22. Antara Pilihan

23 7 0
                                    

Teriakan beradu dengan lesingan peluru. Gas air mata berderai-derai. Selang-selang memuncratkan berliter-liter air. Yang berlari ke depan perlahan memundurkan diri, mencari yang telah diguguri, berharap sekawan tak mati.

"Woi air! Mandi woi!"

Gerakan-gerakan yang berani gempur mundur serdadu yang bersembunyi dalam bilik ketangkasannya. Namun, perlahan darah-darah tertoreh di sana-sini.

Dan aku dengan bodohnya masih berdiri di sini. Menyaksi dari balik jendela perusahaan bosku. Dalam kebingungan aku memikirkan berbagai pilihan. Antara mempertahankan posisiku sebagai konsultan hukum perusahaan atau ikut berdemokrasi di sana.

Sesungguhnya aku pun tahu betapa dirugikannya rakyat dengan regulasi berkolusi tersebut. Meski terdapat banyak pertimbangan para ahli dalam perumusannya, bukankah aneh jika lembaga yang seharusnya bertindak tegas dipaksa diam saja? Apakah ini akibat pengaruh proses perpindahan ibu kota yang akan memakan banyak biaya sehingga mereka dipaksa untuk tidak berisik? Ah, mengapa aku sampai berpikir begitu ya? Apa karena memang semuanya terasa tidak beres? Mengapa kehidupan kita semakin dipersulit?

"Bro! Jangan ngelamun dong!"

Aku segera tersadar. Rekan kerjaku menaruh beberapa berkas di mejanya. Bibirnya tampak menyeringai. "Kamu kenapa?"

"Oh, saya cuma-"

"Mau demo juga? Nanti deh tunggu saya matiin komputer. Kita beramgkat barengan," ujarnya yang membuatku terkejut. Apa maksudnya dia-

"Lho, aku kan pro rakyat. Kamu sih nggak permah lihat aku ikut kamisan."

Baiklah, sepertinya harus kuakui aku sudah tertinggal jauh darinya.

"Kalau kamu mau ikutan, pikirin dulu baik-baik. Kamu ingatkan kamu itu siapa?"

Aku menghela napas, menjatuhkan tubuh ke kursi. Aku terlalu awam untuk semua ini. Lahir dalam lingkungan birokrasi bukanlah keinginanku. Segala kemewahan hanya membuatku tidak mau bergerak maju. Kakekku tertangkap tangan setelah setahun menjadi buronan kasus korupsi besar, aku lantas kecewa berat. Dan peristiwa itu menjadi acuanku mengambil jurusan hukum.

Ini benar-benar persimpangan jalan terberat. Aku harus bagaimana? Bagaimana kalau bos memecatku jika ikut berdemo? Tetapi ketidakadilan sedang bergentayangan!

***

NOCTIVAGANT (RAWS Festival 2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang