19. Jadian?

95 17 13
                                    

Happy reading♡

Masih ditempat yang sama,keduanya masih tenggelam dipikiran masing-masing. Seraya menikmati keindahan tempat tersebut. Semilir angin menambah nikmat suasana.

"Rez!" panggil Rangga.

"Hmm."

"Lo pernah pacaran?" Rezka segera menoleh ke arah Rangga yang masih melihat danau di depannya.

"Pernah." Rezka kembali menatap ke arah depan. Tatapannya berubah menjadi sendu.

Rangga merubah posisi duduknya menjadi menyamping mengahadap Rezka,"Lo mau buka hati lo buat gue?"

Sontak saja Rezka merubah posisi duduknya dan menatap Rangga dengan pandangan terkejut.

"Maksud lo?"

"Gue tau mungkin ini terlalu cepet. Tapi gue ngerasa sekarang waktu yang tepat buat ngungkapin perasaan ini. Jujur gue udah jatuh cinta sama lo pas pertama kali kita ketemu di koridor waktu itu. Mata lo mirip banget sama temen kecil gue. Tiap deket lo gue ngerasa ada dia di deket gue.  Gue selalu deg degan kalo deket lo. Gue udah pikirin ini mateng mateng,ini bukan sekedar rasa kagum sesaat tapi ini rasa sayang sesungguhnya."

"Gue bukan cowok romantis yang ngungkapin perasaannya pake bunga karena cewek yang mau gue tembak belum wafat. Gue ga mau nyanyi takutnya lo malah jatuh cinta sama suara gue. Jadi gue ngungkapin pake kata kata aja tapi ini bukan bulshit belaka yang cuma manis di awal doang. Gue serius sama perasaan gue ini."

"So,will you be my girlfriend?"


"Gue..." jawab Rezka ragu-ragu, ia masih belum yakin dengan perasaannya. Di satu sisi ia nyaman dengan sosok laki laki di sampingnya ini, tetapi di sisi lain ia masih takut untuk memulai kisah karena masa lalunya.

"Gue ga nerima penolakan. Jadi lo resmi jadi pacar gue. Gue tau lo belum bisa nerima gue jadi pacar lo. Tapi gue mohon lo belajar nerima gue di kehidupan lo sebagai pacar lo. Kalo buat perasaan,itu urusan belakangan. Kata orang jawa tresno jalaran soko kulino, semua itu bisa terjadi karena terbiasa kayak cinta lo ke gue bisa berubah karena terbiasa."

"Tapi gue.." Rezka menggigit bibir bawahnya,tanda jika ia sedang bingung.

"Gue ga tau apa yang lo takutin. Gue ga tau tentang masa lalu lo,tapi buat gue masa lalu itu cukup buat pelajaran ga usah dikenang. Yang utama buat gue sekarang adalah lo,masa depan gue. Jangan pernah raguin perasaan gue ini,gue tulus dari lubuk hati gue yang paling dalem. Gue juga tau lo belum tau banyak tentang gue,jadi kita saling mengenal lebih jauh seiring waktu berjalan."

Rezka menatap mata Rangga yang sekarang juga menatapnya. Mencari kebohongan lewat tatapan tersebut. Namun nihil,ia tak menemukan kebohongan di dalamnya. Hanya terlihat ketulusan dari sorot mata itu.

Rezka memejamkan matanya untuk memikirkan matang matang keputusan yang akan dipilihnya. Keputusan yang berpengaruh besar bagi hidupnya di masa yang akan datang.

Maaf kalau gue belum bisa nerima lo,tapi gue bakal berusaha urusan hasil gue serahin sama takdir, batin Rezka

"Guebakalberusaha." ucap Rezka dengan cepat.

Rangga tersenyum mendengar hal tersebut,dadanya bergemuruh sama halnya dengan Rezka. Namun ia masih ingin menggoda Rezka.

"Apa tadi? Gue ga denger?" goda Rangga sambil mendekatkan telinganya ke wajah Rezka. Wajah Rezka memerah malu. Lalu ia mendorong wajah Rangga menjauh.

"Ga ada pengulangan!"

"Iya iya nyonya Rangga."

***

Keduanya kini sedang dalam perjalanan pulang. Indahnya sinar jingga di ufuk barat menambah romantis suasana dua insan yang tengah dimabuk asmara.

Ditambah dengan gombalan gombalan receh Rangga mampu menghilangkan suasana canggung yang ada.

"Sayang!" panggil Rangga.

"Sayang pale lu peyang?"

"Emang gue tadi bilang apa?"

"Sayang."

"Ciee manggil gue sayang."

"Apaan sih kan lo tadi."

"Iya iya sayang.."

Rangga terkekeh melihat Rezka yang memberenggut kesal dengan pipi yang bersemu merah melalui kaca spionnya.

"Lo gapapa kan kalau gue ajak naik motor?"

"Gapapa lah."

"Maaf ya Rez kalau lo menginginkan gue naik mobil dan duduk di samping lo jujur gue gak bisa, bukan karena gue gak mau lo naik mobil gue tapi harus lo tau kalau imam itu harus selalu di depan bukan di samping jadi gue ajak lo naik motor aja."

"Receh kambing!"

"Eh liat deh itu sunset indah banget ya?"

"Iya."

"Tapi keindahan nya gak dapat ngalahin kecantikan lo kok."

"Sa ae lu bambank."

"Iya tau gue ganteng."

"Au ah gelap."

"Gue gak minta lebih sama lo karena bisa mengenal dan menjaga lo adalah hal terindah dalam hidup gue."

"Gue terhura." Rezka memasang wajah sok sedih.

"Merusak suasana." Rezka hanya terkekeh.

"Kata banyak orang cinta itu bikin kita bodoh tapi gue gak masalah sih kalau gue jadi bodoh gara gara cinta sama lo karena menurut gue betapa bodohnya orang yang udah menyia-nyiakan lo."

"Tapi gue percaya seseorang yang disia-sia kan bakal jadi seseorang yang istimewa buat orang yang bersyukur." ucap Rezka sambil tersenyum.

"Sok puitis lo." cibir Rangga.

Ketika hendak membalas cibiran Rangga,ternyata mereka sudah sampai di depan rumah Rezka. Rangga segera memarkirkan motornya di depan gerbang.

Rezka turun diikuti Rangga dibelakangnya.

"Mau mampir dulu ga?" tanya Rezka.

"Iyalah,mau minta restu sama camer." jawab Rangga seraya menunjukkan deretan giginya.

Ketika Rezka hendak berbalik menuju rumah tiba-tiba ia terdiam membeku dengan perasaan yang campur aduk.

"Rezka!" panggil seseorang tersebut sambil berlari memeluk Rezka. Sedangkan Rezka hanya diam tak membalas pelukan itu,maupun melepasnya. Pelukan dari orang yang sama namun rasanya sudah berbeda.

"Dia siapa Rez?" tanya Rangga kepada Rezka.








****

Hayoo siapa yg meluk Rezka??
Coba tebakk😋

Ditunggu vote dan komennyaaaa
Semakin banyak vote dan komennya semakin cepat aku publish part selanjutnya🥳

Rangga RezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang