Cerita Setelah Mugen Tsukuyomi
Perang dunia ninja ke-4 telah usai. Para pemimpi akibat pengaruh Mugen Tsukuyomi telah disadarkan oleh kerja sama Naruto-Sasuke. Kini, keadaan dunia ninja menjadi tenang, tetapi tempat mereka sangat berantakan, hancur akibat pertempuran para ninja saat melawan Madara dan jetsu putih.
Negara Konoha mengalami kehancuran terparah. Puing-puing reruntuhan tembok berserakan, korban baik sipil maupun ninja berjejeran di jalanan. Desisan juga raungan kesakitan terdengar di mulut mereka. Tsunade yang dibantu oleh asisten juga muridnya, Sakura telah berusaha mengerahkan seluruh tenaga pengobatan dengan cara menyalurkan cakra kepada para korban. Mereka telah men-summon Katsuyu, sejenis siput yang lendirnya dipercaya sebagai obat terbaik untuk menyembuhkan luka. Beberapa Shinobi tampak turut membantu menenangkan dan memberi obat kepada para korban termasuk Hinata, Tenten, Ino, juga yang lainnya.
Sementara itu, di sebuah lorong dengan penerangan obor, Kakashi dan Naruto berjalan mengiringi kedua anbu yang sedang menuntun Sasuke yang terikat dan ditutup matanya memakai kain hitam.
"Guru! Kenapa harus ditempatkan di sini, sih? Kenapa tidak di penjara atas saja? Ini sungguh kelewatan, aku tidak terima!" gerutu Naruto sambil menapaki tangga menurun berbelok-belok menuju ruang bawah tanah. "Siapa yang menyuruh Sasuke ditempatkan di sini? Apakah tidak ada mmm potongan mmm apa namanya dispen ... dispen--"
"Dispensasi maksudmu!" potong Kakashi. "Ini sudah mendapat dispensasi, Bodoh! Kalau menurut aturan, harusnya dia dibakar di lapangan! Kesalahan yang ditimbulkan oleh Sasuke itu sangat fatal! Gara-gara dia, dunia ninja menjadi geger. Berapa jumlah ninja yang tewas karena turut mencari dan mencegah dia supaya tidak sesat?"
"Tapi ... tapi dia pahlawan, Guru. Tanpa Sasuke, mungkin mereka akan musnah atau menjadi kepompong selamanya." Naruto membela mati-matian sahabat yang sudah dianggap separuh nyawanya itu.
Sasuke tentu saja mendengar obrolan guru dan sahabatnya. Ia menunduk, menyesali diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Mereka tiba pada anak tangga paling bawah. Di sana terdapat satu lorong besar yang kiri kanannya adalah penjara tertutup dan sangat gelap karena ruang bawah tanah yang lembap itu dikhususkan untuk para pemberontak kelas berat.
Kedua anbu berhenti, mengeluarkan kunci lalu membuka salah satu penjara. Sasuke pasrah tak melawan saat mereka mendorongnya masuk lalu bergegas menutup kembali pintunya.
"Hei, dia bukan binatang, Bedebah!" Naruto sangat marah tak terima dengan perlakuan kedua anbu yang tak menghargai sahabatnya.
Kakashi pun turut kesal, ia mendengkus lalu berkata, "Kalian seharusnya melakukannya dengan baik. Tanpa dia, kalian sekarang sudah mati!"
Kedua anbu itu acuh. Mereka melangkah pergi begitu saja kembali menapaki tangga menuju ke atas.
Kakashi membuka pintu kotak kecil di bagian atas pintu, satu-satunya sarana untuk bisa melihat di dalam walaupun kini sangatlah gelap gulita. Naruto uring-uringan, mengumpat, menyumpah serapahi kedua anbu tersebut.
"Sasuke, percayalah pada kami. Kami akan mencari jalan untuk segera membebaskanmu," janji sang guru kepada murid kesayangannya. Ia berbalik lalu melangkah mengikuti para anbu. "Ayo Naruto, kita harus melakukan sesuatu yang lain."
"Tunggu, Guru. Aku mau bicara dengan Sasuke!" Naruto membuka pintu kecil yang terbuat dari besi pipih itu lalu berteriak lantang, "Sasuke! Aku akan segera membebaskanmu! Tunggulah!"
Keadaan menjadi hening, sunyi senyap setelah Naruto pun menyusul gurunya, keluar dari penjara bawah tanah. Kini, Sasuke sendiri, benar-benar sendirian karena di ruang bawah tanah tak berpenghuni lagi selain dirinya. Kebanyakan mereka telah tewas di dalam penjara karena tak tahan dengan kesunyian--swing--yang mengakibatkan stres tingkat tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genjutsu✔
FanfictionComplete!✔ A Sasuhina Fanfiction Canon! Naruto Fanfiction Naruto disclaimer Masashi Kishimoto Cinta harus dipertahankan, tetapi cinta juga tak bisa dipaksakan. Jika ada yang mengatakan lebih baik dicintai daripada mencintai, itu adalah hal yang kura...