九 : 𝒯𝑒𝓇𝒿𝒶𝓃𝑔𝓀𝒾𝓉 𝒫𝑒𝓃𝓎𝒶𝓀𝒾𝓉 𝑀𝑒𝓃𝓊𝓁𝒶𝓇

192 57 13
                                    

[ 𝒫𝑒𝓉𝒶 𝒜𝓃𝑔𝓀𝒶𝓈𝒶 ]






Bukannya jenuh yang seperti aku duga. Semakin hari Sang Tuan Mentari semakin sering mengajakku merangkai sebuah percakapan.

Rasanya risih menjadi bahan obrolan orang-orang. Menjadikan diri ini sebagai objek pembicaraan hangat.

"Sejak kapan dia dekat dengan Radit?"
"Bagaimana mereka sedekat itu?"
"Apa yang dilakukan Luna sampai Radit dekat dengannya?"

Sungguh kuping ini menjadi panas mendengarnya. Bagaikan di kambing hitamkan. Apakah kesalahan besar aku bisa berteman dengannya?

Tatapan itu pun selalu aku dapatkan ketika dia mengajakku bicara. Tak apa untukku. Namun itu akan menjangkit padanya, bagaikan penyakit menular. Itu yang aku khawatirkan. Takut-takut ia akan kehilangan teman, kepercayaan diri dan cahaya mentarinya akan meredup. Aku tidak ingin itu terjadi.

Aku tidak mau dia seperti aku. Aku tidak ingin ia merasakan apa yang aku rasakan. Dia mentari, dia harus terus bersinar. Dan terus seperti itu.

Dan aku bulan. Iya... aku akan memantulkan cahaya mentari. Ah... hampir saja hal itu aku lupakan. Walaupun aku tak dapat bersanding dengannya setidaknya aku bisa membantunya bersinar, seperti saat malam. Walaupun aku tak yakin.

Aku bertekad akan selalu seperti ini. Tak akan berubah. Biarkan seperti ini mengagumi dalam diam tanpa ada yang tahu. Biarkan aku saja yang menikmati seorang diri tanpa terbalaskan. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tidak ada yang akan terluka karena hanya ada satu pihak di dalamnya. Aku yakin ini akan lebih baik.





























Hanya menceritakanCerita membosankan Seorang bulan pemiliknyaTak tahu siapa penikmatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya menceritakan
Cerita membosankan
Seorang bulan pemiliknya
Tak tahu siapa penikmatnya

Bulan Pada Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang