“Kamu nggak pernah tau apa yang aku rasain, Sal!” Pekik Tiara.
Emosi Achsal tersulut. “Justru kamu yang nggak pernah tau apa yang aku rasain, Ra! Kamu selalu bilang kamu yang paling menderita,” Achsal tersenyum kecut. “Bullshit, Ra.”
Tiara menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak habis pikir dengan Achsal yang tersenyum kecut di depannya.
“Selama ini, Sal, aku nggak bahagia. Aku selalu berusaha ngelakuin apapun buat kamu, biar kamu seneng. Biar kamu bahagia. Tapi apa? Bahkan kamu nggak tau itu semua. Kamu nggak pernah ngerti apa yang sebenarnya aku mau, Sal.”
“Apa, sih, maksud kamu?!”
Tiara mendelik. Senyum kecutnya membuat Achsal teriris sekali lagi. “Pernah kamu tau aku nggak suka sama boneka? Tapi kamu tetap beliin aku boneka di setiap ulang tahun aku. Pernah kamu tau kalau aku nggak suka makan nasi goreng? Kamu selama ini nggak pernah minta persetujuan aku setiap mau makan di luar, kamu selalu bilang ‘Kita makan ini, ya’ ‘Kita makan itu, ya’. Pernah kamu mikirin perasaan aku yang pengin banget ketemu sama mama papa kamu? Nggak pernah, kan?”
Achsal terdiam. Ia menatap Tiara tak percaya. Jadi selama ini ... Tiara terpaksa bahagia di depannya?
“Achsal ... kamu itu egois. Kamu cuma nggak menyadari sifat kamu itu. Kamu selalu merasa bahwa diri kamulah yang paling benar dalam hubungan ini tanpa mau mendengarkan apa mau aku. Aku sayang kamu, Sal, tapi kamu nggak mengizinkan aku buat mengatakan apa aja yang mau aku lakukan sama kamu, apa yang aku mau dari kamu.”
Achsal tak terima. Suaranya meninggi setelah merasa dirinya seperti satu-satumya orang yang salah di sini.
“Terus dengan begitu kamu seenaknya selingkuh sama cowok brengsek itu? Iya?!”
Tiara menghela napasnya berat. “Bukan gitu, Sal, aku—”
“Brengsek, Ra. Lo brengsek.”
Hati Tiara seperti ditusuk-tusuk besi panas. Matanya seketika memerah akibat perkataan kejam Achsal barusan. Tangannya mengepal kuat, lengannya bergetar hebat. Tiara marah sekaligus kecewa.
“Oke kalau misalnya lo mau anggap gue cowok egois. Tapi lo harus ingat, Ra, tidur sama cowok selingkuhan lo itu adalah hal yang paling menjijikan yang pernah gue tau!”
Seketika tangis Tiara pecah. Ia tahu ia salah.
Achsal puas mengatakannya, namun ada rasa aneh yang dirasakannya. Seketika tubuhnya terasa tak enak, ada rasa geli saat berada di dekat Tiara. Ia menjauh dua langkah dari Tiara dengan gerakan refleks.
Tangan Achsal mengepal. Remasan tangannya membuat telapaknya mengeluarkan keringat. Ia menggertakkan giginya kuat. Tanpa disadari keringat sudah mengucur di sekujur tubuhnya. Brengsek.
“Kamu jahat, Sal ...”
“Lebih jahat mana sama kamu yang udah TIDUR sama cowok itu, Ra?!” Ucap Achsal dengan penuh penekanan.
Tiara makin keras menangis. Bentakan Achsal yang bertubi-tubi mampu membuat bibirnya kelu tanpa busa berkata apapun selain mengeluarkan suara tangisan.
“Mau pakai alasan apa lagi, Ra? Tetap mau bilang gue egois? Iya?” Sindir Achsal. “Lo lebih egois, Ra. Lo juga cuma mikirin diri lo sendiri. Lo menjijikan!”
Seketika Achsal tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia merasa bahwa tubuhnya sudah dikucuri keringat yang sangat banyak. Achsal sudah berusaha mengeluarkan suara dari mulutnya, namun suara itu seperti dipadam sesuatu.
“Achsal? Achsal?” Panggil Dino seraya menepuk-nepuk pipi Achsal agak kencang. “ACHSAL!”
Terang. Seketika suasana berubah. Matanya terbuka saat suara Dino memanggilnya dengan sangat kencang. Napas Achsal memburu seperti habis dikejar-kejar setan. Seketika ia bangun dan duduk bersandar pada headboard. Dino menggeleng-geleng sambil berdecak melihat Achsal seperti itu. Dengan sigap Dino mengambil segelas air lalu menyodorkannya pada Achsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Milk Oreo
Teen FictionSUDAH TERBIT 🥰 Tersedia di: Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan Guepedia 😍 Minuman candu itu membuat Sherly semakin ingin mengenalnya lebih dalam. Rambut hitam legam, mata yang selalu menatap dengan tajam, tinggi badan yang selalu menjadi idaman sem...