"Ah, kupikir kamu kemasukan apa"

Kata lelaki di depannya yang tanpa rasa bersalah sudah menggamparnya.

"Ke-ketua kalo mau nampar orang kira-kira dong! Pipi mulusku yang masih polos jadi ternoda merah gini kan- ADUH-"

Andre dengan sengaja malah mencubit kedua pipi Toni yang memang sengaja minta dianiaya.

"Kamu ya, udah bolos pelajaran, masih berani marahin Ketua OSIS"

Toni terperanjat, baru teringat bahwa bel masuk kelas sudah berbunyi kira-kira setengah jam yang lalu. Dan mendadak pucat ketika ia ingat ada ujian Fisika yang ia lewatkan-

"Aduh, bagaimana ini- ketua... aku- ada ujian-"

Sontak dia menarik rambutnya, panik.

"Ya itu kan masalahmu"

Jawab Andre datar kemudian berbalik, niatnya mau meninggalkan lapangan sebelum lengannya ditarik- atau digelayuti Toni.

"Aaah~ tolong bantu aku, Ketua..."

Dan puppy eyes itu dipasang, namun Toni tidak tampak seperti anak anjing yang lucu di mata Andre, malah lebih mirip gorilla. Lagipula, dimana ada anjing yang bergelayutan erat seperti itu.

"Hah... baiklah. Ayo janken"

Kata Andre akhirnya. Bukan, dia bukannya kena pengaruh gorilla eyes Toni, tapi karena ide licik tiba-tiba terlintas di pikirannya.

"Kesepakatannya gimana?"

Tanya Toni yang terpancing.

"Kalau kamu menang, aku buatkan surat ijin bahwa kamu nggak ikut pelajaran karena ada tugas dari OSIS, jadi bisa ikut ujian susulan"

Mata Toni langsung berbinar dan mengangguk setuju, tanpa mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari Andre.

Jadilah, mereka janken tiga kali, dengan kemenangan telak di tangan Andre tentunya.

"Karena kamu kalah, kamu harus jadi babu ku selama seminggu"

Toni hanya menganga, masih tak percaya ia telah dikalahkan tiga ronde berturut-turut tanpa menang satu kali pun.

"T-terus, ujianku?"

"Ah, aku akan tetap membuatkanmu surat ijin. Tenang saja"

Kata Andre sambil menaikkan kacamatanya. Yah, walau ia kalah janken pun- yang ia percaya bahwa kemungkinan dia kalah adalah satu banding sejuta, Toni akan tetap menjadi babunya, karena ia akan menuntut soal kejujuran- bahwa dia membuatkan surat ijin sesuai dengan kebenaran yang terjadi, yang berarti Toni tetap akan disuruhnya membantu di ruang OSIS selama jam pelajaran Fisika berlangsung.

"B-bisa ya Ketua menyalahgunakan jabatan gitu?"

"Menyalahgunakan apanya? Ayo sekarang kita ke ruang OSIS, masih banyak laporan yang belum dikerjakan"

Kata Andre sambil lanjut berjalan, Toni hanya mengekornya dengan lesu- piket aja mager apalagi mengerjakan laporan.

"Tungg-"

Kalimat Toni tertahan ketika kakinya tersandung semen di pinggiran lapangan, dan Andre auto menoleh- menangkapnya agar tidak terjatuh.

Dan interaksi antar dua adam itu tetap berlanjut tanpa memperdulikan gadis berambut bergelombang dengan tahi lalat di bawah matanya yang sibuk mencari sudut yang pas untuk mengabadikan momen absurd mereka berdua.

NOW YOU SEE ME [Female!Reader insert]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang