Tata berjalan santai menuju garasi rumahnya. Sengaja,ia ingin membuat kakak nya marah lagi.
"Tata lo bisa jalan cepet ga sih?" tanya Intan mencoba untuk sabar menghadapi adik semata wayangnya itu.
Tata menggeleng sembari menyanyi kecil dengan langkah yang makin lambat. Intan memukul stir mobilnya sendiri seraya memutar bola matanya jengah.
"lesgo" ucap Tata saat sudah menutup pintu mobil. Intan tidak menjawab melainkan langsung menancap mobil nya. Hampir aja nabrak pagar.
"gue deluan yak" ucap Tata lalu turun dari mobil seraya tersenyum jahil,lagi. Bagaimana tidak? Ia melihat Reza memarkirkan motor ninja miliknya di depan mobil Intan. Dengan langkah cepat ia meninggalkan kedua insan itu.
Karena langkah yang sedikit tergesa gesa,Tata sampai menabrak seseorang bertubuh jangkung yang tingginya tidak jauh beda dari Tata. Hmm,bukan orang itu yang pendek,hanya saja Tata tinggi.
"eh maap maap" ucapnya lalu berdiri. Cowok itu menatap Tata dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Tata tersenyum,hanya tersenyum sebentar tetapi membuat jantung cowok itu berpacu 2 kali lipat.
Manis. Batin cowok itu.
"gue deluan ya,maap tadi nabrak hehe" ucap Tata lalu meninggalkan cowok itu. Cowok itu membalikkan kepalanya menatap punggung Tata yang semakin menjauh. "Kenita Tsabita" gumamnya lalu berjalan entah kemana.
Kring.....
Bunyi bel pertanda masuk sudah berbunyi nyaring seantero sekolah membuat lingkungan sekolah mulai sepi karena seluruh siswa/i memasuki kelas masing masing.
Rafi Syahid Putra. Atau yang biasa di sebut Rafi itu berlajan santai masuk ke dalam kelasnya. Hingga seorang gadis yang tengah berdiri di bangku paling depan menyita perhatiannya.
Anak baru batinnya lalu melangkah lagi ke tempat duduknya.
"woi Fi,anak baru tuh" celutuk Riko,teman sebangku Rafi sekaligus salah satu sahabat Rafi.
"oh" singkat,padat,dan jelas.
Pelajaran hari ini cukup membuat Rafi tidak tenang. Bagaimana tidak? Ia sulit untuk mencerna penjelasan guru. Rafi selalu melirik ke arah meja Tata yang tidak jauh dari mejanya.
Kring.....
Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring,membuat pekikan dari murid murid Harapan Bangsa sangat terdengar.
"Ta,suka musik ga?" tanya Kanya seraya membereskan barang barangnya.
"banget! Kenapa emang?"
"ke ruang musik dulu yuk"
"hayu hayu"
Kini Tata,Kanya,Bella,juga Belva berada di depan ruang musik. Tata membuka pintu itu perlahan,lalu menatap inci seluruh ruangan ini. Sangat berbeda. Dulu,saat kelas 8 SMP ia sering main ke sekolah ini,tepatnya di ruang musik. Jika dulu di ruangan ini hanya ada gitar,piano,dan gendang,sekarang hampir semua alat musik berada di ruangan ini.
Dengan langkah cepat Tata menuju tempat sebuah gitar,dimana gitar itu yang sangat sering di mainkan oleh Tata juga seorang cowok yang berusia 4 tahun lebih tua darinya.
"Kak Rafa! Ajarin main gitar dongg"
Pinta gadis berumur 13 tahun itu kepada seorang cowok berumur 17 tahun."sini" ajak cowok itu ke arah ruang musik yang berada tidak jauh dari kelas 12.
Rafa mengambil pelan gitar yang berada di dekat pintu,lalu memangkunya dan mulai memetik senar gitar itu.
Banyak hari sudah Tata lalui bersama Rafa,cowok yang burumur 4 tahun lebih tua darinya. Jika pulang sekolah Tata selalu bermain ke SMA Kartika untuk belajar gitar bersama Rafa. Rafa sudah Tata anggap sebagai kakak nya sendiri,selagi kedua abangnya dan kakak perempuannya bersekolah di luar negeri.
Begitu juga dengan Rafa,Cowok itu sudah menganggap Tata sebagai adik kandungnya sendiri. Hingga suatu hari..
"kak,Tata laper" ucap gadis itu. Rafa mengelus puncak kepala Tata,"kakak beliin cemilan mau?"
"boleh"
"tunggu sini okey"
"keyyy"
Rafa, remaja itu menyeberang ke arah minimarket yang berada tepat di depan sekolahnya. Entah apa yang ada di pikirannya,remaja itu tidak menyadari sebuah truk melaju cepat sehingga
Citttt
Prittttt
Bunyi rem serta klakson itu begitu terdengar di telinga Tata. Perasaan Tata jadi tidak karuan. Dengan langkah cepat ia turun dan menuju jalan raya. Di lihatnya banyak orang berkumpul di depan sekolahnya membuatnya tambah resah. Ia menerobos kerumunan itu,dan benar saja.
Orang yang di tabrak adalah Rafa. Perasaan Tata campur aduk,sedih,takut,serta rasa bersalah. Tata menangis sejadi jadinya. Ia seperti kehilangan seseorang yang berharga dalam hidupnya.
"ini salah Tata ini salah Tata ini salah Tata"
"kak Rafa maafin Tata"
Hiks...
"bunda Tata takut"
"bunda ayah maafin Tata"
Rengekan Tata saat di rumah sakit. Perempuan yang ia panggil 'bunda' serta lelaki yang ia panggil 'ayah' adalah orang tua dari Rafa sendiri.
"Udah Tata,berdoa yang terbaik untuk kak Rafa ya,takdir tuhan gak ada yang tau" ujar Teuku,ayah Rafa berusaha tegar dan menenangkan gadis kecil itu.
"saya sudah berusaha sebaik mungkin,namun tuhan berkehendak lain"
Degg. Jantung Tata rasanya ingin copot.
"luka yang di alami Rafa begitu parah"
Degg. Tata makin merasa bersalah. Air matanya tambah deras,mukanya memerah.
"Rafa sudah tenang di alam sana. Tolong ikhlaskan" ucap dokter itu lalu pergi. Tata memeluk erat Vanya_bunda Rafa,menumpahkan semua air matanya di pundak perempuan paruh baya itu.
"bunda maafin Tata,Tata gak tau kalo bakal jadi kaya gini"
"gapapa sayang,ini udah takdir tuhan. Tata jangan nangis lagi,ini bukan salah Tata. Tata harus ikhlas ya,kalau enggak nanti kak Rafa nya sedih di sanaa"
"iya bunda"
Tata mengambil gitar itu dengan mata yang mulai berkaca kaca. Ia menahan air mata itu agar tidak ada curiga dari ketiga sahabatnya.
Tata memangku gitar berwarna coklat dengan stiker "TR" di pojok gitar itu,lalu memetik senar nya.
"wah Tata lo jago main gitar ya!" ucapan Kanya membuat lamunan Tata buyar. Ia tersenyum kecut lalu kembali memainkan gitar itu.
"knp Ta?" tanya Belva yang merasa aneh pada sikap Tata.
"hm? Gak papa"
"oh,oke. Kita lanjut main yang lain ya."
Di lain sisi,Rafi,Riko,Raja,juga Galang tengah berjalan melewati ruang musik yang berada di lantai 3. Suara petikan gitar membuat ke empat cowok itu saling menatap.
Pasalnya,ruangan itu sangat jarang di gunakan. Galang melangkah,lalu membuka pintu berwarna coklat itu. Sontak 4 perempuan yang sedang asik bermain musik langsung menoleh pada pintu.
"omg Galanggg ganteng banget:((" pekik Belva dalam hati. Belva,gadis itu sudah menyukai Galang sejak kelas satu,tepatnya pada saat MOS.
"Galang? Ada apa?"
"gak papa,tadi kita denger suara orang main gitar merdu bagus banget. Siapa yg main?"
"ya lo liat aja sendiri siapa yang megang gitar disini"
"Tata bisa main gitar?"
"iya dong"
"wahh,main lagi dong kita mau denger nih"
"iya Taa main lagi dong"
"haha,iya oke"