Genre : Thriller
Penulis :1. Novthi
2. puziyuuri
-oOo-
terdengar dari sebuah rumah milik seorang gadis bernama Riska.
Jeritan itu berasal dari bibir Riska yang kaget karena sesosok pria bertopeng datang dengan membawa pisau berlumuran darah. Riska mencoba menyelamatkan diri, namun terpojok. Tubuh terbalut kimono tidur ungu itu dibanjiri keringat. Napas menderu berpacu bersama denyut jantung yang melawan nodus SA.
Sesaat kemudian pria bertopeng dengan kostum serba hitam itu mendekat. Dentang jam di dinding semakin meremangkan bulu roma. Lengan kokoh menghunuskan pisau tepat di perut Riska. Gadis berambut sebahu itu menjerit.
Riska tersentak. Mata bundar membelalak. Langit-langit kamar tertangkap pandangan. Gadis itu duduk mendadak sembari mengamati sekitar.
Riska mengusap wajah yang dibanjiri keringat. Napas masih tersengal. Tangan kurusnya meraih gelas di atas nakas. Air putih berpindah ke dalam kerongkongan.
"Sial! Gara-gara Mery, nih. Aku nggak bakal lagi nonton film horor yang dia kasih!" gerutu Riska.
Ya, semalam dia memang memaksakan diri menonton film yang genrenya tak disukai karena diolok-olok pengecut oleh Mery. Film berjudul 'Nightmare' itu jadi ikut masuk ke mimpi. Bahkan, penampilan si pembunuh di film persis dengan pria dalam bunga tidurnya barusan.
Mata bundar menangkap jam di dinding, pukul setengah tujuh. Wajah manis itu mendadak panik. Dia bergegas bangkit dari tempat tidur, masuk kamar mandi hanya untuk cuci muka dan gosok gigi. Tak sampai sepuluh menit, dia sudah rapi.
Riska mengaitkan tali tas ke bahu kiri. Sementara itu tangan kanan meraih kunci motor di nakas. Sebelum ke luar kamar, sempat dielusnya kepala Mio, kucing kesayangan.
"Hari ini jadi anak pintar ya, Sayang," bisiknya lembut. Mio mengeong riang.
Riska langsung bergegas keluar rumah dan menyalakan motornya. Baru beberapa meter dari rumahnya, Riska berpapasan dengan pemuda tampan berwajah dingin. Sorot mata elang terasa menelusuk. Namun, Riska tidak memperdulikan pria itu karena dia sudah terlambat kerja.
***
Sesampainya di kantor dia bingung, karena suasana terasa memanas. Wajah tegang menghiasi ruangan. Semua rekan kerja sibuk berlarian ke sana ke mari. Tak ada satu pun yang menyapanya ramah seperti biasa.
Riska pun merasa heran. Dia segera menghampiri Wina, partnernya dari belakang. Bahu gadis berambut panjang itu hampir ditepuknya.
"Ah, pagi-pagi Pak Bos sudah mengomel! Gara-gara Riska salah input kacau semua! Mana, nih, anak telat lagi!" gerutu Wina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pusat Kegelapan
Short StoryJangan pikir dunia ini hanya penuh dengan pernak-pernik keindahan. Di balik itu semua, tersimpan sisi gelap yang senantiasa merusak pikiran manusia yang tinggal di dalamnya, bahkan dapat merenggut nyawa-nyawa manusia yang tak tahu apa-apa. Korban ki...