"R-Ryuu.."
"Apa?"
"Ng-nggak apa nih, kita dilihatin banyak orang gini?"
"Namanya juga mall rame. Daripada dilihatin security hayo"
"Y-ya iya sih"
Aku memainkan ujung jaketku, berjalan sambil menunduk karena tidak berani menatap orang-orang yang mungkin salah paham mengira kami adalah sepasang kekasih.
Hari itu kami berdua resmi pergi ke mall. Padahal aku berharap Ryuu lupa akan janjiku dan rencananya aku ingin maraton anime- ah hidup memang tidak adil untuk wibu yang ingin bermalas-malasan di hari libur sepertiku.
Tapi, baidewei, ini kenapa orang-orang jadi lihatin aku dan Ryuu sambil bisik-bisik tak lupa senyum gaje ya? Duh, aku jadi tambah nggak pede nih. Udah jadi orang biasa-biasa aja, muka polos karena memang nggak pernah sekali pun pake makeup, baju cuma pake kaos, jeans, dan jaket- yang sungguh sangat wibu, ditambah pake kacamata pula. Lengkap sudah aura kewibuanku.
Aku mendelik ke arah Ryuu yang pasang tampang bodo amat, tapi glowing, shining shimmering splendid kayak muka oppa koriya. Kaos putih polos dan jeans hitam, ditambah sepatu kets hitam putih. Padahal cuma simpel, tapi yah mau nggak mau aku juga mengakui kalo Ryuu yang pake jadinya keren.
"Ryuu?"
Bisikku untuk mengalihkan aku yang tiba-tiba keringat dingin karena jadi pusat perhatian- walau yang diperhatiin si Ryuu sih, tapi kan aku berjalan di sampingnya.
"Apa?"
Tanyanya sambil tetap jalan.
"Itu.. manusia?"
Tanyaku asal sambil nunjuk ke mbak-mbak yang membagikan brosur di dekat eskalator.
"Iyalah. Mana mungkin kan kamu juga bisa lihat gituan secara tiba-tiba"
Jawab Ryuu tanpa menoleh ke arah yang ku tunjuk.
"Y-ya siapa tau kan.. kebanyakan kumpul sama Feli aku jadi ikutan"
"Ikutan wibu iya"
Jawabnya asal sambil naik eskalator.
"Ih kok gitu sih. Wibu itu nggak nular tau. Itu emang panggilan jiwa aja"
Protesku sambil mengekornya. Aku bersyukur dalam hati, karena bullyan Ryuu, aku jadi tidak setegang tadi saat pertama masuk mall.
"Iya iya"
Dan akhirnya sampai juga kami di stand penjual sticky mango. Setelah aku memesan, aku pun duduk berhadapan dengan Ryuu.
"Jadi, ehm.. Ryuu.."
"Apa? Dari tadi basa basi mulu deh perasaan"
"A-aku bingung mau cerita ini apa enggak. Kalo nggak cerita rasanya nggak enak. Lagian kan cuma kamu yang tau soal ini-"
"Iya buruan"
"Ish.. ya.. jadi, Ryuu.. kemarin, temen kamu si Toni itu nembak aku"
Jeda.
"Bagus dong. Ada yang mau sama kamu"
"...tapi aku tolak"
Jeda lagi. Tumben amat Ryuu menjawabku lumayan lama.
"Sok jual mahal dih. Jual murah aja belum tentu ada yang mau-"
Dan tanganku refleks menabok Ryuu.
"HEH. NGGAK ADA YANG LAIN BUATKU SELAIN BANG LEVI TAU"
Pengunjung mall yang sedang duduk di sekitar kami dan beberapa yang sedang berjalan pun sampai berhenti mendengar teriakanku. Ryuu sendiri mengerjap beberapa kali.
"Untung kamu wibu ya"
Gumamnya sambil menutupi mulutnya dengan tangan, mencoba menahan agar tidak mentertawaiku.
Aku langsung duduk dengan muka memanas. Ugh, pasti mukaku sudah memerah sekarang.
"Terus kenapa kamu malah cerita ke aku?"
Tanya Ryuu akhirnya setelah gelak tawanya mereda.
"Y-ya kan aku kenal Toni dari kamu. Biar kamu nggak usah nanya-nanya ke dia aja. Yah.. tau sendiri kan kalo orang abis ditolak terus ditanya-tanyain itu gimana"
Ryuu hanya menatapku datar, kemudian beralih menatap keluar jendela mall. Dan aku tiba-tiba memekik ketika tangan Ryuu mencengkeram tanganku.
"Ah- maaf. Aku kira tadi manusia"
"Hah?"
Aku spontan menoleh ke arah yang dilihat Ryuu. Tidak ada apa-apa kecuali pemandangan gedung di seberang mall. Berarti yang Ryuu lihat itu 'mereka' ya...
"Lihat apaan emang?"
"Nggak. Bukan apa-apa. Cuma residual energi"
"Hah? Apaan lagi tuh?"
Aku berpikir keras, walau Ryuu dan Feli sama-sama anak indigo dan mengundang tanya, tapi penjelasan dari Ryuu membutuhkan tenaga ekstra untuk memikirkan maksud perkataannya. Karena istilah yang dipakai terlalu bahasa tingkat dewa.
"Udah lupain. Nanti kalo aku cerita, terus dia malah ngikutin kamu pulang gimana?"
Tanya Ryuu sambil menyendok mangga ke mulutnya.
"Kan ada kamu, hehe"
Ryuu melihat ke mangga di depannya, kemudian memutar matanya.
"Untung ditraktir.."
Gumamnya yang dikira aku nggak dengar.
"Itu tadi rekaman gedung itu. Yang nunjukin kalo disana pernah ada kejadian orang lompat dari balkon. Bunuh diri lah. Kukira tadi manusia asli, ternyata cuma rekaman itu tadi. Karena habis lompat, dia hilang, terus muncul lagi di balkon, terus lompat lagi"
Aku auto merinding mendengar penjelasan Ryuu. Dan langsung teringat pelajaran agama, bahwa bunuh diri termasuk dosa besar.
"Jadi.. dia nggak bakal bisa 'tenang' gitu?"
"Yep. Dia bakal ngulangin cara dia bunuh diri terus sampe disana nanti. Yah, udah konsekuensi sih"
Aku hanya manggut-manggut. Dari berteman dengan orang-orang seperti Feli dan Ryuu, aku jadi bisa belajar hal-hal seperti ini. Apapun masalah yang bakal aku alami nanti, amit-amit lah, aku nggak bakal mau mengakhiri hidupku sendiri. Karena tenyata masalah yang dialami nggak bakal hilang setelah mati kan, malah nambah lagi.
"Abis ini Ryuu mau kemana?"
Tanyaku setelah makanan Ryuu habis. Jangan sampe dia bilang mau nambah ya.
"Mau balik. Kamu sendiri?"
"M-mau pulang juga"
Akhirnya aku bisa bersantai dengan Babang Levi di rumah-
"Oke, yuk ke rumahmu"
Eh? Loh?
KAMU SEDANG MEMBACA
NOW YOU SEE ME [Female!Reader insert]
ParanormalBukan film sulap. Apa kalian punya teman indigo? Kalian sebagai manusia biasa, yang kalau di game WW perannya adalah "warga", bagaimana rasanya memiliki teman "spesial" yang dapat berkomunikasi dengan "mereka"? "Katanya kalo sering main sama anak in...