Genjutsu✔

15. Restu/ FIN

Pagi hari yang cerah ketika matahari mulai meninggi menuju siang, kedai ramen digemparkan oleh pasangan baru. Sejoli ini sedang makan di meja paling pojok menghindar dari keramaian sambil saling menyuapi dengan mesra. Sai, Ino, Shikamaru, dan Choji yang baru saja masuk, mendadak berhenti. Mereka terbelalak dengan penglihatan lurus di depan mata.

"Se-sejak kapan me-me-mereka ...." Ino yang terkejut tak habis pikir dengan kedekatan kedua teman seangkatannya itu yang begitu mendadak.

Hmmm ... akhirnya kau mengakuinya juga, Naruto, gumam Sai di dalam hati. Ia pun bisa membaca gelagat gadis yang pernah menjadi rekannya satu tim. Sepertinya Sakura mulai menanggapinya, apa yang terjadi?

"Eh, kalian. Mau sarapan juga?" Sakura pura-pura bersikap biasa saja saat menoleh ke pintu masuk dan melihat teman-temannya melongo, padahal wajah gadis itu merah padam menahan rasa malu yang luar biasa. Sementara Naruto memalingkan muka karena merasakan hal yang sama dengan kekasihnya.

"Ciiie ... baru jadian rupanya. Traktir kita, dong," celetuk Choji memanfaatkan keadaan.

Ino masih tercengang. Ia tak habis mengerti bagaimana tiba-tiba saja Naruto dan Sakura menjadi sepasang kekasih. Hatinya bertanya-tanya, Lalu bagaimana dengan Sasuke? "Bu-bukankah d-dia a-akan me-menikah?"

"Apa kabar dengan Sasuke?" tanya Shikamaru yang tak kalah kejut dengan teman-temannya. Mana mungkin Sakura melepaskan Sasuke begitu saja. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Ah, kalian ini cerewet sekali," sahut Sakura yang mendengar pergunjingan mereka seraya ikutan Naruto, memalingkan muka menghindari tatapan teman-teman yang seakan sedang meneliti sesuatu tentangnya dan sang kekasih.

"Sini, Jidat! Kau harus menjelaskan kepada kami! Atau jangan-jangan Sasuke berhasil membuka segel kekuatannya sendiri lalu menggenjutsu kalian!" teriak Ino kemudian ia menganggut-anggut, merasa yakin dengan perkiraannya sendiri. Bisa jadi seperti itu. Karena sangat tidak mungkin seorang Sakura melepaskan cintanya begitu saja pada Sasuke dan justru berpacaran dengan Naruto. Aneh, ini sangatlah aneh, batin Ino penuh dengan banyak pertanyaan tentang percintaan sahabatnya itu.

"Apa benar yang dikatakan Ino?" Sai mendekati rekan-rekan satu timnya itu untuk memeriksa seperti yang dikatakan Ino. "Hei, mereka ini tidak sedang dalam ilusi! Lihat! Wajah mereka merah bagai kepiting rebus!" teriak Sai membuat teman-temannya berlarian mendekat kemudian mengamati kedua sejoli itu dengan saksama.

Sakura dan Naruto pasrah. Mereka memang tak bisa menyembunyikan diri lagi, toh tingkahnya sudah sangat kentara. Mengambil napas panjang, gadis itu pun mengaku, "Ya ... ya ... ka-kami m-me-memang b-b-baru ja-jadian, s-s-semalam."

"Lho, apa yang terjadi dengan Sasuke? Jidat! Bukankah kau akan segera menikah dengan Sasuke?" cerca Ino dengan memiringkan kepala, menatap lekat pada sahabatnya.

Choji yang tak tahan lapar melirik ramen di meja sebelah Naruto. Namun, sudut matanya tak sengaja menangkap rombongan Hokage yang tampak berjalan tergesa-gesa. "Hei, lihat!" teriaknya sambil berlari keluar kedai. Refleks teman-temannya mengikuti termasuk Sakura dan Naruto.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Ino mengerutkan dahi. Matanya tertumpu pada Sasuke yang berpegangan tangan dengan Hinata. "Bukankah ... i-itu Sasuke bersama Hinata? Kenapa bisa jadi begini? Sebenarnya ada apa ini?" tanyanya mewakili teman-teman yang memiliki pertanyaan serupa.

"Mereka pasangan suami-istri," jawab Sakura. Ada nada getir di kata-katanya. Namun, ia tersenyum ketika melirik Naruto dan segera meraih tangan pemuda itu yang kini telah menjadi kekasihnya. Kemesraan kami akan melebihi mereka. Naruto, percayalah! Aku akan mencintaimu lebih dari Hinata mencintai Sasuke karena kita adalah pasangan yang gila! Sakura bersemangat memikirkan masa depannya bersama Naruto kelak.