dua

2.6K 308 28
                                    

bloom




Di minggu ke 27 kehamilan Yohan.





Seungyoun membuka mata perlahan begitu merasakan goyangan pada tubuhnya. Ia mengerjapkan mata begitu melihat Yohan yang duduk dan mencoba membangunkannya.





"ada apa sayang?" tanya Seungyoun dengan suara serak bangun tidur.




"bulgogi.."




Seungyoun diam, mencoba mencerna kata-kata Yohan. Tolong, dia benar-benar mengantuk karena projek tiga hari belakangan.






"hyung!" Yohan memukul tubuh Seungyoun begitu yang lebih tua kembali menutup mata.






"ah! Sakit sayang," gerutu Seungyoun lalu mencoba mendudukan dirinya.






"aku mau bulgogi," ucap Yohan sekali lagi.





Seungyoun mengangguk-ngangguk, entah sadar atau tidak.





"iya.. bulgogi ya.." ucapnya pelan lalu kembali membaringkan tubuhnya.






"Seungyoun Hyung!!"





.
.
.





Yohan tersenyum. Matanya menatap Seungyoun yang sedang memasak.




Seungyoun langsung lari omong-omong.




Yohan mengamuk. Minta dimasakan bulgogi. Yohan memukul Seungyoun dengan bantal. Bertubi-tubi hingga yang lebih tua meringis kesakitan.





Tidak jarang kok Yohan mengidam tengah malam, dan pasti selalu diladeni Seungyoun.





Tidak macam-macam kok.






Kadang minta es krim, minta tteokbokki, minta sundae, minta omuk, minta jjajjangmyeon, minta gurita mentah (tapi ditolak mentah-mentah karena bumil tidak boleh makan mentah-mentah).





Kadang juga minta Sihun untuk menginap, membiarkan Seungyoun tidur di kamar tamu sendirian sedangkan istrinya itu tidur memeluk sang sahabat.





Engga ekstrem, kan?





Untungnya Seungyoun adalah suami yang siap sedia, yah, kecuali kalau dia capek seperti tadi. Tapi tetap saja dikabulkan keinganan sang istri.




Seungyoun langsung lari ke super market 24 jam terdekat, membeli daging beku dan bahan untuk bulgoginya.



trak




Satu piring bulgogi selesai di dini hari pukul dua lewat lima belas.





"selamat makan!" ucap Yohan gembira.






Seungyoun tersenyum kecil, mengusap pucuk kepala Yohan dengan gemas.






"si kecil Cho harus menurut ya sama Papa," ucap Seungyoun.





Yohan menoleh lalu menggeleng lucu, "tidak mau ah, Papa jelek,"




Seungyoun tertawa. Gemas. Yohan ikut tertawa lalu kembali melahap bulgoginya.



.
.
.



Di minggu 37 kehamilan Yohan..



"Hyung.." tangan Yohan mencengkram kuat lengan kemeja Seungyoun yang sedang mencuci piring.




Seungyoun reflek menghentikan aktivitasnya, fokusnya kini sepenuhnya pada Yohan.




"sakit?" tanya Seungyoun penuh waspada.





Yohan mengangguk lemah, mengigit bibirnya, menahan sakit yang datang bertubi-tubi padanya.





"Ayo ke rumah sakit,"





Seungyoun langsung bertindak cepat, mengangkat tubuh Yohan dan membawanya dengan hati-hati namun gesit.






Selama di perjalanan, Yohan terus menerus mengerang kesakitan. Seungyoun menggigit bibirnya, mencoba tenang dan juga menenangkan sang istri.






Hingga sampai di rumah sakit terdekat, dengan cepat para medis yang bekerja di bangsal icu membawa Yohan dan memastikan keadaannya terlebih dahulu. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah Yohan dibawa ke ruang operasi.





.
.
.






Yohan menatap manik Seungyoun yang khawatir. Ia terkekeh pelan.





"tenang.." ujar Yohan dengan lemah






Seungyoun mengangguk-ngangguk. Tangannya tetap memegang erat kedua tangan Yohan.






Yohan sedang bersiap untuk dioperasi, memang kehamilan pada laki-laki berisiko tinggi, tapi Seungyoun yakin Yohan bisa.






Setelah beberapa jam akhirnya suara tangis bayi menggema di dalam ruangan.





Seungyoun menunduk dalam duduknya, mengecup tangan Yohan dalam genggamannya, melafalkan doa terima kasih kepada Tuhan yang telah melindungi istri dan anaknya.






Air mata Seungyoun mengalir, membuat Yohan tertawa.






"hei, kenapa menangis?" tanya Yohan.







Seungyoun sesegukan. Matanya menangkap bentuk nyata bayi kecil yang menangis, sedang dibersihkan oleh para perawat.





"uhh, Yohan.." mata Seungyoun tidak bisa lepas dari bayi laki-laki itu.






Tangannya gemetaran dalam genggaman Yohan, membuat Yohan mau tak mau tergelak tawa lalu meringis kesakitan karena jahitan yang baru saja selesai.







"uhh, sakit h-han?" tanya Seungyoun dengan sesegukan, genggaman tangannya mengerat.






Yohan terkekeh. Tangannya terulur untuk mengelus pucuk kepala sang suami.






"tuh, jagoan kita mau dipeluk Papanya," ujar Yohan begitu matanya menangkap perawat mendekat dengan membawa bayi mereka.






Seungyoun menoleh cepat. Tangannya terulur dengan reflek begitu sang perawat menyerahkan anaknya dan Yohan.






Sempurna.







Dan Seungyoun bahagia.






"halo bayi kecil," sapa Seungyoun. Menggigit bibir takut menangis lagi.





Ia mengecup pelan kening bayi kecilnya. Menatap bayinya lamat-lamat.






Tatapan ia tolehkan kepada Yohan yang menatapnya dengan senyum tenang.






Seungyoun tersenyum hingga matanya menghilang.






"selamat datang Cho Seunghan,"








bloom

tbc

[✔️] bloom ; younhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang