Bagian 13 - Sport Cup

43 17 0
                                    

Priiittt!

Wasit pertandingan badminton melayangkan kartu kuning. Yang dilayangkan kartu kuning langsung berwajah kesal—kesal terhadap dirinya sendiri karena terlalu lama mengulur waktu.

Pertandingan telah dimulai sejak satu jam yang lalu. Ruangan khusus bernama Student Center Building yang biasa dijadikan tempat berolahraga para mahasiswa itu sekarang sedang ramai-ramainya. Sudut-sudut bangunan pun dipenuhi oleh mahasiswa PINUS. Semua peserta lomba dan semua yang akan menjadi supporter dari masing-masing jurusan berkumpul di beberapa titik tertentu.

Panita berlalu-lalang sambil membawa-bawa papan jalan di lengannya. Wajah mereka seperti wajah-wajah sekretaris perusahaan yang sedang sibuk mengurusi penandatanganan saham. Begitulah tingkah kebanyakan panitia remaja. Ada yang berwajah panik karena memang job desc-nya sangat padat dan kewalahan sendiri, dan ada yang sok sibuk biar kelihatannya keren di depan orang-orang yang bukan panitia acara. Tipe yang kedua inilah yang paling banyak terjadi di dunia nyata.

Sherly hari ini mengucir rambutnya. Iya mengikat tinggi-tinggi rambutnya dengan kuciran berwarna merah maroon yang di tengahnya ada pita lucunya. Sudah memprediksikan akan berkeringat seharian di dalam ruangan ini, Sherly mengantisipasinya duluan dengan mengucir rambutnya dari asrama.

Sherly adalah panitia divisi konsumsi, namun karena konsumsi sudah ada yang meng-handle dengan baik dari jauh-jauh hari, maka Sherly dijadikan panitia mobile. Dikatakan panitia mobile karena tugasnya yang bisa apa saja dan membantu semua divisi yang sedang kekurangan tenaga.

“Khansa!” Seru Sherly pada perempuan yang berjarak cukup jauh darinya.

Khansa datang menghampiri Sherly dengan stopwatch di tangan kanannya. Khansa merupakan panitia yang mengurus waktu pertandingan basket.

“Kenapa, Sher?”

“Kita break buat ishoma jam berapa?”

Khansa melirik jam tangannya, “Sebentar lagi, sih, sekitar 20 menit lagi. Kenapa?”

“Gue mau bantuin Nia jagain pemain yang cidera di UKS. Tolong cariin panitia yang free buat gantiin gue dulu bisa nggak, Sa? Barusan Nia udah nelepon gue buat nyuruh gue ke sana. Kasian dia kelabakan, yang cidera lumayan banyak.”

“Bisa, kok. Ya udah, lo langsung aja ke sana. Semangat, ya, Sher!”

“Makasih banyak, ya, Sa!”

Khansa kemudian pergi meninggalkan Sherly.

Sherly kemudian mengambil tas selempangnya yang berukuran sedang itu. Tadi ia taruh di pinggir lapangan dekat kardus-kardus kosong, sengaja agar tak terlihat orang-orang kalau itu benda berharga. Sherly menyelempangi tasnya lalu ia berjalan di pinggir lapangan.

🍨

Lapangan basket penuh. Penuh dengan penonton, supporter, panitia, hingga cheerleader. Achsal beberapa kali mencoba menghubungi Linda—satu-satunya teman sekelasnya yang ia anggap perempuan paling asyik di kelas—namun tak satupun jawaban dari Linda datang. Achsal berniat meminta minum pada Linda yang notabene seksi konsumsi. Namun sepertinya usahanya tak membuahkan hasil. Ia kehausan akibat job-nya yang menjadi seksi keamanan. Para penonton yang sering kali melewati tali pembatas terpaksa ia amankan. Ia kelelahan sampai hampir dehidrasi.

Di saat kelelahan menyerangnya, Achsal seketika ingat kejadian tadi malam, sebelum hari ini. Saat di mana ia menghadiri rapat terakhir.

“Eh, emang iya, ya?” Tanya Via excited.

“Iya, beneran! Gue juga nggak nyangka banget, sih, filmnya bakalan sekeren itu,” sahut Achsal. “Pokoknya lo harus nonton itu deh, Vi.”

“Iyaa! Nanti habis acara Sport Cup bakalan gue tonton tuh film bareng doi,” sahut Via seraya terkekeh.

Choco Milk OreoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang