Real Dream

41 9 0
                                    

Genre : Thriller

Penulis :

Hans_Al_Ancha

“Tetap berjalan dalam kebenaran, dekat pada agama, dan laksanakan segala perintah-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tetap berjalan dalam kebenaran, dekat pada agama, dan laksanakan segala perintah-Nya. Maka tiap detikmu akan selalu berada dalam ketenangan.”

-oOo-

Malam ini adalah malam di mana jiwaku berkelana mencari target untuk kubawa ke sebuah tempat yang tak dijangkau manusia. Tempat di mana penderitaan dan penyiksaan tanpa batas waktu berlangsung. Targetku kali ini adalah sebuah rumah manis di langit Sumatera.

Kuketuk pintu kamarnya dan masuk sebelum ia mempersilakanku. Seorang gadis manis dan cantik jelita sedang tertidur dalam posisi paling nyaman. Ah, kurasa ia tengah memimpikan sesuatu yang indah. Namum, mimpi indah yang ia ciptakan kini kutaburi dengan bumbu kegelapan dan kehancuran. Kegelisahan raganya nampak jelas ketika ia mulai bergerak dinamis di tempat lembutnya. Tubuhnya telah dibasahi oleh keringat ketakutan.

Aku membawa jiwanya berkelana bersamaku dengan mimpi-mimpi yang mengerikan. Namun, itu menurutnya. Bagiku, mimpi yang kuberikan adalah mimpi yang terindah.

Kutinggalkan raganya dalam penyiksaan batin. Kubiarkan keluarganya menyumbangkan air mata karena melihatnya terbaring bagai manusia tak bernyawa. Jiwanya sedang merintih dalam duka.

Rindu, perjalanan panjang ini membuatnya rindu akan kehidupan kecilnya di sana. 30 hari kuhabiskan bersamanya dalam perjalanan sepi ini. Sesekali kesepian itu dihapus oleh suara tangisannya. Namun bagiku, tangisan perempuan adalah melodi yang mengerikan. Kelembutan adalah hal yang paling aku benci.

"Bisakah kau diam?!" Teriakanku bagai badai membuat tempat duduk manisnya bergoyang-goyang. Ini memang selalu berhasil, sama seperti target-targetku sebelumnya. Beberapa hari perjalanan membuat ia bosan dan merontah untuk dibebaskan. Aku mencoba untuk tak menghiraukannya karena aku menyukai jeritannya, lagu itu selalu membuatku tenang.

***

Perjalanan 30 hari telah berakhir. Kini aku telah sampai di sebuah tempat favoritku. Tempat di mana aku melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama dengan para targetku. Rantai hitam menghiasi tempat ini, jeritan para manusia lemah terdengar merdu di telingaku. Cahaya panas yang membara menerangi tempat suciku. Lautan merah bergelembung dengan pancuran air panas di beberapa bagiannya menambah keindahan tempat ini.

 Lautan merah bergelembung dengan pancuran air panas di beberapa bagiannya menambah keindahan tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pusat KegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang