[ 𝒫𝑒𝓉𝒶 𝒜𝓃𝑔𝓀𝒶𝓈𝒶 ]
Bukannya jenuh yang seperti aku duga. Semakin hari Sang Tuan Mentari semakin sering mengajakku merangkai sebuah percakapan.
Rasanya risih menjadi bahan obrolan orang-orang. Menjadikan diri ini sebagai objek pembicaraan hangat.
"Sejak kapan dia dekat dengan Radit?"
"Bagaimana mereka sedekat itu?"
"Apa yang dilakukan Luna sampai Radit dekat dengannya?"Sungguh kuping ini menjadi panas mendengarnya. Bagaikan di kambing hitamkan. Apakah kesalahan besar aku bisa berteman dengannya?
Tatapan itu pun selalu aku dapatkan ketika dia mengajakku bicara. Tak apa untukku. Namun itu akan menjangkit padanya, bagaikan penyakit menular. Itu yang aku khawatirkan. Takut-takut ia akan kehilangan teman, kepercayaan diri dan cahaya mentarinya akan meredup. Aku tidak ingin itu terjadi.
Aku tidak mau dia seperti aku. Aku tidak ingin ia merasakan apa yang aku rasakan. Dia mentari, dia harus terus bersinar. Dan terus seperti itu.
Dan aku bulan. Iya... aku akan memantulkan cahaya mentari. Ah... hampir saja hal itu aku lupakan. Walaupun aku tak dapat bersanding dengannya setidaknya aku bisa membantunya bersinar, seperti saat malam. Walaupun aku tak yakin.
Aku bertekad akan selalu seperti ini. Tak akan berubah. Biarkan seperti ini mengagumi dalam diam tanpa ada yang tahu. Biarkan aku saja yang menikmati seorang diri tanpa terbalaskan. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tidak ada yang akan terluka karena hanya ada satu pihak di dalamnya. Aku yakin ini akan lebih baik.
Hanya menceritakan
Cerita membosankan
Seorang bulan pemiliknya
Tak tahu siapa penikmatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Pada Mentari
Fanfic𝓑𝓮𝓷𝓪𝓻𝓴𝓪𝓱 𝓑𝓾𝓵𝓪𝓷 𝓭𝓪𝓷 𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓫𝓸𝓵𝓮𝓱 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓷𝓭𝓲𝓷𝓰 ? [ᴘ ʀ ᴏ ᴊ ᴇ ᴄ ᴛ: 𝒫𝑒𝓉𝒶 𝒜𝓃𝑔𝓀𝒶𝓈𝒶]