Cinta memang aneh. Orang yang tak saling kenal bisa saja tiba-tiba saling peduli karena cinta. Yang tadinya tak suka bisa saja lama kelamaan berubah jadi suka karena cinta. Dan yang lebih aneh adalah orang yang makin membenci orang yang menyukainya karena cinta. Siapa lagi kalau bukan Achsal seorang.
Sherly pikir dengan mendekati Achsal ia dapat membuat Achsal menyukainya balik. Ternyata ekspektasi memang selalu sekejam itu. Achsal makin hari makin menjauhinya. Apalagi setelah insiden memberi es krim di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Achsal merasa tak nyaman dan segera pulang. Ia pamit pada Sherly, Anggun, dan Aldo untuk pulang duluan dengan alasan lupa mengunci pintu kamar asramanya. Alasan yang logis, namun tidak logis menurut Sherly. Sherly tahu Achsal tak nyaman jika berada di dekatnya. Sherly dapat memahami perubahan sikap Achsal terhadapnya.
Gerak tubuh Achsal terlihat santai jika ia sedang berbicara dengan teman-temannya yang lain, namun dengan Sherly tidak. Tubuhnya terasa kaku dan cenderung tak mau bebas bergerak. Bibirnya pun terkatup rapat seakan ia tak mau Sherly mendengar apapun yang keluar dari bibirnya.
Hidup memang selalu tak adil, begitulah kata Sherly.
Malam-malam telah berlalu. Senin, Selasa, dan Rabu seperti tak ada bedanya. Langit di malam hari pun kian lama kian suram nampaknya. Suara kucing mengeong di malam hari yang biasanya Sherly dengar lewat jendela kamarnya sudah tak lagi terdengar. Begitu pula dengan alunan musik yang dihasilkan gitar yang biasanya terdengar dari jendela kamar Achsal—tepatnya di gedung seberang. Kini ia sudah tak dapat mendengar alunan indah itu lagi lantaran yang biasanya memainkan gitar tersebut sudah pindah kampus dan memilih pergi dari sini.
Kini yang sama hanyalah suara katak yang berada di dekat danau—karena danau PINUS berada di dekat gedung-gedung asrama. Danau itu indah sekali. Danau tercantik yang pernah Sherly lihat seumur hidup. Ditumbuhi banyak pohon berbunga merah muda serta jalan setapak yang biasa dibuat menjadi area jogging. Danau itu adalah pelarian Sherly jika ia merasa tertekan masalah-masalahnya. Sherly akan segera pergi ke danau itu di malam hari jika hatinya sudah tak bisa menahan lagi. Kemudian di sana ia akan menangis sekencang-kencangnya sampai tangisnya mereda dan hatinya membaik.
Danau itu biasanya sepi. Konon dulu pernah ada yang meninggal akibat tenggelam. Namun apa peduli Sherly tentang hal semacam itu? Yang lalu biarlah berlalu. Menurut Sherly, dosen Kalkulus lebih mengerikan ketimbang rumor danau tersebut.
Sudah sebulan ini Sherly tak mengunjungi danau itu di malam hari karena akhir-akhir ini selalu ada yang membuatnya bahagia. Seperti didatangi kalau hanya sedang dibutuhkan. Jika danau tersebut bisa bicara, sudah sejak lama ia akan merutuki Sherly tiap Sherly melewati danau itu.
“Halo, Ni?” Ucap Sherly pada benda berbentuk persegi panjang itu di telinganya.
“Iya. Kenapa, Sher?” Yang di sana menjawab dengan lembut.
Sherly berkata walau lehernya agak tercekat, “Menurut lo ... Achsal sebenci itu nggak sama gue?”
“Ya, nggak lah, Sherlyyy,” sahut Nia dengan cepat dan agak menentang. “Dia nggak benci sama lo, kok. Mungkin aja ... dia udah ada orang yang dia suka?”
Sebenarnya berat hati Nia untuk mengatakan itu, namun Nia juga harus mewanti-wanti temannya agar tak terlalu jatuh nantinya.
“Kalau gitu harusnya dia nggak perlu sedingin itu, kan, sama gue?” Tanya Sherly dengan suara lemah.
Nia yang terduduk di kasur kecilnya itu berpikir sejenak. Ia menata dengan hati-hati kata apa yang tepat untuk dikatakan pada Sherly.
“Mungkim ada sesuatu yang ada di diri lo yang mungkin mengganggu dia kali. Gue juga nggak tau hal apa yang ganggu dia kalau berhadapan sama lo.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Milk Oreo
أدب المراهقينSUDAH TERBIT 🥰 Tersedia di: Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan Guepedia 😍 Minuman candu itu membuat Sherly semakin ingin mengenalnya lebih dalam. Rambut hitam legam, mata yang selalu menatap dengan tajam, tinggi badan yang selalu menjadi idaman sem...