Khayalku. Kisah seorang Bulan dan pangeran Mentari dapat merajut hubungan; berbagi cerita, tertawa lepas bersama.
Dan aku tahu itu mustahil. Hanya dongeng liarku yang kini harus aku tutup rapat-rapat.
"Bul-Luna." Sampai-sampai suaranya saja bermain-main dipikiranku.
"Lun." Dalam pikiranku kini ia memanggilku sambil memainkan tangannya di depan wajahku.
"Laluna!" panggilnya sambil memegang pundakku. Sadar bukan sekadar pikiranku, aku pun terkejut dan terjatuh dari kursiku. Kursiku tadi memang tidak dalam keadaan baik. Aku asyik memainkannya, menjadikannya jungkat jungkit.
Nyeri rasanya namun rasa malunya lebih besar terasa. Walaupun kelas kini sangat sepi hanya ada aku dan dia. Karena kelas sudah berakhir sejak 30 menit yang lalu.
"Heh, maaf enggak bermaksud membuatmu kaget," ucapnya sambil ingin membantuku bangkit. Namun cepat-cepat aku bangkit lebih dulu dan menjaga jarak darinya.
"Ti-tidak kamu tidak salah, akunya saja yang kurang hati-hati," jawabku.
"Tidak ada yang sakit? Mau ke UKS?" tanyanya.
Terdengar berlebihan kalau ke UKS, pikirku.
Aku menggeleng, "Tidak perlu."
Keadaan hening, tak ada satupun diantara kami yang melontarkan perkataan. Sampai akhirnya,
"Oh iya, aku mau bilang makasih banyak. Tentang kelinci semalam."
Ia tampak menggantungkan perkataannya. Aku cukup terkejut. Apa dia tahu aku yang menaruh kelinci itu di kelas bermaksud untuk menghiburnya?
"Padahal itu tugasku, tetapi semingguan ini malah kamu yang mengurusi kelinci-kelincinya. Akunya malah pulang duluan," lanjutnya.
"Aaaa," batinku mengerti arah bicaranya.
Saat itu memang aku melaksanakan tugas sehabis pulang sekolah tersebut termasuk tugasnya. Aku memakluminya karena aku tahu saat itu mood-nya sedang tidak baik.
"Sebagai gantinya minggu ini aku deh yang mengerjakan tugasmu."
Aku langsung menggeleng kuat, "Tidak usah, tidak apa-apa."
Keadaan hening terjadi kembali, karena sudah begitu sore aku pun memutuskan untuk pulang.
"Duluan," ucapku memberanikan diri sambil berjalan ke arah pintu tanpa berani menatap wajahnya walau sekilas.
"Oke, hati-hati."
"Luna!" panggilnya membuatku langsung menatapnya.
"Makasih juga sudah membawa kelincinya ke kelas, itu sangat menghibur," ucapnya sambil memamerkan senyum lebarnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya menceritakan Cerita membosankan Seorang bulan pemiliknya Tak tahu siapa penikmatnya