11

6K 750 77
                                    

oOo

Disclaimer

Naruto © Masashi Kishimoto

.

tomorrow, at sunrise...

oleh

oreoivory

oOo

Saat Sasuke masih kecil, dia tidak pernah percaya pada dongeng-dongeng yang berkaitan dengan keajaiban; bahwa Peri Gigi datang mengambil gigi di bawah bantal lalu menukarnya dengan uang receh, bahwa Santalah yang memberinya beyblades keluaran terbaru pada malam natal, bahwa Kelinci Paskah mengecat telur dengan warna-warna konyol kemudian menyembunyikannya di setiap sudut tempat. Sebaliknya, dia beranggapan ada monster berbulu lebat dengan tangan panjang bersembunyi di kolong tempat tidurnya, ada Slenderman di depan jendela sedang mengintip pada malam yang gelap gulita, ada alien yang melintasi kota, ada Godzilla sedang berhibernasi dan akan bangkit menyerang dunia. Dibanding anak perempuan, anak laki-laki memiliki kecenderungan untuk percaya pada kemungkinan paling buruk daripada membuat harapan semu.

Saat usianya tujuh tahun, ada kasus penculikkan anak di kotanya. Seorang anak bernama Kabuto hilang dan ditemukan dalam keadaan terpisah. Yap, terpisah seperti robot gundam yang belum dirakit. Ibunya yang begitu khawatir, memperingatinya untuk berhati-hati. Tidak ada penjelasan kenapa dia diharuskan untuk lebih waspada, sebab ibunya takut mempengaruhi kondisi psikologis Sasuke. Sasuke sendiri bukan tipe anak yang penurut, jadi bukan hal yang mengejutkan kalau dia menghiraukan peringatan ibunya.

Sasuke pergi bermain game di rumah Naruto setelah sekolah berakhir. Game tentu saja telah membuatnya lupa waktu dan lupa mengabari ibunya. Sewaktu dia pulang, ibunya sudah bersimbah airmata dan ayahnya menyambutnya dengan kemurkaan. Mereka kemudian menceritakan soal Kabuto lengkap dengan detail-detailnya. Cara tersebut cukup ampuh membuat Sasuke selalu pulang tepat waktu selama tiga bulan lamanya.

Rasa takut selalu menang, menenggelamkanmu dalam kecemasan sehingga mereka akan mempengaruhi cara berpikir dan caramu mengambil keputusan. Latar belakang keluarganya juga membuatnya selalu berpikir logis, membuatnya memandang pada setiap kemungkian paling buruk yang mungkin akan dia terima, agar di kemudian hari dia sudah siap menghadapinya.

"Aku tidak akan mengatakannya," ujar Sasuke mantap. Kehilangan Sakura jauh lebih menyakitkan daripada menghadapi kemarahannya.

Naruto menghela napas, dia tidak bisa menyalahkan keputusan sahabatnya itu. Sepanjang dia hidup bersama si berengsek ini, yang artinya seumur hidupnya, baru kali Sasuke benar-benar mencintai seseorang sebegini dalamnya.

"Terus bagaimana? Kita semua tahu Sakura sudah tahu. Dan dia ditakuti bukan hanya karena kemampuannya atau latar belakangnya. Sakura ditakuti karena tekadnya. Sekali dia menentukan target pencapaian, dia akan mendapatkannya. Sekarang dia bertekad menghancurkan kita semua, maka dia akan melakukannya. Memangnya kita bisa bertahan sampai sejauh itu?" Celoteh Suigetsu sembari menatap tragis pakaian dalam Karin yang masih terpampang di dinding kafetaria.

"Tentu saja kalian harus bertahan!" kata Sasuke mutlak. Semuanya tahu, membantah Sasuke juga akan berakibat fatal. Teman-temannya lupa, sebelum Sakura, sosok menakutkan lainnya adalah Uchiha. Mereka hanya sedang sial karena terjebak di antara mereka berdua.

"Shikamaru, apa yang harus kita lakukan?" tanya Naruto.

Shikamaru yang sedari tadi mengabaikan keributan di kafetaria kini dipaksa ikut dalam percakapan juga. "Apanya?" Gumamnya masih dengan mata tertutup dan kepala tertelungkup di atas meja.

𝐭𝐨𝐦𝐨𝐫𝐫𝐨𝐰, 𝐚𝐭 𝐬𝐮𝐧𝐫𝐢𝐬𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang