13

177 22 9
                                    

"Ini kenapa pada rebahan semua..."

Pas Nara masuk, ada Ten, Jihoon, Jungwoo, bahkan Yuta yang sedang rebahan di atas karpet.

"Aslinya gua juga rebahan tadi." Kata Woojin yang masuk belakangan dan ikut bergabung lagi dengan saudaranya yang lain.

"Bang Yuta tumben mampir?" Tanya Nara.

"Gak boleh gitu gua mampir?" Tanya Yuta balik.

"Ya boleh sih... kaget aja. Cuma yang sering dateng kan emang bang Ten ama bang Jungwoo doang. Malah bang Ten udah nganggep ini kayak rumahnya sendiri." Jelas Nara cukup panjang.

"Akhir-akhir ini kerjaan jaraknya lebih deket ke rumah kalian sih pas pulang, makanya gua mampir aja sekalian ngecek keadaan." Ungkap Ten.

"Wow, berbobot juga jawabannya." Komentar Jungwoo.

"Plis woo? Gua kakak lu."

Seketika satu ruangan terkikik dengan interaksi dari Ten dan juga Jungwoo. Tapi yang dikatakan Ten memang benar, ayahnya memang juga menyuruhnya untuk mengecek keadaan si kembar tiga secara berkala. Gak hanya ortu dari Ten dan Jungwoo, tapi sepupunya yang lain juga diperintahkan demikian. Tapi tetap aja yang emang sering mantau itu Ten, Jungwoo, dan Yuta karena yang lain agak jauh tempatnya.

"Dah yak mau istirahat." Tukas Nara dan beranjak jalan menuju kamarnya.

"Nanti turun lagi! Makan malem otw soalnya!" Teriak Yuta.

"Iya!"

Nara langsung menutup pintunya, tapi seketika ditahan oleh Woojin.

"Aw."

"Eh maap gatau kalo lu ikutin gua ke sini." Setelah Woojin dipersilahkan masuk, pintu kamar Nara ia tutup.

"Kunci aja." Titah Woojin. Ya Nara nurut aja karena emang mau bahas sesuatu yang penting. Jihoon lagi-lagi gak boleh dilibatkan karena masih lomba, mereka gak mau fokusnya Jihoon terbagi.

"Gimana?"

"Apaan?"

"Perasaan lu. We talk about your feeling lately, sis."

"Oh... emang gak bisa boong ya gua di depan lu jin." Nara tersenyum tipis. "Mau jadi psikolog apa gimana lu?" Lanjut Nara.

"Mau ambil bisnis aja, biar bisa kayak ayah." Ucap Woojin. "Ah malah emo gini kan suasananya, skiiiip. Jadi, gimana hari ini?" Tanya Woojin.

"Gak enak... capek banget. Gua juga gak mau berprasangka buruk juga..."

"Yaudah istirahat aja nanti habis makan malem." Woojin menyarankan.

"Boleh makan di kamar gak? Lagi mau sendiri aja..."

"Hmm... yaudah gini aja. Lu pura-pura tidur, habis itu ntar gua bawain makanan lu ke kamar. Biar yang lain gak curiga juga kan? Kalo alasannya lu udah tidur pasti masuk akal buat gua bawain makanan ke kamar lu." Jelas Woojin begitu panjang.

"Ajaran siapa sih lu gini amat?" Nara terheran-heran dengan adik kembarnya yang satu ini.

"Ya lu lah? Lu kan kakak gua???"

"Yaudah sana keluar, gua mau pura-pura tidur."

Nara langsung saja merebahkan dirinya ke kasur sementara Woojin beranjak keluar dari kamar kakaknya itu. Pikiran Nara tentu tidak diam. Ia berusaha menghilangkan pikiran negatif yang mendatangi dirinya di kala menyendiri.

"Semoga aja emang cuma prasangka buruk doang, gak jadi kenyataan." Gumamnya sambil menenggelamkan kepalanya dengan selimut yang ada di dekatnya.

"Gak mungkin... kan ya? Aarghh!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

°˖✧ Kelas 11 | Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang