30. Pensi

30 8 0
                                    

Apa benar seseorang akan menyadari perasaannya saat orang yang mencintainya pergi?
~

Brak

Selly menggebrak meja dengan perasaan kesal. Aksinya yang tiba-tiba itu mengagetkan Rezka dan Nara yang sedang duduk tenang di kantin. Saking terkejutnya, Nara sampai melemparkan ponsel yang digenggamnya ke udara. Untung saja Rezka dengan sigap menangkapnya.

"Apaan sih, Sel? Bikin orang kaget aja. Untung hp gue ketangkep sama Rezka," Nara memandang Selly dengan kesal karena ponselnya hampir menjadi korban.

Rezka mengembalikan ponsel Nara lalu menatap Selly, "Lagi ada masalah lo?" Tak biasanya Selly uring-uringan seperti ini. Selly itu tipikal cewek cuek yang suka bodo amat dan gak mau ribet, tapi sekarang justru cewek itu yang uring-uringan gak jelas.

"Gue lagi sebel, saking sebelnya gue pengen makan orang," ucap Selly kesal. Rezka dan Nara saling berpandangan dan bergidik ngeri mendengar ucapan Selly.

"Jangan makan gue deh, Sel. Badan gue gak banyak dagingnya, ntar lo gak kenyang lagi," celetuk Nara yang justru mengundang tawa Rezka sedangkan Selly menatap Nara seolah-olah ingin memakan Nara.

Nara menyengir menatap Selly, "Hehe, damai bro."

"Gue lagi sebel sama si Dadar tuh. Gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba ngechat trus waktu gue bales eh cuma diread padahal lagi online," jelas Selly dengan berapi-api. Ia masih belum terima karena balasan chatnya hanya diread oleh Haidar. Bukannya ia mengharap balasan dari Haidar, tapi siapa sih yang gak sebel kalau tiba-tiba dichat seseorang apalagi gebetan waktu dibales justru diread. Laki-laki emang rumit.

"Mungkin dia sibuk, jadi chat lo cuma diread doang. Lagi pula lo kan bukan siapa-siapanya, prioritasnya juga bukan," ucap Rezka bermaksud menenangkan.

Nara tergelak, "Iya, Sel. Dia mungkin lagi sibuk bales chat doinya, niatnya mau bales chat lo tapi gak jadi karena pesan doinya udah masuk jadi chat lo tenggelem." Selly semakin cemberut karena ditertawakan oleh Nara dan Rezka. Menurut mereka menggoda sahabatnya adalah hiburan tersendiri.

Setelah selesai tertawa, pandangan mereka teralih ke tiga manusia yang sedang berjalan ke arahnya. Tiga laki-laki dengan gaya khasnya masing-masing. Kepala Selly seakan mendidih melihat Haidar yang nenatapnya dengan cengiran tak berdosa.

Rangga tersenyum ke arah Rezka yang dibalas senyum tipis oleh Rezka. Ia berjalan mendekati Rezka dan duduk di sampingnya.

"Selamat pagi, pacar." Sapa Rangga dengan cengiran khasnya.

"Pagi juga." Rezka hanya menjawab seadanya.

Hal tersebut sontak saja mengundang siulan menggoda dari teman-temannya.

"Ehem ehem."

"Kayaknya udah ada yang di akuin nih."

"Gue mencium bau-bau pajak jadian."

"Iya nih, baunya nyengat banget."

Rangga tiba-tiba menyeletuk, "Jomblo diem deh."
Adnan dan Haidar langsung memukul kepala Rangga dengan kesal.

"Mentang-mentang udah baikan gayanya selangit. Gak inget apa waktu galau curhatnya ke siapa? Sok-sok an bilang mini idi gii gilii? Gak inget lo?" cibir Adnan dengan menirukan ucapan Rangga waktu itu. Adnan tak melihat Rangga yang menatapnya sambil mengedipkan matanya memberikan kode untuk diam.

Haidar yang paham maksud Rangga langsung tertawa, "Kenapa mata lo? Pengen dicolok?"

Rangga memutar bola matanya malas, teman-teman gesreknya tidak bisa diajak kerja sama. "Gak usah buka aib deh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rangga RezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang