Gadis itu memberanikan diri melangkah menuju bangsal perawatan. Tangannya mendekap ransel berisi kaos untuk ganti, botol air minum, dan sebungkus nasi rames untuk berjaga-jaga seandainya kekasihnya belum makan karena dia tahu kekasihnya itu sering lupa makan kalau sedang sibuk, dan kali ini kesibukannya berlipat.
Dicarinya petunjuk di antara kain korden yang bergerak-gerak digelitik angin.
"Jadi Bapak mengerti, kan? Bahwa semuanya ini demi kebaikan bersama. Demi anak-anak dan cucu-cucu Bapak kelak," sebuah suara berat menahannya melangkah lebih lanjut. Ada sesuatu pada nada suara yang mendesak itu yang membuat area belakang lehernya meremang.
Itu sebuah ancaman, pikir gadis itu.
"Yang perlu dilakukan Bapak cuma tinggal tanda tangan saja," lanjut suara itu.
Sekarang gadis itu bimbang, perlukah dia melapor? Tapi pada siapa?
"Maya!" sebuah suara memanggilnya dari belakang.
"Tio? Kupikir kamu sedang menunggui Pak Yono, korban kasus itu?" gadis yang dipanggil Maya itu bingung.
"Mumpung bapak itu tidur, aku ke kampus dulu mengurus izin absensi. Aku sudah mendapat surat peringatan kalau sampai absen lagi semester ini jadi ... Tunggu! Siapa itu?" Tio mendadak gusar, mengabaikan tangan gadisnya yang terulur, dan melangkah menuju lelaki bersuara berat yang tadi didengar oleh Maya.
"Bapak siapa?!" ujar Tio yang lebih terdengar seperti teguran ketus daripada pertanyaan maupun sapaan. "Siapa yang memberi izin Bapak menengok Pak Yono? Apa Bapak keluarganya atau dari bagian dari petugas?"
Lelaki itu tidak segera berbalik, seperti mengumpulkan amunisi sejenak sebelum bertatapan dengan anak muda yang sedang marah di belakangnya.
"Saya Ruddy Prasojo," kata lelaki berumur tiga puluhan dengan tenang, sangat tenang dia melepas kacamatanya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabatan.
Tio menatap pias wajah di hadapannya, benaknya seperti memutar kembali saat seorang pemuda berkulit gelap menyelamatkannya dari sebuah kota yang rusuh, seseorang yang mengisi tempat kakak laki-laki baginya, lalu dia tersentak, kata-kata seperti menghambur lepas dari mulutnya, "Mas Ruddy?"
YOU ARE READING
Butterflies in My Stomach
Short StoryButterflies in My Stomach adalah kumpulan cerita mini (flash fiction) yang ditulis untuk meramaikan Raws Festival dari @RawsCommunity asuhan bunda @AryNilandari Baca kisah-kisahnya dan rasakan sensasi kupu-kupu beterbangan di perutmu!