Kakashi membawa murid kesayangan ke apartemennya. Setelah keluar dari ruang bawah tanah, hampir sebulan di sana, Sasuke merasa pusing melihat cahaya. Ia butuh istirahat dan menstabilkan kembali kondisinya. Tenaga dan cakra masih terkunci, jadi ia seperti orang biasa tak bisa mengeluarkan ilmu kanuragan.
"Mandilah, ini handuknya!" Sasuke menangkap refleks lemparan Kakashi. Ia tersenyum karena intuisinya masih bekerja dengan baik, segera berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
Sasuke telah rapi dengan pakaian yang diberikan oleh Kakashi yaitu kostumnya sendiri, saat di penjara sengaja disimpan oleh sang guru. Ketika di ruang bawah tanah, ia hanya mengenakan baju khusus tahanan terbuat dari bahan kasar sehingga kulitnya berbaret.
"Naruto juga teman-temanmu yang lain belum tahu kalau kau sudah bebas. Aku juga belum melapor pada Godaime. Di kulkas ada makanan, kaumakanlah, aku akan menemui Hokage untuk memberi laporan." Kakashi berpamitan lalu keluar rumah dengan berjalan kaki. Ia kehabisan cakra karena menggendong Sasuke dari ruang bawah tanah hingga ke apartemennya.
Sasuke mendengkus, memejamkan mata, memusatkan pikiran pada gadis yang selalu menemaninya selama di ruang gelap walaupun hanya berbentuk bayangan saja.
"Hinata," gumamnya. Segaris tipis terukir di bibir, Sasuke mendongak, perlahan membuka mata, senyuman pun mengembang. "Aku harus menemuinya."
Setelah mengambil sepotong roti dari kulkas dan memakannya, Sasuke segera keluar dari apartemen Kakashi. Ia sengaja memakai mantel tebal milik gurunya beserta topi lebar sehingga orang tak akan mengenalinya. Tujuan utama adalah distrik Hyuuga karena dipikir si gadis pujaan ada di mansion.
Saat hendak melewati jembatan, Sasuke melihat kedua rekan setimnya sedang mengobrol, bercanda lalu Sakura mengejar Naruto yang sedang tertawa terbahak-bahak. Di lahan berumput tepi sungai, gadis berambut merah muda berhasil menangkap teman laki-lakinya hingga jatuh terlentang lalu duduk di atas perut sambil melancarkan pukulan bertubi-tubi.
Intuisi menggiring mata Sasuke untuk melihat bayangan di balik sebuah pohon sekitar sungai. Ia melihatnya, gadis yang selalu menjadi penguntit Naruto. "Hinata," gumamnya lirih.
Gadis itu mundur berjingkat lalu membalik badan, berlari menutup mulut. Sasuke menatap punggungnya dengan mata sayu. Namun, ia tersentak kemudian berjalan cepat menyusul gadis tadi dengan kedua tangan masuk ke kantung mantel.
Ia melewati kedua sahabatnya dan pura-pura tidak tahu, acuh dengan kegiatan mereka. Sasuke bersyukur untuk saat ini karena cakra yang belum pulih sehingga Naruto pun tak mengenalinya.
Sasuke mengedarkan pandangan mencari gadis pujaan yang telah hilang di sekejapan mata. Ia melihat seseorang duduk di pinggir danau, tempatnya dahulu ketika melampiaskan kesedihan saat mengingat orang tua yang telah tiada. Bungsu Uchiha meneguk saliva, berjalan amat pelan menghampiri gadis itu.
Hinata terkejut saat merasakan ada seseorang berdiri tepat di belakangnya. Ia menoleh, tetapi tak bisa melihat wajah laki-laki itu karena topi besar menutupi sebagian mukanya.
Sasuke mendudukkan diri di sisi gadis itu lalu berkata, "Ketika aku sedang sedih dan merasa sendiri, di sinilah tempatku."
Hinata terkesiap, ia menoleh dengan jantung berdegup kencang. Gadis itu takut untuk menanggapi maupun beranjak dari tempatnya.
"Apa kau sekarang sedang sedih?" tanya Sasuke. Hatinya pun berdebar di saat angin membawa aroma lavendel si gadis ke indra penciuman. Uchiha terakhir ini menghirupnya dalam-dalam dan enggan untuk mengembuskan kembali.
"K-kau ... S-Sa-suke-kun?" Hinata gemetaran, keringat dingin membasuh tubuh, beruntung tak sampai pingsan. Ia tak menyangka seorang yang tak pernah berbicara sepatah kata dengannya selama mengenal laki-laki itu, kini malah duduk dekat bahkan nyaris berimpit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genjutsu✔
FanfictionComplete!✔ A Sasuhina Fanfiction Canon! Naruto Fanfiction Naruto disclaimer Masashi Kishimoto Cinta harus dipertahankan, tetapi cinta juga tak bisa dipaksakan. Jika ada yang mengatakan lebih baik dicintai daripada mencintai, itu adalah hal yang kura...