oOo
Disclaimer
Naruto © Masashi Kishimoto
.
tomorrow, at sunrise...
oleh oreoivory
oOo
Sasuke mendongak menatap Sakura dengan putus asa. "Aku dan Karin, itu tidak disengaja. Aku mabuk," katanya. "Walaupun perkara mabuk juga bukan hal benar dan dapat membenarkan situasi yang telah terjadi. Tapi sungguh aku tidak berniat melakukannya. Aku ingin kau tahu, aku mencintaimu."
Sakura balas menatap Sasuke dengan ekspresi datar, tidak banyak emosi yang ditunjukan olehnya saat ini. "Untuk saat ini, bukan itu yang ingin aku dengar. Lagipula, aku sudah tahu semuanya sejak awal."
"Aku sungguh mencintaimu. Sakura, kumohon!" Sasuke meratap dengan kekalahan telak.
"Kenapa? Kenapa kau tidak memberi tahuku yang sebenarnya? Aku sudah memberimu banyak waktu. Kau juga sudah pasti tahu jika aku mengetahui kebenarannya, tapi baru sekarang kau mengatakannya. Apa aku harus selalu bertindak sebagai jaksa penuntut umum lebih dulu agar kau mengatakan semuanya?"
Sasuke akan membuka suara lagi, Sasuke akan memohon lagi, Sasuke akan mengemis permintaan maafnya Sakura, tapi Sakura menghentikannya sebelum berbicara. "Kau tahu kenapa aku berpacaran denganmu? Karena kupikir kau akan berbeda. Tidak seperti semua orang yang selalu takut padaku."
"Sakura, aku–"
"Tolong, biarkan aku bicara lebih dulu," kata Sakura dingin. "Kau tahu kalau Karin dulu adalah sahabatku?"
Sasuke tentu terkejut. Ini fakta batu yang cukup mencengangkan. Pasalnya Karin dan Sakura seperti Korea Utara dan Korea Selatan. Seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet. Seperti Barcelona dan Real Madrid. Seperti paracetamol dan alkohol. Mereka tidak akan pernah bisa dibayangkan dalam satu kesatuan.
Sasuke mematung, dia takut menanggapi. Takut membuat kesalahan dan membuat persentase dosa-dosanya semakin bertambah dan tidak lagi terampuni. Dia putuskan untuk menggelengkan kepala saja dan membiarkan Sakura melanjutkan pembicaraannya.
"Dari sekian banyak orang, Ino dan Karin yang bisa melihatku sebagai Sakura. Bukan sebagai anak paling pintar di sekolah. Bukan pula sebagai anak yang harus diwaspadai. Mereka melihatku sebagai manusia yang bisa melakukan kesalahan. Karena itu mereka tidak pernah takut mengatakan segalanya padaku meskipun itu akan membuatku marah. Karena kami berteman, karena kami pasti akan kembali bersama lagi dan saling memaafkan." Kali ini, ada kesedihan dalam suaranya, ada yang retak dalam emosinya.
Sasuke sudah melihat Sakura dari berbagai macam sisi. Tegas, kuat, penuh tekad, baik, lucu dan sisi-sisi positif lainnya, tapi Sasuke belum pernah melihat yang ini. Sasuke benci melihatnya begini. Dan dia lebih benci kepada dirinya sendiri karena dialah yang membuat Sakura jadi seperti ini; pecah berkeping-keping dan terserak.
Sasuke mengerjap, seperti dia baru saja menyadari sesuatu. Sekarang dia mulai paham ke mana arah pembicaraannya dengan Sakura. Sasuke bangkit berdiri, mensejajarkan dirinya dengan Sakura, meraih kedalaman mata kekasihnya. Dia ingin Sakura melihatnya, dirinya yang sesungguhnya, benaknya yang selama ini selalu dia sembunyikan.
"Aku takut sekali. Duniamu sangat jauh berbeda denganku. Seperti jika aku melakukan sebuah kesalahan sepele saja aku bisa digantikan. Kau tahu? Aku selalu bepikir kau akan meninggalkanku kapan saja, saat kau menyadari bahwa aku tidak pernah sepadan denganmu. Karena itu, setiap saat aku selalu berhati-hati saat bersamamu. Aku menyembunyikan segalanya, karena aku ingin terlihat sempurna sepertimu. Aku ingin kau merasa pantas saat bersamaku.
"Malam itu, aku melakukan kesalahan juga. Kesalahan yang benar-benar tidak akan mungkin kaumaafkan, bukan sekedar kesalahan remeh. Aku takut sekali. Aku takut kehilangan kau. Apalagi saat aku tahu bahwa kau tahu, dan ketika kau mengirimkan pesan itu. Setiap malam berganti, dan hari berakhir menjadi esok, aku semakin takut karena itu bisa menjadi yang terakhir antara kau dan aku. Aku terus menghitung esok, dan terus memendam segalanya hanya untuk mengulur waktu, bahwa aku bisa bersamamu sedikit lebih lama sampai esok menyambutku lagi. Aku mencintaimu, Sakura. Aku sangat mencintaimu."
"Wow," Sakura sekarang yang merasa terkejut. "Itu sangat... aku tidak tahu kalau kau bisa mengatakan sesuatu yang seperti itu."
Sasuke meraih Sakura, tangannya dengan lembut mengusap pipinya. "Untukmu, aku selalu bisa melakukan apa saja." Tangan Sasuke sekarang menyelip di antara leher dan rambutnya yang terurai. "Aku tidak takut kepadamu, aku hanya takut kehilanganmu. Kau benar, kesempurnaanmu sangat mengintimidasi dan membuat siapa saja pasti merasa buruk saat bersamamu. Aku tidak bisa berbohong, bahwa aku juga merasakan hal yang sama. Tapi, aku mencoba menyingkirkan segala omong kosong itu, menghadapi ketakutanku hanya untuk bersamamu. Aku bahkan tidak pergi saat tahu pacarku seorang psikopat karena aku benar-benar cinta setengah mati kepadanya. Ralat, aku cinta seumur hidup kepadanya, sehingga aku bahkan rela maju ke barisan regu tembak dan menyerahkan kehidupanku di tangannya."
"Yang itu terlalu berlebihan, kau saja hampir terkena serangan panik waktu aku hampir menembakmu." Sakura menyeringai. "Dan aku bukan psikopat."
"Kurasa kau tadi baru saja mengakui kalau kau hampir menembakku. Dan kau baru saja meledakkan pekarangan Bibi Kushina. Bukankah itu ciri-ciri psikopat, huh?"
"Setiap tentara perang dunia ke dua yang menembak musuh dan meledakkan markas lawan tidak disebut psikopat. Mereka disebut pahlawan untuk negara yang membuat mereka menjadi pembunuh brutal." Sakura mengerlingkan matanya menantang, gesturnya saat memiliki poin bagus untuk mendebat seseorang.
"Aku tidak akan bisa menang melawanmu, Sayang. Jadi... apakah kita sudah berbaikan? Apa kita masih pacaran?"
Sakura melepaskan tangan Sasuke yang berada di lehernya dengan anggun. Dia melangkah mundur. Tangannya melepaskan pengait branya, kemudian bergerak menurukan tali branya melewati tangan. "Aku benci bikini wanita jalang itu." Sakura melempar branya ke sudut ruangan.
Sasuke megalihkan pandangannya, berusaha tidak menatap payudara Sakura yang terbuka. Kekasihnya itu masih berupa enigma. Bertindak sesuka hati dan melompat kemana saja dia mau. Dia tidak bisa membuat kesalahan lagi. Dia berjalan melewati Sakura, mengambil selimut untuk menutupi kulit Sakura.
Sakura mengernyitkan alisnya. "Apa yang kau lakukan?"
"Uhm, supaya kau tidak kedinginan?"
"Bukankah tadi kau bertanya apakah kita masih menjalin hubungan? Aku sedang menjawabmu dengan tindakan."
Sasuke sama sekali tidak tahu apa maksud Sakura. Dia akan bertanya lagi sebelum Sakura menciumnya. Sakura menjatuhkan selimut di bawah kaki mereka. Tangannya melingkari Sasuke, menariknya ke dalam pelukan. Sasuke tersentak, napasnya kembali memburu.
"Ayo kita lanjutkan hal yang sempat tertunda," gumam Sakura di tengah ciumannya. "Jadikan aku milikmu dan kau tidak perlu takut kehilangan aku lagi."
Sasuke mengerang frustrasi berusaha mengendalikan diri, namun dia sedang berhadapan dengan Sakura dan dia tidak akan menang melawannya. Sasuke membalas ciuman-ciuman Sakura tak kalah antusias. Dia biarkan tangannya mengembara, merasakan bahwa dia ada dan dia adalah miliknya.
Malam ini Sakura adalah miliknya dan setelah beberapa malam yang telah dia lewati, dia tidak lagi memikirkan hari esok. Kenikmatan membutakannya dari segala macam kemungkinan yang akan terjadi. Membuatnya lupa bahwa Sakura masihlah Sakura yang penuh enigma.
oOo
~bersambung.
oOo
Catatan Penulis : Hola, lama tak berjumpa. Aku berikan 3 update sekaligus sebagai penebusan dosa haha XD. Seperti biasa, kritik dan saran selalu dibutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐭𝐨𝐦𝐨𝐫𝐫𝐨𝐰, 𝐚𝐭 𝐬𝐮𝐧𝐫𝐢𝐬𝐞
FanfictionSetelah peristiwa minggu pagi itu, hidup Sasuke tak lagi sama.