Malam Jumat

25 7 0
                                    

Genre : Horror

Penulis : Uwieretno

Penulis : Uwieretno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

"Vian."

"Hai, Dit. Apa kabarnya? baru kelihatan, ke mana saja selama ini?"

"Nih, buktinya gue ada di depan lo, dan engga menghilang kayak hantu penunggu pohon tua."

"Sialan lo, malam-malam begini ngomongin model gituan."

"Kenapa? takut ya!"

"Engga, siapa yang takut, gue berani kok!!" Padahal di hati bergejolak menahan rasa ketakutan yang tiada tara secara aku orangnya penakut. Jangankan melihat hantu, ada kecoa bisa heboh dan membuat rusuh seisi rumah.

"Denger-denger jalan menuju rumah lo jadi serem, ya?"

"Ah, itu hanya gosip," jawabku sekenanya.

"Gosip atau kenyataan, sudah sering kejadiannya loh! Banyak orang lihat penampakan di sekitar sini."

"Itu bohong, lagian mana ada hantu, ini abad 21 masih percaya model gituan!"
"Ingat loh, ini malam jumat kliwon."

"Terus kenapa? masalah buat lo, To."

"Engga, cuman mengingatkan kalau gue suka nonton film Susana yang pernah ditonton di TV, belum lagi film-film hantu lainnya yang bikin merinding bulu kuduk. Selalu terbayang-bayang di mata menemani rasa takut yang bergejolak di hati.

Mana mungkin aku bilang takut, bisa-bisa Dito semakin menjadi-jadi menakuti cerita seram. Gengsi juga mengakuinya, secara aku ini anak laki-laki yang tinggi seratus delapan puluh plus ganteng, perfect banget di mata para wanita.

"Kata-kata itu, 'bang pesen sate seratus tusuk' padahal yang pesen hantu wanita cantik."

Sial, Dito masih membahas masalah hantu bikin nyaliku menciut untuk pulang ke rumah. "Jangan ngomong sembarangan To, nanti malah lo kena sialnya.

"Gue sih pernah lihat penampakan saat pulang apel dari rumah pacar gue, tepatnya di depan pohon tua itu, gue mendengar suara cewek menangis saat didatangin asal suara tiba-tiba menghilang."

Sial, Dito malah cerita. Tangannya pun dengan jelas menunjuk ke arah pohon tua dan gubuk reyot yang siang hari suka dipakai ngerumpi para ibu-ibu. Tapi, sekarang orang merasa enggan, melirik pun ogah. Setelah menakuti, Dito pergi berlalu dari hadapanku, tanpa rasa bersalah sedikit pun, padahal sebenarnya aku takut untuk pulang.

Memang benar apa yang dikatakan Dito, jalan yang kulalui sudah banyak cerita yang menyeramkan. Kenapa arah pulang ke rumah harus melalui jalan ini dan tidak ada jalan memotong atau memutar lebih jauh sampai ke rumah.

Awalnya jalan ini jauh dari kata 'menyeramkan' semenjak kejadian mengerikan seminggu yang lalu. Di tempat ini, di jalan yang harus dilalui, pernah terjadi kecelakaan dan meninggal ditempat. Tiga hari kemudian ditemukan seseorang yang bunuh diri di bawah pohon besar tak jauh dari tempatku berdiri.

Pusat KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang