Chapter 2 *Rubah Biru*

26 7 0
                                    


Menunjukkan jam pulang sekolah, dan bel pulang berdering adalah dua hal kebahagiaan murid murid disini. Begitu pula dengan Ayla, dia keluar dari kelas dengan hati yang senang. Ayla berjalan keluar dari gedung sekolah menuju halaman sekolah dan menuju bagian yang ayla tidak suka. Seragam dikeluarkan, lagi main basket, jaket dilempar lempar dan perempuan perempuan alay teriak gak jelas. Sudah sewajarnya hal itu terjadi di sekolah, namun tidak sepantasnya murid terpelajar bersikap seenak seperti itu. Walaupun sudah di luar jam sekolah, namun mereka masih berada di sekolah yang berarti aturan bersekolah masih tetap berlaku.

Ayla pernah diberi petuah oleh ayahnya "kalau kamu mau seperti bunda, jadilah pribadi yang taat kepada aturan. Kamu tau, tentara tentara anti sekali dengan melanggar aturan karena mereka yakin, aturan itu dibuat untuk dipatuh. Apalagi dengan perintah, sekalipun itu merenggut nyawa mereka, mereka tetap melakukannya. Akhirnya mereka menjadi pribadi yang kuat, tanpa membebani orang lain. Jadi, kamu kamu gak boleh tuh melawan perintah abi sama bunda ya. Omongan orang tua itu gak akan bikin kamu tersesat kok," Itulah yang Ayla ingat, Ayla sangat beruntung memiliki kedua orang tua yang pengertian dan sangat sayang pada dirinya.

Saat memasuki halaman sekolah, Ayla segera menelpon Revo untuk menjemput Ayla. "Halo mas revo. Ayla udah pulang nih, tolong jemput ya mas," Ucap Ayla.

Revo pun membalasnya, "Kan memang tugas mas mengantar dan menjemput non ay," Ucap Revo yang sedang sibuk menyetir. "--jadi non ay gak bilang juga, mas Revo sudah otw," Tambah Revo.

Ayla hanya tertawa. Menertawakan dirinya yang terlalu bodoh. "Hahahaha, iya yah. Mas Revo kan digaji buat nganter Ayla ya. Bodohnya diriku."

"Yasudah, tutup dulu ya non. Mas lagi nyetir nih, kalo kecelakaan gimana? Nanti non ay nangis kejer lagi," Gurau Revo ke Ayla sambil tertawa kecil.

Ayla pun ikut tertawa. "Hahaha mana ada. Yaudah hati hati di jalan ya mas," Ayla memutuskan sambungan teleponnya. Kemudian Ayla mencari tempat duduk agar ia tidak pegal menunggu Revo.

Beberapa menit kemudian, belum ada tanda tanda Revo sampai di sekolah. Ayla bosan karena sekolah semakin sepi. Hanya ada beberapa anak olahraga yang sedang bermain basket dan anak OSIS yang sedang rapat. Sebenarnya Ayla ingin melihat olahraga basket tersebut, apalagi yang namanya cogan basket, udah pasti punya fan club yang isinya perempuan perempuan centil.

Namun keinginan Ayla untuk melihat anak basket beraksi harus ditunda dulu. Sebab ada sosok makhluk menyebalkan sedang melakukan permainan itu dengan sok kerennya. Ya, orangnya sudah pasti Chandra. Chandra adalah ketua tim basket itu, jadi tak heran Ayla tidak sudi melihat makhluk itu melakukan teknik basket, bisa bisa Ayla muntah melihat sisi sok kerennya makhluk itu.

Ayla merasa permainan tersebut sudah selesai, karena seluruh anak basket saling "tos tos-an" dan meninggalkan lapangan. Ayla cemberut karena hari sudah mulai sore dan Revo belum juga datang. Ayla menundukkan kepalanya malas merasa hari ini adalah hari paling lelah. Bagaimana tidak lelah coba, Ayla seharian mengumpat, mengomel, bergumam tidak jelas, mengeluh, beradu omong dengan Chandra dan masih banyak lagi.

Ayla mengangkat kepalanya pelan dan tiba tiba hadir pusing. Ayla mengambil botol minum berisi air putih di dalam tas dan meminumnya. Setidaknya ia merasa lebih baik setelah minum. Ayla menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan memejamkan matanya.

Namun ada suara makhluk paling menyebalkan yang membuyarkan kenikmatan Ayla dan terpaksa Ayla membuka matanya. "Kenapa belum pulang?" Tanya Chandra yang masih berkeringat sambil menggendong tas pundaknya.

"Bukan urusan lo," Jawab jutek Ayla ke Chandra.

Chandra hanya cengengesan mendengar jawaban jutek dari Ayla. Bagi Chandra, mendengar umpatan dari Ayla ke dirinya merupakan hiburan yang menggemaskan untuknya. Chandra mengambil kursi yang lain untuk dirinya duduk.

An Amazing MallandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang