Kakashi mengernyitkan dahi, ia memikirkan perkataan sang Hokage yang mengatakan, "Bagaimana selanjutnya anak itu? Apakah kau menjamin dia tidak lagi berbuat ulah lalu pergi dari Konoha? Sepertinya meskipun bawaannya tenang dan pendiam, sesungguhnya dia itu tidak bisa diam! Benar begitu, Kakashi?"
Laki-laki yang selalu mengenakan penutup mulut tersebut sedang berada di ruangan Hokage untuk melaporkan tugasnya yang sudah selesai yaitu membebaskan dan membawa Sasuke dari penjara bawah tanah. Dipikir setelah melapor semua beres, tetapi ternyata sang Hokage memberi masalah baru baginya.
"Apakah jalan cakranya masih kaututup?" Tsunade melihat pria itu belum juga menjawab pertanyaan sebelumnya. Ia menatap Kakashi lalu lanjutnya, "Kau harus mengikatnya terlebih dahulu sebelum membuka jalan cakranya."
"Maksud Godaime?" Kakashi semakin tak mengerti dengan jalan pikiran Tsunade. Ia bersedekap menopang dagu. "Harus diikat, ya?"
"Kakashi! Kau tahu apa yang aku maksudkan, bukan?" Tsunade menyipitkan mata seraya memiringkan kepala. Ia curiga jangan-jangan Kakashi salah pengertian tentang mengikat Sasuke. Ternyata memang benar, pria itu sedang membayangkan mengikat Sasuke di tiang listrik belakang gedung Hokage.
"Saya akan segera melaksanakannya, Hokage-Sama," jawabnya. Kakashi membungkukkan badan kemudian segera pergi meninggalkan Hokage yang menatap punggungnya dengan mata berkilat marah.
"Shizune!" Tsunade memanggil asistennya melalui interkom. Perempuan yang berada di ruangan sebelah itu secepat kilat berdiri di hadapannya. "Kumpulkan kembali para penatua, juga para sensei senior!"
***
Bagaimana cara mengikat Sasuke, ya? Apakah anak itu mau diikat begitu saja? Dalam perjalanan pulang kembali ke apartemen, Kakashi terus menerus memikirkan cara mengikat Sasuke. Ia sangat yakin bisa mengikat seperti yang pernah dilakukannya dulu ketika bocah itu hendak melarikan diri, ikut anak buah Orochimaru. Namun, tentu saja keadaannya sekarang berbeda. Jika dahulu, ia tanpa sengaja melakukannya dan mendapat perlawanan, tetapi sekarang Sasuke dalam keadaan lemah, lucu kalau tiba-tiba saja diikat di tiang listrik tanpa alasan yang jelas.
Saat berbelok di tikungan, Kakashi berpapasan dengan orang yang sedang dipikirkan, tetapi ia tak mengenalinya karena wajah laki-laki itu tertutup topi. Mantelnya mirip punyaku. O ... jangan-jangan ....
"Sasuke!" Kakashi baru menyadari benda miliknya saat pemuda itu sudah beberapa langkah di depannya. "Dari mana kau!"
Berhenti tanpa menoleh hanya melirik dengan sudut mata adalah kebiasaan si bungsu Uchiha. Ia menjawab singkat pertanyaan gurunya ketika sudah jalan beriringan. "Danau."
Mereka melewati kedai ramen yang tampak begitu ramai. Kakashi menyeret muridnya untuk mampir. Ternyata semua teman seangkatan Sasuke ada di sana termasuk gadis mungil yang duduk paling tepi seolah menghilang dari keramaian.
Refleks mereka menoleh dan melongo begitu mengetahui orang yang datang bersama Kakashi adalah Sasuke, pria yang selama ini menjadi pusat kehidupan mereka. Bagaimana tidak menjadi senter, hampir seluruh hidup digunakan untuk tujuan hanya terfokus pada sang Uchiha terakhir ini--mencari dan akan membawa kembali ke Konoha.
Sasuke melirik ke sudut tergelap dan bertatapan dengan gadis yang sore tadi sempat sedikit bercengkerama dengannya. Mereka sama-sama malu dan berusaha menghindari tatapan. Namun, hati Sasuke berdebar tak karuan. Jika saja ilmunya telah kembali, ia pasti bisa merasakan si gadis itu pun sangat malu, pipinya merah dan pura-pura tak mengingat kejadian di pinggir danau.
"Teme!" Akhirnya Naruto berteriak bahagia mencairkan suasana dan melompat tepat di depan mata Sasuke setelah sekian detik terkesima dan tercengang melihat kehadiran sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genjutsu✔
FanfictionComplete!✔ A Sasuhina Fanfiction Canon! Naruto Fanfiction Naruto disclaimer Masashi Kishimoto Cinta harus dipertahankan, tetapi cinta juga tak bisa dipaksakan. Jika ada yang mengatakan lebih baik dicintai daripada mencintai, itu adalah hal yang kura...