12. Ketahuan Lagi

6.1K 587 87
                                    

Pagi hari cerah di saat aktivitas alam terdengar riang terjadi kehebohan kecil di salah satu kamar mansion Hyuuga. Sang putri sulung sejak dari bangun tidur terus menerus muntah di kloset hingga badannya lemas. Kini, ia berbaring di tempat tidur dan dijaga oleh adik perempuannya.

"Kak, kau ini pasti masuk angin. Aku dengar, semalam Kakak kembali menguntit Naruto. Iya, kan?" ucap Hanabi seraya mengoleskan minyak ajaib ramuan keluarga yang sering dibanggakan oleh Hinata. Obat berupa salep itu pernah diberikan kepada Naruto ketika ujian Cunin saat di akademi.

"Aku pikir juga begitu. Kepalaku terasa pusing dan perut sangat mual, selalu ingin muntah. Hooooweee ...." Hinata buru-buru berlari ke kamar mandi dan muntah kembali di kloset, tetapi tak ada lagi yang keluar dari mulutnya. Ia berjalan gontai kembali ke kasur.

"Ayah akan panggilkan dokter untuk memeriksamu," kata seorang pria paruh baya berambut panjang dengan wajah khawatir yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Tak usah, Ayah. Ini hanya masuk angin biasa, nanti juga sembuh sendiri." Hinata merebahkan tubuh kembali lalu membalut diri dengan selimut.

"Permisi, Tuan." Seorang Maid perempuan tua tergopoh-gopoh membawa baki berisi bubur hangat untuk Hinata. Hiashi bergeser untuk memberi jalan masuk ke kamar putrinya.

"Mana, Bi. Biar aku saja yang menyuapi kakak." Hanabi mengambil alih baki tersebut dari tangan si Maid.

"Hanabi, bukankah sekarang kau ada jadwal latihan?" Hiashi mengingatkan putri bungsunya. "Ayo keluar, biar kakakmu istirahat."

"Baik, Ayah." Hormat dan santun masih kental di keluarga Hyuuga. Hanabi menyerahkan kembali baki itu ke tangan maid kemudian berdiri dan berpamitan pada kakaknya. "Kakak istirahat dulu, ya. Nanti kalau perlu apa-apa, panggil aku saja."

Hinata mengangguk lemah lalu berusaha duduk. Maid wanita itu segera membantunya. Hanabi dan Hiashi memperhatikan sejenak kemudian mereka pergi meninggalkan kamar sulung Hyuuga.

"Bi, sepertinya aku tak usah makan. Perutku terasa mual sekali." Hinata meraba-raba perutnya dan tersentak. Ia merasa ada pergerakan sangat halus. Apakah aku ... jangan-jangan ....

Maid perempuan itu menyentuh tangan Hinata. Ia melihat kegusaran di wajah nonanya yang tampak bertambah pucat karena terkejut.

Hinata membuka mulut dan mendelik menatap ke Maid yang perlahan memeriksa denyut nadinya.

"Saya ada sedikit ilmu tentang pengobatan. Izinkan saya memeriksa Anda, Nona," ucap wanita itu dan segera memeriksa Hinata meskipun belum sempat mendapat persetujuan.

"Oh!" pekik Maid itu mendelik ke Hinata. "Anda ...."

"B-b-bi-bibi. T-t-tolong jan-gan sampai a-ayah tahu," lirih Hinata dengan gemetaran. "B-b-belum saatnya a-ayah mengetahuinya."

Maid perempuan yang sudah bekerja belasan tahun di keluarga Hyuuga itu mengangguk, mengerti maksud Hinata. Ia sudah menganggap wanita yang sekarang sedang menangis itu layaknya putri sendiri.

Sasuke ... Sasuke ....

***

Salah satu ruangan lebih besar dari kamar di kantor Hokage telah disulap menjadi kamar bagai apartemen bagi Sasuke. Namun demikian, di luar telah dijaga ketat walaupun mantan ninja nin tersebut sudah tak memiliki kekuatan lagi. Sakit di tubuhnya memang berangsur membaik, tetapi ia tak bisa menutupi luka di hati.

Hinata, sedang apa kau kini? Kenapa aku merasakan sakit di perutku? Hati Sasuke terhubung pada istrinya. Ia merasa mual dan mendadak pusing. Sekonyong-konyong terdengar tangisan bayi.

Genjutsu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang