Eps. 23

285 18 0
                                    

Changbin berjalan dengan air mata yang berderai, kakinya lemas, tenggorokannya sakit karena berteriak selama 2 jam, telapak tangannya sakit karena di suntik obat penenang oleh Woojin, dan lebih parahnya hatinya sakit.

Dengan kaki yang lemas karena baru sadar dari pingsannya, Changbin membuka pintu ruangan jenazah membuat Changbin tersenyum getir melihat 2 ranjang rumah sakit yang bodohnya diatas sana terbaring dua wanita yang sangat damai.

Changbin menghampiri Mamah, menciumi seluruh wajahnya termasuk bibir Mamah, Changbin tidak menangis lagi dan dia sudah tidak menyalahkan dirinya lagi lalu Changbin memeluk Mamah.

"Mah maafin Changbin karena gagal jagain Mamah, aku nyesel Mah, aku nyesel banget ninggalin kalian..."

"... ini semua salah aku, ini semua rencana aku, aku bodoh, Mamah boleh datengin aku dan marahin aku nanti malam, oke?"

Diluar sana teman-teman Changbin maupun Ryujin menangis dalam diam, bahkan ada Woojin disana, mereka tidak pernah melihat Changbin yang rapuh, mereka hanya tahu Changbin yang kuat.

Changbin menggenggam tangan Mamah yang memucat, dia sudah tahu bahwa ini akan terjadi, karena darah tidak ada yang keluar dari wajah cantik Mamah maupun Ryujin.

"Aku ikhlas"

Changbin mencium punggung tangan Mamah dan mencium kening Mamah, lagi.

Setelah dengan Mamah, Changbin berjalan ke samping menuju ranjang yang di tiduri kekasihnya, kakinya semakin lemas seperti tak berfungsi dan akhirnya Changbin jatuh di samping ranjang Ryujin.

"Halo sayang"

Changbin memegang tangan Ryujin, dapat ia lihat wajah Ryujin yang memar, bengkak dan hidungnya yang sedikit belok.

"Hiksss... Ryujin"

Dia tidak kuat melihat Ryujin walaupun begini, Ryujin tetap cantik di mata Changbin, kata-kata 'maaf' tak pernah hilang dari bibir kecil Changbin.

"Sayangg"

Hanya itu yang bisa Changbin katakan, dia pun tidak tahu bahwa kedua orang tuanya sudah hadir di luar sana.

"Aku salah, maafin aku Ryujin, kamu sama Mamah boleh marahin aku nanti malam kalau aku tidur bahkan setiap hari kalau perlu"

Changbin berusaha berdiri walau kedua kakinya tak mampu, setelah berhasil Changbin menciumi wajah Ryujin sama seperti Mamah.

Kedua tangan Changbin beralih ke leher Ryujin, dia menyentuh kalung yang ia berikan, tanpa sadar dirinya tersenyum.

"Kamu pasti kangen banget sama aku hehe..."

Changbin tertawa kecil membuat teman-temannya semakin terisak.

"... aku juga pasti kangen banget sama kamu.."

"... gaada yang sakit kan ya?..."

"... kamu mau pergi sekarang?..."

"... padahal aku mau nikahin kamu..."

"... Mamah sama Papah pasti seneng banget anaknya mau nikah..."

"... tapi kamu ninggalin aku haha"

Changbin tertawa keras di ruangan itu tetapi dia kembali menangis.

"Woojin jahat ya bunuh kamu?..."

"... dia nyakitin kamu kan?..."

"Jawab Ryuu!"

Changbin memegang kedua bahu Ryujin lalu di goyang-goyangkan.

"RYUJIN!!! JAWABB!!!"

Semuanya semakin terisak melihat Changbin yang seperti orang gila.

"Hahaha tenang aku bakalan bunuh Woojin..."

"... tapi kan dia dokter Ryujinnnnn, dia gamungkin bunuh kamu sama Mamah"

Changbin mengusap air matanya lagi lalu matanya berlarian seperti sedang mengingat sesuatu.

"Sayang kamu salah! bukan Woojin yang bunuh kamu..."

"... tapi Papah kamu..."

"... tenang aja dia udah di tangkep polisi..."

Changbin memeluk Ryujin, mendekatkan telingannya kepada jantung Ryujin.

"... gabunyi masa..."

Changbin menarik kepalanya lagi.

"... kamu kan cewe kuat Ryu ayoo bangun dong"

SREK

Semua orang melotot kaget melihat Changbin merobek baju pasien Ryujin lalu kedua tangan Changbin menekan-nekan kuat dada Ryujin.

"BANGUN!!!!"

"BANGUN RYUJIN hiksss..."

Suster datang membawa suntikan, dengan tenang Woojin menghampiri Changbin yang sedang menekan-nekan jantung Ryujin.

"BANGUN!! RYUJIN BANG-aahhh"

Changbin memegang lehernya lalu dengan cepat dia menoleh kebelakang.

"Woojin"

"Changbin maaf gue lakuin ini lagi ke elo"

Changbin hendak memukul Woojin tetapi dirinya lemas dan semuanya gelap.

"Siapkan pemakamannya segera sebelum Changbin bangun"- Papah.
.
.
.
.
.
Bersambung...

Coach 'Seo Changbin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang