Eps. 17

937 86 0
                                    

Lia duduk di samping Lino yang sudah duduk di sisi ranjang dengan tangan terkepal, Lia mengelus tangan Lino yang mengeras.

"Selingkuh sama adik gue sendiri Li?"

"Selingkuh?"

Lino menatap tajam Lia dengan mata kucingnya.

"Ya, di taman gue liat Jisung nyium kening lo, apa itu namanya bukan selingkuh?"

"Lino kamu salah paham aku bisa jelasin semuanya"

"Ga perlu Li"

"Lino jangan kaya gini, aku bisa jelasin semuanya tapi kamu jangan marah dulu sama aku"

Lia semakin mengeratkan genggamannya di tangan Lino.

"Ga perlu! Baru aja tadi pagi gue lembut sama lo Li tapi sekarang? Lo bikin gue marah lagi"

"Lino, aku bisa jelasin kalo itu semua salah Lin, Jisung it-"

Lia terkejut ketika Lino menepis tangannya lalu bangkit dan berdiri di hadapan Lia membuat Lia ikut berdiri.

"Gue ada di sana Li! Gue liat dan gue percaya apa yang gue liat!"

"Kamu disana? Apa kamu denger apa yang kita obrolin? Engga kan?!"

"Gue mau pulang!"

Lino berjalan kearah pintu tetapi Lia meghadangnya dengan cara berdiri di hadapan Lino dan mengunci pintu kamarnya.

"Engga! kamu ga boleh pulang, dengerin dulu penjelasan aku"

"Lia, gue gamau berdebat sama lo"

"Aku calon istri kamu Lin jadi kamu berhak denger penjelasan aku!"

Lino hilang kesabaran, Lia benar-benar menguji kemarahannya.

Brak

Lia memejamkan matanya, takut dan kaget.

Kedua tangan Lino memukul pintu di belakang Lia, dengan pelan Lia membuka matanya dan langsung berhadapan dengam wajah Lino yang sangat dekat.

"Cepat jelasin dengan kaya gini"

"Lin tapi i-ini terlalu dekat"

Lino semakin mendekatkan wajahnya bahkan ujung hidung mereka bersentuhan.

"Cepat Lia!"

"Iya"

Lia menarik nafasnya lalu membuangnya dengan pelan membuat Lino memejamkan matanya karena hembusan nafas Lia yang sangat hangat.

"Jisung bilang, dia cinta sama aku tapi itu semua ga penting karna aku milih kamu Lin dan Jisung di-dia milih untuk mundur dan ngebiarin aku sama kamu..."

"... dah gitu aja dan masalah di cium kening aku it-itu di-dia cuma mau aja, lagi juga hanya kening Lin mungkin itu yang terakhir kalinya"

Lino yang sedari tadi memejamkan matanya karena hembusan nafas Lia perlahan membuka matanya dan menatap mata Lia.

"Dia bilang dia cinta sama lo?"

Kali ini Lia yang menutup matanya ketika hembusan nafas Lino menerpa wajahnya lalu dia membuka matanya lagi.

"Iya Lin, tapi aku mohon jangan marah sama dia yang penting kan dia udah mundur"

"Kenapa lo ga nolak pas Jisung cium lo?"

"Gimana aku mau nolak itu mendadak dan aku kaget"

"Alesan!"

Brak

"Aww Lino sakit"

Lino tidak peduli dengan Lia, dia semakin mencengkram kuat kedua tangan Lia dan menaruhnya di atas pintu.

"Lino sakit hiks..."

Lia sekarang tidak bisa berontak kedua kakinya diinjak oleh Lino.

"Lino jangan di injak sak-mmpph"

Lino mencium bibir Lia dengan kasar dan rakus dapat Lia rasakan bibir bawahnya sobek karena di gigit Lino, dia sangat ingin berontak tetapi dia tidak bisa.

Lia merasakan ciuman Lino melembut dan kakinya sudah tidak di injak juga kedua tangannya yang di tuntun untuk mengalung di lehernya, Lino melepaskan ciumannya.

"Lia lo milik gue jangan jadi pelacur Lia, gaboleh ada yang nyentuh lo, ngerti?"

Lia sibuk untuk mengambil nafas, Lino benar-benar membuatnya mati perlahan.

"Ngerti?"

"I-iya Lino ngerti dan maaf"

Lino tersenyum sangat manis dan tampan, tangan kanan yang sesari tadi di pinggang Lia sekarang berada di bibir bawah Lia.

"Apa sakit?"

Lia mengangguk sedari tadi Lia merasakan darah di bibirnya.

"Maaf"

"Iya gapapa, aku tahu kamu lagi emosi"

Lia di buat bingung oleh Lino, dia bisa lembut juga kasar di waktu yang sama.

"Kakinya sakit?"

Lia mengangguk lagi.

Lino tersenyum lalu memeluk Lia membuat Lia terkejut.

"Jangan mau di sentuh orang Lia, kalau aku liat aku bisa hukum kamu lebih dari ini, ngerti?"

Lia mengeratkan pelukannya kepada Lino lalu menangis dalam diam dan mengangguk.

Lino melepaskan pelukannya, mengusap air mata Lia dan mencium kedua mata Lia yang mengeluarkan air mata lalu turun menuju bibir lembut Lia, di sela ciumannya Lino tersenyum senang karena Lia membalasnya.

Lia menggebuk-gebuk dada Lino, pertanda ia ingin bernafas dan Lino mengabulkannya. Di saat Lia sedang sibuk dengan nafasnya Lino menggendong Lia dan menjatuhkannya di ranjang.

"Lino kamu mau ngapain ih berat awasss"

"Let's play!"
.
.
.
.
.
Bersambung...

Not Bad 'Lee Minho'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang