[ 𝒫𝑒𝓉𝒶 𝒜𝓃𝑔𝓀𝒶𝓈𝒶 ]Seharian ini tidak ada setengah lingkaran yang terpatri pada Sang Mentari. Sembunyi tak tahu kemana, malah meninggalkan sendu di sana. Entah awan apa yang membuat Sang Mentari seperti itu.
Rasanya dia seperti Tuan Mentari yang berbeda. Aku hanya dapat berdoa agar ia segera pulih dan awan itu segera sirna.
Hari ini ia tidak banyak berbicara. Dia hanya duduk menyendiri dan diam. Benar-benar bukan Tuan Mentari yang ku kenal.
Masalah seperti apa yang bisa membuatnya semendung itu. Sampai-sampai saat ini kelas sudah kosong, hanya ada dia dan aku yang mengintip dari jauh.
Ia menatap ke arah jendela dengan tatapan sendu. Ingin rasanya menghiburnya namun apalah daya tangan tak sampai, aku hanya berdiri di sini tanpa tahu apa yang harus aku lakukan.
Kakiku melangkah meninggalkan ruang kelas. Mencoba memikirkan cara-cara yang bisa kulakukan.
Tanpa sadar, mataku tertuju pada kandang kelinci yang berada di seberangku. Ide kecil terlitas di kepalaku.
Dengan cepat aku mengambil satu kelinci kecil yang kira-kira bisa ku angkat menuju kelas.
Dengan hati-hati aku melepaskan kelinci kecil tersebut dan membiarkannya masuk ke dalam kelas.
Mangamatinya dari celah jendela. Aku bisa melihat Tuan Mentari tampak kebingungan saat mendapati kelinci tersebut. Namun, ia tetap mengendong kelinci itu dan memberikan elusan lembut padanya. Tidak lupa juga ukiran setengah lingkaran kembali terlihat di wajahnya. Walaupun hanya segaris tipis.
Dan itu sudah membuatku bersyukur. Aku harap senyum itu takkan pernah surut kembali. Biarkan senyuman itu selalu terukir di sana. Semakin hari semakin mencerah.
Hanya menceritakan
Cerita membosankan
Seorang bulan pemiliknya
Tak tahu siapa penikmatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Pada Mentari
Fanfiction𝓑𝓮𝓷𝓪𝓻𝓴𝓪𝓱 𝓑𝓾𝓵𝓪𝓷 𝓭𝓪𝓷 𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓫𝓸𝓵𝓮𝓱 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓷𝓭𝓲𝓷𝓰 ? [ᴘ ʀ ᴏ ᴊ ᴇ ᴄ ᴛ: 𝒫𝑒𝓉𝒶 𝒜𝓃𝑔𝓀𝒶𝓈𝒶]