8. Namanya Lucifer

38 10 2
                                    

Dunia ini terlalu keras untukku yang terlampau lemah. Parang, kawat, hingga ranjau yang bergelantung dalam ruangan, semuanya menghancurkan hidupku ini. Aku sendiri, tidak tahu harus apa lagi. Mereka menghabisi keluargaku, tepat di depan mataku. Bodohnya, aku malah diam saja.

Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah berharap festival ini tidak segera berakhir. Aku takut. Aku harus berada di tempat yang banyak orang, itu lebih aman. Tapi. Tapi. Aku ingin menyemdiri, membemam dalam kesalahan ini. Kosong, itu yang kurasakan.

"Maaf," ucapan itu meluncur dari mulut lelaki yang tak sengaja menyenggol bahuku. Aku hanya mengangguk sebagai tanda aku baik-baik saja.

Kupikir ia akan langsung pergi. Namun, kakinya masih terlihat di hadapanku. Aku mengernyit, segera mendongak.

"Kok pucat? Kamu laper ya?" tanyanya begitu melihatku dengan jelas. Yah, aku sudah tahu ia pasti berpikir begitu.

"Beli makan sana. Kalau perlu aku anterin, tapi kamu belinya pakai uangmu sendiri ya." Tiba-tiba saja ia menarik lenganku menuju kedai makanan terdekat. Ia menyuruhku memilih tetapi aku menolak, tidak lapar. Justru aku sedang ketakutan, memangnya ia pikir wajah pucat cuma tanda lapar?!

"Lho terus kamu maunya bagaimana sih?" Ia memainkan dagunya seakan sedang berpikir. "Oh, kamu maunya aku yang bayar? Oke, nggak masalah. Tapi minggu depan utangnya dilunasi ya?"

Dan kami akhirnya makan bersama. Ia mengoceh begitu banyak, kesal jika kujawab anggukam saja. Sama sekali tidak peka dengan situasiku. Astaga!

"Aku tahu situasimu. Kamu sedang mencoba menghindari sesuatu, kan?"

Aku melebarkan mata terkejut, bagaimana ia bisa tahu?

"Bagaimana aku tahu? Membaca bahasa tubuh."

Sekarang aku jadi semakin kalut. Jadi, orang ini sebenarnya siapa? Apa mungkin suruhan mereka? Tetapi sepertinya bukan. Wajah barat, sangat asing dengan suruhan orang-orang itu. Kalau begitu apa aku bisa meminta bantuannya?

"Maaf, bisa pinjam ponselmu?"

Dia memberikannya kepadaku begitu saja. Sebelum menelepon kerabatku, aku membaca nama yang tertera di layar kunci.

Lucifer.

***

NOCTIVAGANT (RAWS Festival 2019)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang