Bagian 5 - Oreoreo

72 19 0
                                    

Aldo menyodorkan segelas minuman favorit Sherly, “Nih ambil.”

Thank you,” sahut Sherly dengan lesu.

Sherly langsung meminum segelas Choco Milk Oreo itu dengan sedotan yang lumayan besar. Wajahnya sangat datar saat ini, mungkin lebih tepatnya seperti wajah-wajah tak punya harapan. Tatapan kosongnya sampai terlihat Aldo.

Saat ini Sherly dan Aldo sedang menunggu makan siang mereka jadi di kantin. Mereka hanya berdua lantaran teman mereka yang lain sedang ada urusan kepanitiaan di sebuah acara olahraga. Acara itu bersifat menyeluruh untuk Fakultas Teknik, makanya teman-teman di kelasnya banyak yang ikut menjadi panitia. Sherly dan Aldo tidak menjadi panitia karena mereka berdua sudah menjadi panitia di acara himpunan kota asal mereka, Bekasi.

Setelah menghembuskan napas beratnya, Sherly langsung memasukkan handphone-nya ke dalam tote bag lalu mengambil bindernya untuk meneruskan catatan Kimia Dasar yang tadi pagi belum sempat tercatat semua.

Aldo penasaran apa yang telah terjadi pagi ini sampai-sampai wajah cantik temannya itu berubah seperti kertas lecek. Ia akhirnya memerhatikan wajah Sherly walau Sherly tetap fokus pada aktivitas mencatatnya. Lama tak diacuhkan, akhirnya Aldo memberanikan diri untuk bertanya.

“Kenapa lo?”

Sherly hanya melirik sekilas ke arah Aldo, “Nggak pa-pa.”

“Serius, Sher.”

Sherly tak merespon apa-apa lagi. Rasanya ia lebih baik diam dan terus menulis catatannya itu hingga selesai. Namun Aldo merasa canggung dengan suasana ini, ia tak biasa berdiam-diam seperti ini jika sedang bersama Sherly. Sherly hari ini berbeda dengan yang biasanya. Diambilnya gelas minuman itu dari tangan Sherly kemudian ia sandera minuman itu agar Sherly mau bicara.

Terlihat jelas ekspresi tak suka terhias di wajah Sherly. “Ngapain sih, looo? Balikin sini, ah!”

“Jawab dulu. Lo lagi kenapa?”

Merasa minumannya takkan dikembalikan sebelum menjawab pertanyaan itu, Sherly akhirnya mau bicara pada Aldo.

“Mantan gue udah punya gebetan lagi.”

Aldo seketika menahan tawanya dengan mengatupkan bibir rapat-rapat. Melihat rekasi Aldo yang seperti sudah diprediksi, Sherly langsung memelototinya dengan penuh kekesalan.

“Eits, mata!” Aldo kali ini tak dapat menahan tawanya. “Lagian lo kenapa masih peduli, sih? Kan, udah mantan. Atau jangan-jangan lo masih suka sama mantan lo itu?”

“Nggak,” sahut Sherly spontan dan tegas. “Gue cuma ... kayak kesel aja gitu kenapa dia bisa dapetin pengganti secepat itu.”

“Nih ya, Sher, lo tuh cantik. Lo bisa dapetin yang lebih dari mantan lo itu. Lo juga pinter gambar. Gambar Lo bisa bikin orang lain jatuh cinta sama lo.”

Aldo adalah orang ke-100 yang bicara seperti itu pada Sherly. Menurut Sherly, ucapan Aldo barusan tak memengaruhinya sama sekali. Terus kalau cantik bisa dapet.

🍨

Achsal itu mirip dengan mantan terindahnya Sherly. Mantan terindah Sherly adalah pacar pertama Sherly di SMA. Namanya Wira. Badannya tak jauh lebih tinggi dari Sherly, namun tinggi Sherly masih dibawahnya beberapa cm. Wira merupakan teman SD dan SMP Sherly. Saat SMA mereka tidak satu sekolah karena nilai UN Wira jauh lebih tinggi ketimbang Sherly. Akhirnya Wira masuk ke SMA favorit ketiga di Bekasi, dan Sherly masuk ke SMA favorit keenam.

Sherly sudah lama memendam perasaan pada Wira sejak SMP, namun karena ketampanan dan kerendahan hati Wira, Sherly tak dapat space untuk mendekati Wira lantaran pada saat itu teman-temannya menyukai Wira termasuk teman sebangku Sherly sendiri. Sherly orangnya tidak enak hati, apalagi kalau sudah sama teman dekatnya. Apapun akan ia beri untuk menyenangkan hati temannya. Wira yang juga anggota pengurus OSIS itu makin jauh dari harapan Sherly. Akhirnya Sherly hanya suka diam-diam. Wira tak mengetahui hal itu. Wira tak tahu bahwa selalu ada pasang mata yang memperhatikannya di saat ia istirahat ke kantin, main basket di lapangan, maupun saat ia menjadi petugas keamanan kala upacara.

Choco Milk OreoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang