Chap.8

108 38 7
                                    

Votment please:((( biar tambah semangat nulisnya dan cepet up lagi!!

Happy  reading!!

****
Rezka menyesuaikan cahaya lampu yang menyorot matanya sambil meregangkan otot yang terasa nyeri akibat tidur di pelukan Rezko tadi malam. Ia mengambil handphonenya di nakas untuk melihat pukul berapa sekarang. Ternyata masih pukul 04.45 ia segera menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menjalankan ibadah sholat subuh. Setelah menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim ia keluar kamar menuruni tangga menuju dapur untuk membantu mamanya memasak.

Ia langsung memeluk mamanya dari belakang dan mencium pipi mamanya. Membuat Wulan kaget karena ia sedang fokus memasak.

"Masak apa ma?" Rezka bertanya kepada Wulan.

"Ish kamu mah bikin mama kaget aja. Ini masak ayam manis pedas kesukaan kamu sama Rezko." Wulan memutar badannya kebelakang untuk melihat Rezka. Seketika ia kaget melihat mata Rezka yang membengkak.

"Itu mata kamu kenapa astaga?? Kamu nangis ya?" selidik Wulan sambil menyipitkan matanya. Rezka gelagapan.

Kenapa bisa tau sih batin Rezka.

"Eh iyha ma tadi malam baca novel ceritanya sedih banget jadi nangis deh," bohong Rezka berusaha meyakinkan mamanya.

"Beneran?" Wulan merasa kurang puas dengan jawaban Rezka.

"Iyha mamaku." Wulan mengangguk walau rasanya kurang yakin dengan apa yang ia dengar walaupun Rezka tersenyum meyakinkan tapi sorot matanya menunjukkan ada kesedihan di sana. Wulan berusaha percaya mungkin Rezka butuh waktu untuk menjelaskan kepadanya.

"Yaudah kalau ada apa-apa mama siap dengerin cerita kamu kok." Wulan menampilkan senyum terbaiknya untuk putri bungsunya.

Rezka memeluk Wulan erat merasa beruntung mempunyai mama yang bisa berkamuflase menjadi ibu atau teman disaat ia butuh sandaran.

"Sekarang kamu kupas bumbunya ya,mama mau rebus ayamnya," perintah Wulan.

"Laksanakan bu boss!" seru Rezka mengangkat tangannya seperti sedang hormat kepada sang merah putih.

Jangan heran kenapa di jaman sekarang masih ada gadis yang mau membantu di dapur. Karena Rezka sudah dibiasakan untuk mengatasi tugas rumah tangga seperti memasak,mencuci maupun bersih bersih. Agar terbiasa kata mamanya.

Acara memasak telah usai, Rezka melangkahkan kaki menuju kamar untuk mandi dan bersiap untuk sekolah. Untuk menutupi bekas menangis Rezka memoleskan bedak walau tidak terlalu tebal. Setelah merasa puas ia turun untuk sarapan bersama.

"Pagi ma, pagi bang!" sapa Rezka ketika sampai di meja makan.

"Pagi sayang!" balas Wulan dan Rezko bersama.

"Papa mana ma?" tanya Rezka karena tidak melihat sosok Renald di meja makan.

"Papa ada operasi pagi ini jadi berangkat dulu," jelas Wulan.

Raut kecewa hadir di wajah Rezka tapi ia langsung tersenyum karena ia paham bahwa papanya bekerja untuk masa depan Rezka. Wajar saja Renald merupakan dokter spesialis bedah di salah satu rumah sakit terkenal. Tapi Renald selalu menyempatkan waktu untuk keluarga di sela kesibukannya.

***

Rezka berlari menyusuri koridor karena waktu pembelajaran akan dimulai sebentar lagi. Kenapa ia bisa terlambat? Jawabannya karena tadi ban bus yang dinaikinya bocor dan mengharuskan untuk menggantinya terlebih dahulu. Dan kebetulan sekali tidak ada angkot atau bis yang lewat saat itu. Jadi Rezka harus menunggu sampai ban bus tersebut diperbaiki.

Rezka berhenti di depan pintu kelasnya sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan. Ia membuka pintu perlahan berharap guru mapel belum berada di kelas.

Cklek

Satu kelas langsung hening. Mereka berhenti beraktifitas dan serentak menolehkan pandangan ke arah pintu. Setelah melihat ternyata Rezka yang berdiri di pintu mereka menghela napas ternyata bukan Pak Budi yang akan memgadakan ulangan hari ini. Rezka berjalan menuju tempat duduknya.

Selly menghadap Rezka, "Kok bisa telat sih?"

"Ban bus nya bocor dan gak ada taksi lewat," jelas Rezka sambil menekuk mukanya.

"Kacian banget sih temen gue," ledek Nara dan dihadiahi tatapan tajam Rezka.

Nara menunjukkan jari tengah dan telunjuknya sambil menyengir, "Hehe peace."

"HEY HEY PENGUMUMAN!" Semua menoleh ke sumber suara. Ternyata Rama si ketua kelas sedang berdiri di depan kelas.

"Karena Pak Budi hari ini ada rapat dinas ulangan diundur minggu depan. Sekarang kalian boleh di kelas atau di kantin asal gak bolos keluar sekolah!" Penjelasan Rama membuat riuh suasana. Semua bersorak mendengar kabar baik hari ini.

Nara langsung menyeret tangan Selly dan Rezka menuju kantin.

"Mau pesen apa?" tanya Selly.

"Kek biasanya," jawab Nara dan diangguki Rezka.

"MANG UJANG PESEN KEK BIASANYA TIGA!" teriak Selly dengan suara toanya.

"Siap atuh neng!" Mang Ujang mengacungkan jempolnya.

"Cantik-cantik suaranya toa," cibir Rezka sedangkan Selly justru terkekeh.

"Toa toa gini temen lo, kalo lo lupa?"

***

Rangga, Adnan dan Haidar bolos pelajaran dan menuju kantin. Mereka mengedarkan pandangan untuk mencari tempat duduk dan mendengar suara teriakan dari siswi yang sedang duduk bertiga. Haidar langsung berlari diikuti Rangga dan Adnan.

"Hmmpp hmppp lephahin!" Selly memukuli tangan Haidar yang membekap mulutnya.

Haidar melepaskan tangannya.
"Jadi cewek gak ada manis manisnya," cibir Haidar sambil duduk disamping Nara.

"Lo kira gue le mineral," ujar Selly sinis.

Adnan pun langsung mengambil duduk di samping Nara dan Rangga disamping Rezka.

Merasa ada pergerakan di sebelahnya Rezka mengalihkan tatapannya. Disebelahnya terdapat Rangga yang sedang tersenyum.

Rangga menjulurkan tangannya.
"Kenalin gue Rangga Althaf Reinandra biasa dipanggil Rangga atau Althaf juga boleh kelas XI MIPA 3." Rangga memperkenalkan diri panjang lebar. Rezka hanya melirik tangan Rangga.

"Oh." Rangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedangkan teman temannya menahan tawa melihat Rangga yang dicueki Rezka.

"Nama lo siapa?" Tanya Rangga menatap Rezka.

"Rezka." Singkat,padat dan jelas. Beginilah Rezka jika bertemu laki laki. Karena menurutnya semua laki laki itu sama seperti dia kecuali papa dan abangnya.

......

Votment pleasee:))) biar tambah semangat ini nulisnya:(

Tunggu up lagi yaaa:))

Rangga RezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang