Eps. 5

322 32 1
                                    

Ryujin dan Changbin sudah sampai di rumah, Ryujin memperhatikan Changbin yang sedang berusaha membuka gembok di pagarnya dan setelah terbuka Changbin kembali menggandeng tangan Ryujin untuk masuk.

Ryujin sedari tadi berusaha melawan degup jantungnya sendiri, bahkan dari pagar menuju pintu utama mereka berjalan beriringan dengan tangan yang masih menyatu.

"Nah ini rumah saya, capek ga?"

Ryujin menggeleng lalu melihat tangannya yang sudah tidak di genggam Changbin lagi, karena Changbin sedang mengambil sesuatu di saku celananya, kunci.

"Ayo masuk"

Changbin membuka pintu utama tersebut dengan lebar sontak Ryujin berdecak kagum dengan rumah Changbin.

"Coach tinggal sendiri? Di rumah besar kaya gini?"

Tanpa sadar Ryujin melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam dengan mata yang berbinar, meninggalkan Changbin yang tersenyum kecil.

"Iyaa kenapa?"

"Gapapa, Coach keren hehe"

Ryujin membalikan tubuhnya dan harus terkejut ketika Changbin tepat di belakangnya, sangat dekat.

"Kalau kita sedang tidak latihan jangan panggil Coach"

"La-lalu?"

"Panggil nama saja atau Oppa atau apalah asal jangan itu"

Ryujin menunduk, dia meresa kedua pipinya memanas.

"Ryujin kenapa kamu tadi nangis?"

Ryujin mengangkat kepalanya, melihat wajah Changbin yang datar namun masih tampan di waktu bersamaan.

"Baik kalau kamu belum siapa cerita tidak masalah"

Changbin pergi mendahului Ryujin.

"Emmm kak"

Changbin berhenti, dia kembali tersenyum lalu membalikan tubuhnya untuk menatap Ryujin yang berdiri di sana dengan kedua tangan yang saling menyatu.

"Kenapa? Kamu mau tidur disini?"

Ryujin menggeleng.

"Yaudah ayo ikut saya, saya kasih tahu kamar kamu"

Ryujin mengangguk lalu berjalan ke arah Changbin dan berdiri di sampingnya.

"Kak? Sepertinya gamasalah, aku suka"

Ryujin sedikit mendongak untuk melihat wajah Chamgbin lalu tersenyum.

"Ayo"

Mereka berjalan menaiki anak tangga satu per satu, lumayan banyak anak tangga di rumah Changbin membuat Ryujin sedikit pegal dan capek.

"Nah ini kamar tamunya di sebelah kamar saya"

Ryujin mengatur nafasnya lalu mengangguk.

"Kamu capek ya? Maaf yaa rumahnya emang gini bikin capek itung-itung olahraga"

"Gapapa kok kak"

"Yudah sana masuk, saya besok kerja pagi"

"Kakak kerja?"

"Iya"

"Jam berapa?"

"Jam 9 saya sudah bangun"

"Hemmm oke kak selamat tidur"

Changbin tersenyum sebagai jawaban lalu pergi meninggalkan Ryujin yang masih berdiri di depan pintu.

Setelah memastikan Changbin masuk kedalam kamarnya, Ryujin ikut masuk ke dalam kamar tamu.

"Wahhhh gede banget..."

"... ini mah kak Changbin orang kaya hehehe"

Ryujin duduk di ranjang yang empuk, senyum di wajahnya tak pernah pudar mengingat betapa baiknya Changbin kepadanya, tetapi senyum itu semakin lama semakin pudar.

"Mamah hiks..."

Ryujin duduk di lantai, memeluk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya untuk meredakan isakannya, takut Changbin terganggu.

"Mamah hiks..."

"Papah jahat hikss... Mamah dimana? hiks..."

Setelah dirinya pulang dari latihan, Ryujin membuka pintu rumah sederhananya tetapi sepi dan kosong, tidak ada Mamahnya.

Ryujin mencari kesana kemari sampai ia bertanya kepada tetangga dan betapa terkejutnya Ryujin bahwa Mamah di bawa oleh Papah. Ia sangat yakin bahwa Mamah di bawa Papah untuk di jual di sebuah bar tetapi Ryujin tidak tahu dimana bar tersebut.

"Lagi-lagi aku hiks... gagal jagain Mamah"

Ryujin mengusap air matanya lalu naik ke atas ranjang, dia tidak mau menangis terus-terusan seperti ini, sebelum tidur Ryujin berdoa untuk keselamatan Ibunya.

Tanpa Ryujin sadari, sedari tadi ada Changbin di depan pintu dengan membawa susu putih di tangan kekarnya.

Bukan Changbin ingin menguping, dia ingin memberikan susu kepada Ryujinz tetapi ia urungkan niatnya karna mendengar Ryujin kembali menangis.

"Ryu sebenarnya kenapa?"
.
.
.
.
.
Bersambung...

Coach 'Seo Changbin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang