Tinggalkan vote dan koment!
Happy reading...
Cekrek...
Cekrek...
Cekrek..."Oke sampai disini pemoteretan kita kali ini."ucap mas Lio mengakhiri pemotretan sore ini.
"Kerja bagus, Mila!"Mas Lio, sang fotografer. mengacungkan kedua jempolnya untuk Mila.
"Ini semua juga berkat mas Lio yang bisa membuat aku cantik di majalah."ucap Mila merendah.
"Bisa aja kamu, Mil. Oh ya bagaimana kondisi kakak mu?"tanya Lio sambil membereskan kamera-kameranya.
"ya begitulah mas."jawab Mila sendu.
"Yang sabar, ya. Mas yakin Reta bakalan sembuh dari penyakitnya. Asal tetap berjuang, dan jangan menyerah."Lio mengusap punggung Mila tampak menguatkan Mila. Melihat Mila cukup terpukul dengan kondisi kakanya.
"Mila!"
"Mas Kevin!"Mila kaget dengan keberadaan suami dari kakaknya ada di tempat pemotretannya.
"Aku tinggal, ya."pamit Lio pada Mila dan Kevin.
"Mas kok disini! Kenapa tidak menjaga kak Reta!"Mila terlihat marah karena kakak iparnya meninggalkan Kak Reta di rumah sakit.
"Ada ayah dan ibu. Ayo ikut aku."Kevin menarik tangan Mila.
Mila mengikuti langkah besar Kevin menuju parkiran. Tatapan Mila juga terarah pada tangannya yang Kevin genggam. Ada rasa aneh yang dapat Mila rasakan dari genggaman kakak iparnya.
"Ada apa sih mas!"Mila gemas sendiri pasalnya Kevin tak membuka suara.
"Kakakmu, sedari tadi dia mencarimu, Mila. Aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi ponselmu."akhirnya Kevin membuka suara.
Mila memukul keningnya. Lalu merogoh hape di saku roknya.
Benar. Mas Kevin beberapa kali menelponnya saat ia melakukan sesi pemotretan yang tidak boleh sama sekali memegang ponsel."Maaf mas. Aku tadi sibuk."sesal Mila.
"Ayo."Kevin membuka pintu untuk Mila. Lalu menggandeng lagi tangan Mila.
"Kak."Mila masuk memeluk kakaknya yang terbaring lemas di atas brankar.
"Mila."Reta tersenyum menatap kedatangan Adiknya.
"Maaf ya, kak. Mila baru saja selesai pemotretan."jawab Mila memeluk kakanya.
"Kamu memang wanita pekerja keras, dek."Reta mengusap kepala Mila yang ada di atas dadanya.
Mila tersenyum. "kata mas, Kevin. Kak nyari aku?"Mila menegakkan tubuhnya mengusap tangan kakaknya.
"Ada yang mau kakak bicarakan Mil. Tentang mas Kevin dan Zheera."
"Ada apa dengan mereka kak?"tanya Mila bingung.
"Maukah kamu menjaga mereka untuk kakak, Mil?"
"Aku akan pasti akan menjaga Zheera dan mas Kevin saat kakak di rumah sakit."jawab Mila langsung digelengkan Reta. Bukan itu yang Reta maksud.
Mila mengernyitkan keningnya bingung.
"Maksud kakak, menikahlah dengan mas Kevin, jadilah istri buat mas Kevin dan ibu untuk Zheera. Jaga mereka buat kakak Mil. Kakak udah cape."ucap Reta sambil menangis.
"Kakak!"Mila berdiri tersentak dengan perkataan kakanya yang Mila anggap gila! untuk apa Mila menikahi mas Kevin bila nanti kakaknya pun sudah tiada Mila tidak akan pernah menikahi mas Kevin!
"Mila.."panggil kakaknya mencoba merahi tangan Mila.
"Gak! Mila gak akan menikahi mas Kevin sampai matipun Mila tidak akan menikahi suami kakak!"tangis Mila pecah.
"Hanya kamu yang kakak percaya, Mil. Kamu adik, kakak. Tidak ada perempuan yang pantas bersanding dengan mas Kevin selain kamu. Pleasee..!"Reta masih membujuk Mila.
Mila memeluk Reta. Terisak di pelukkan kakanya.
"Kenapa kakak harus menyerah. Kakak masih bisa sembuh, kak."isak Mila.
"Aku cape, Mil."jujur Reta.
Bukan Reta tidak ingin berjuang lebih lama. Tapi sudah 3 tahun Reta menderita kanker otak hingga kini Dokter tidak bisa berbuat apa-apa selain keajaiban dari yang diatas. Semua pengobatan sudah Reta jalani. Tapi tetap tidak ada hasil dan akhirnya Reta menyerah.
Ini semua takdir. Takdir, yang harus Reta hadapi dan harus Reta terima. Seberapa kuat Reta menangkis takdir yang di berikan Tuhan. Kalau namanya sudah takdir, tidak ada yang bisa mengubah takdir. Termaksud manusia sepintar dokter pun tak bisa mengubah takdir Reta saat ini.
Sekarang, Reta hanya tinggal menunggu ajalnya.
"Berjanjilah, Mil. Menikah dengan mas Kevin."ucap Reta lagi memastikan.
"Bagaimana dengan mas Kevin?"tanya Mila.
"Mas Kevin sudah setuju tinggal kamu saja."jawab Reta membuat Mila menggepalkan kedua tangannya menahan kekesalannya. Jadi Mas Kevin menyetujuinya? Berarti mas Kevin menginginkan kak Reta mati. Benar-benar lelaki sialan!
Mila mengguk pelan.
"Terimakasih, Mila. Terimakasih. Jagalah mereka untuk kakak."Reta kembali menangis, namun kali ini Reta menangis bahagia. Setidaknya kepergiannya, kedua orang yang Reta sayangi ada di tangan yang tepat, yaitu Mila adiknya.
TBC