6. Salah Paham

6.9K 638 42
                                    

"Aaaargh, sial, sial!" Naruto mengeram ketika mendapati sahabatnya menghilang dalam sekejap mata.

"Hinata! Dia menghilang!" teriak Kurenai tak kalah panik.

Kejadiannya begitu cepat dan tak terprediksi sebelumnya. Para undangan dan beberapa ninja masih tertidur karena terkena genjutsu Uchiha.

"Naruto! Cepat pulihkan mereka!" teriak Kakashi mendorong muridnya supaya turun dari panggung dan membebaskan efek ilusi pada para tamu undangan.

Tsunade menatap marah pada Kakashi. "Kau telah membuka cakranya, bukan? Heh, kau tahu akibatnya sekarang?"

Kakashi sadar, ia telah melakukan kesalahan terbesar. Entah kenapa di dasar hatinya terdalam ada perasaan lega untuk murid kesayangannya yang berhasil melarikan diri dari acara pertunangan. Namun, tanggung jawab tetaplah tanggung jawab yang harus dipertaruhkan adalah harga diri. Pria itu pun menjawab, "Benar, Hokage-sama. Saya yang telah membebaskan cakranya. Saya akan bertanggung jawab untuk mencarinya dan membawa pulang kembali ke Konoha."

"Hiks ... hiks ... dia tak pernah mencintaiku." Sakura yang tak terpengaruh oleh ilusi sangatlah bersedih hati karena semakin yakin, pria yang selama ini dicintai tak pernah membalas bahkan dengan kejam mempermalukannya di depan umum.

Naruto yang terhubung rasa dengan gadis berambut merah muda itu menoleh lalu menghampirinya. "Kau ingat sumpahku, Sakura! Aku akan membuatnya menderita! Lihat saja nanti, aku segera membuktikannya!"

"Bagaimana dengan Hinata!" Kurenai melengking dari tempat duduknya. Ia juga merupakan salah satu yang bisa menangkal genjutsu Sasuke.

"Sasuke tidak pernah menaruh hati padanya, aku yakin Hinata hanya dijadikan sandera olehnya," tegas Kakashi. Tiba-tiba ia tersentak sendiri dengan perkataannya. Benarkah mereka tak memiliki hubungan? Tapi kenapa aku merasakan ada kesamaan pada mereka, seperti terikat sebuah janji? Bahkan tadi warna bajunya pun seperti sengaja sepadan. Atau jangan-jangan mereka ....

"Kakashi! Kau harus segera mengejarnya!" bentak Tsunade membuyarkan lamunan ninja ahli peniru tersebut. "Naruto, setelah ini, ajak semua temanmu untuk ke ruanganku. Juga kau Kakashi! Juga kalian para guru pembimbing, kita akan rapat darurat!"

***

Tsunade mengetuk-ngetukkan jari ke meja kerja, sedangkan tangan kiri menopang dagu dengan pandangan yang kosong. Wajahnya terlihat mengerut, memberengut. Ia sangat kecewa pada semua, terlebih ke Kakashi. Kini, tambah permasalahan lagi dari pimpinan klan Hyuuga yang menuntut putrinya segera ditemukan serta menghukum si Uchiha seberat-beratnya.

Para nakama menunduk, bergeming di tempat. Guru-guru senior berpikir keras, menatap kosong lurus ke depan. Suasana di ruang Hokage begitu mencekam, penuh ketegangan.

Sakura merasa sangat hancur hati, tetapi ia pun tak berani berkutik. Kunoichi nomor satu Konoha itu berusaha memelankan sengguknya yang masih bisa didengar oleh semua ninja yang ada di ruangan itu.

Ingin sekali Naruto membawa rekan satu tim itu pergi lalu menghiburnya. Namun, ia sendiri tak berani berkutik sedikit pun dan hanya menunggu instruksi dari sang Hokage.

Ino yang pada awalnya iri, kini merasa iba melihat keadaan sang sahabat. Hatinya ingin terhubung ke Sakura dan membisikkan kata-kata yang menghibur, tetapi kesedihan bisa menutup pintu telepati pada gadis yang sedang menangis itu.

Tsunade melirik malas pada semua yang ada di ruangannya. Ia mendengkus kesal kemudian berkata, "Aku akan membagi kalian menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok harus ada yang bisa menggunakan ... ck ... aaah itu tidak mungkin."

Semua terkejut melihat emosi sang Hokage. Mereka saling berpandangan dengan rasa ketakutan. Kakashi menunduk penuh rasa bersalah, iris matanya terlihat layu.

Genjutsu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang