chapter 6 : lumos

1.8K 263 110
                                    

Lumos
(n) The Wand-Lighting Charm. Is a charm that illuminates the tip of the caster's wand, allowing the caster to see in the dark.

.

.

.

Dapur terasa sangat sepi. Hanya terdengar ritme napas yang teratur dari dua insan yang saling berhadapan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dua cangkir teh menjadi saksi diamnya mereka. Helaan napas, hal itu sajalah yang dapat dilakukan oleh Seulgi sambil sesekali meraba perutnya. Rasa tak percaya masih menggumul di pikirannya. Rasa tak percaya akan adanya kehidupan yang baru ia ketahui beberapa saat lalu di dalam perutnya. Sementara Chanyeol hanya memandang cangkir teh di hadapannya sambil bolak-balik mengalihkan pandangannya pada wanita yang membisu di hadapannya.

Hari sudah menjelang sore dan teh di cangkir mereka sudah beranjak dingin sedari tadi namun sama sekali belum ada yang angkat bicara atau melakukan gerakan lain.

Chanyeol memberanikan membuka suara untuk pertama kalinya, "Sudah berapa lama?" matanya beralih pandang melihat perut Seulgi yang terhalang meja.

Seulgi mengedikkan bahunya, "Entahlah, bila menghitung dari terakhir kali aku menstruasi mungkin sudah masuk dua bulan."

"Dua bulan?" Chanyeol mendelik mengetahuinya, "dan kau baru merasakannya sekarang? Kau gila." cerocos Chanyeol seperti beo.

Seulgi kini ikut mendelik, "Mana aku tahu, bila sekarang aku sedang hamil. Semua gejalanya timbul hampir secara bersamaan hari ini." Bantah Seulgi dengan kesal.

Lalu semuanya sepi kembali.

Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut mereka. Sunyi kembali melanda kedua insan itu.

"Kau bilang tadi dua bulan, kan?" tanya Chanyeol memastikan. Seulgi mengangguk mengiyakan, "Apa kau tak meminum kontrasepsi?" tanya Chanyeol.

"Tidak," istrinya menggelengkan kepala, "aku kira kau pasti melakukannya dengan hati hati," tambah Seulgi lemas.

Chanyeol menghela napas, "Ceroboh," ia merutuki dirinya sendiri, "lalu kau mau apakan janin itu?" Ia menatap Seulgi lekat-lekat.

Seulgi mengerutkan dahinya, "Entahlah," Seulgi mengubur wajahnya di meja, "aku masih ada kontrak sampai tiga bulan ke depan," ujarnya lemas.

Chanyeol menatapnya kembali. Kini tatapannya berubah sangat serius. Dia menatap Seulgi kemudian beralih pada perutnya. Seulgi. Perutnya. Seulgi lagi.

Saat itu juga Seulgi langsung menggelengkan kepalanya sekencang-kencangnya, "Tidak, itu tidak mungkin!"

"Aku hanya memberikan usulan," balas Chanyeol.

"Usulanmu tidak lucu," Seulgi membalas ketus, "aku memang kadang-kadang tak bermoral, tapi aborsi itu perbuatan keji."

"Aku hanya memberi saran."

"Aku mau mempertahankan janin ini," jawab Seulgi.

Chanyeol menatapnya, "Itu urusanmu," ujar Chanyeol santai.

"Apa maksudmu 'itu urusanmu'?"

"Itu kan ada di perutmu, ya itu urusanmu," balas Chanyeol sangat santai seperti sedang membicarakan harga satu ramen bukannya nasib bayi yang ada di kandungan istrinya.

Seulgi melotot mendengarnya, "Urusanku?" tanyanya tak percaya, "kau juga ikut andil dari kejadian ini!"

"Kau yakin itu anakku?" Chanyeol bertanya dengan suara datar sambil menatap cangkir yang sudah kosong tanpa isi di hadapannya.

DEPORTATION [CHANSEUL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang