26. Berduka

19 6 0
                                    

Happy reading🥳

Yang mau ngehujat Irfan silahkan😂
10 vote + 15 coment auto up😂

Kau yang selama ini ku anggap sebagai penyembuh luka, nyatanya kaulah yang memberikan luka

Rangga berjalan menyusuri lorong rumah sakit bersama Robi, Ratih, dan Rara. Mereka langsung menuju ke rumah sakit setelah sebelumnya singgah di rumah Nenek Aida untuk meletakkan barang bawaan. Mereka berjalan sambil merapalkan do'a dalam hati untuk kesembuhan Nenek Aida. Saat perjalanan menuju ke sini, Firda yang merupakan keponakan Nenek Aida memberi kabar jika keadaan Nenek Aida mulai membaik. Namun baru saja keadaan Nenek Aida kembali memburuk.

Di depan ruangan ICU, terdapat Firda dan suaminya yang sedang menunggu kabar terkini dari dokter yang menangani Nenek Aida. Keduanya menoleh saat mendengar derap langkah mendekat ke arahnya. Firda langsung memeluk Ratih dan kembali menangis.

Robi dan Rangga berjalan mendekati Boby. Keduanya lantas berjabat tangan dengan Boby. "Sekarang gimana keadaan ibu?" tanya Robi.

Boby menghela napas, "Ibu kritis lagi, Mas." Boby dan Firda juga memanggil Nenek Aida dengan sebutan ibu. Hal tersebut merupakan permintaan Nenek Aida yang sudah menganggap keduanya seperti anaknya sendiri.

"Kenapa nenek bisa sampai kayak gini, Om?" tanya Rangga.

Boby menatap Rangga yang tampak sedih, "Awalnya nenek kamu bilang kepalanya pusing, waktu mau kembali ke kamar tiba-tiba nenek langsung mencengkram dadanya dan napasnya gak beraturan. Langsung kita bawa ke rumah sakit, setelah mendapat perawatan keadaannya mulai membaik walaupun belum sadar. Tapi gak lama kemudian tiba-tiba kejang dan langsung diperiksa dokter sampai sekarang," terang Boby sambil menatap pintu ICU yang tertutup.

"Mbak, hiks..hiks.. ibu mbak," ucap Firda sambil mengusap air matanya.

"Udah, tenang jangan nangis, ibu gak bakal kenapa-kenapa. Mendingan sekarang kita berdoa buat kesembuhan ibu," Ratih sebenarnya panik, namun ia berusaha tegar untuk menjadi penguat Firda.

Ratih mengalihkan pandangannya ke arah lain, mengusap air matanya yang menerobos keluar. Entah kenapa firasatnya tidak enak. Ia menggelengkan kepalanya pelan berusaha menghalau pikiran buruk yang menghantuinya.

Sedari tadi Rara hanya diam sambil duduk di sebelah Rangga. Ia menyenderkan kepalanya di bahu Rangga yang dibalas Rangga dengan mengusap pelan lengan Rara, berusaha memberikan ketenangan kepada adiknya itu.

Ceklek

Mereka mengalihkan pandangan ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruangan ICU. Robi segera berdiri diikuti oleh Boby mendekati dokter tadi.

"Apakah anda keluarga dari pasien yang bernama Aida?" tanya dokter tersebut sambil menatap Robi dan Boby.

"Benar dok, saya menantunya," jawab Robi.

Dokter tersebut menatap Robi, "Sebelumnya kami mohon maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain. Ibu Aida dinyatakan meninggal."

Ratih dan Firda langsung menangis histeris mendengar pernyataan dokter tadi, tidak menyangka bahwa ibunya akan meninggalkannya secepat ini. Hari ini ia kembali kehilangan orang yang ia sayang, setelah ia kehilangan sosok ayahnya.

"Kalau begitu saya permisi, kalau ingin masuk silahkan. Jenazah akan segera di pindahkan."

"Baik, Dok. Terima kasih," dokter tersebut hanya membalas dengan senyuman dan berlalu dari ruang ICU.

Rangga RezkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang