Senang tanpa alasan. Karena awan tebal tak lagi bersemayam pada sang tuan. Ungkapan syukur tak henti-hentinya terpanjatkan.
Entah sekeras apa usahanya membuat orang tuanya takluk. Kini usaha tak sia-sia. Ayahnya setuju dengan permintaannya, walaupun pasti ada syarat lain yang harus ia terima.
Rasa ingin bercengkrama setiap hari semakin menggebu-gebu. Tetapi aku sadar aku tak layak untuk itu. Bulan dan Mentari, tolong jangan berharap terlalu.
Aku selalu bertanya-tanya.
Apa benar Bulan dan Mentari tak boleh bersanding?
Apa benar Bulan dan Mentari tak boleh bersama?
Aku hanya ingin bercengkrama dengannya.
Dan selalu kudapat jawabnya; Bulan dan Mentari berbeda. Sangat jauh kasta. Bahkan tak layak untuk sebuah angan-angan yang belaka.
Coba lihat, bulan dan mentari di atas sana. Mereka tak dapat bersama.
Maka dari itu rasanya tidak akan mungkin aku dapat bermain bersamanya seperti yang lain. Semakin aku pikirkan semakin tak layak rasanya.
Terkadang muncul pemikiran untuk apa aku melakukan hal seperti ini yang membuatku tampak begitu aneh.
Rasanya semua yang aku lakukan ini begitu aneh dan tak berguna sekali. Menaruh perhatian pada orang lain namun tidak berani mengungkapkannya. Aku memang benar-benar pengecut.
Terkadang pun aku bingung kenapa bisa merasa bahagia saat melihatnya tertawa lepas, padahal tak ada imbasnya sedikit pun padaku.
Haruskah aku tutup dongengku ini dan kembali pada kenyataan bahwa aku tak layak untuknya. Kembali pada kenyataannya bahwa mentari dan bulan tak bisa bersama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya menceritakan Cerita membosankan Seorang bulan pemiliknya Tak tahu siapa penikmatnya