Oh,Kelapa besar?

52 4 2
                                    


Selasa, 7 September 2016

06.05 am

"Nanti belajarnya yang serius" ucap mama padaku

"Iya, siap!"

"UTS kapan?" tanyanya

"Tengah bulan ini, Ma"

"Lah, tinggal semingguan lagi ya?"

"Iya, jangan lupa do'a supaya Stella bisa ngerjainnya ya, Ma?"

"Aduh, anak mama pakai ngingetin mama segala, emangnya mama udah keliatan tua banget ya sampai lupa do'a buat anaknya?"

"Ya engga gitu Ma, kan Stella udah bilang, Cuma ngingetin" sahut Stella mendatarkan ekspresi wajahnya

"iya-iya, udah gih berangkat, hati-hati di jalan"

"Oke"

"Oh iya, Stella!"

"Apa?"

"Tadi mama bawain kamu bekal mie, udah mama masukin tas, jangan lupa di makan, ntar kan kamu pulang agak sore"

"Hmm, oke mama, makasih ya..."

"Iya nak"

Aku segera menuntun sepeda roda duaku keluar dari pintu rumah, dan menggendong tas unguku yang berat ini, mungkin beratnya mencapai tiga kiloan, karena hari ini aku membawa banyak mata pelajaran untuk belajar nanti di sekolah. Sebenarnya pelajaran disekolah hari ini hanya tiga, akan tetapi aku sengaja membawa enam buku mata pelajaran untuk aku pelajari dan sekaligus sebagai persiapan menghadapi UTS (Ulangan Tengah Semester) yang akan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan ini. Tentunya aku harus mempersiapkannya dengan matang, agar nilaiku tidak kalah dengan laki-laki itu (Regi) meskipun dia baru tahun ini di kelas unggulan, tapi di kelas sebelumnya dia merupakan bintang kelas, tentunya aku tidak akan mempermalukan diriku sendiri apabila kalah bersaing dengannya.


Aku melirik jam tanganku, ternyata sudah pukul 06.12 (jam enam lebih dia belas menit), aku segera menginjak pedalku dan mengayuh sepeda oren ku ke sekolah. Pagi ini aku semangat sekali, entah mengapa aku ingin segera sampai ke sekolah, jadi aku mengayuh pedal sepedaku dengan lebih cepat dan mirip seperti orang yang tergesa-gesa. Mungkin jika bisa di bayangkan, pagi ini aku mengayuh sepedaku seperti orang yang sedang di kejar anjing di siang bolong, eh pagi bolong, hehe.


Di sepanjang perjalanan, aku juga sempat berpapasan dengan beberapa teman lain kelasku, meskipun tidak tahu namanya, aku selalu menyapanya dengan sebuah kata; "Hai, duluan ya",ya sekedar untuk menambah kesan keakraban dan cerianya aku di pagi hari ini. Tak jarang mereka kaget saat melihatku menyapanya lalu menyalipnya dengan cepat, terkadang ekspresi mereka juga sangat lucu, ada yang kaget, ada yang hanya melihatku sambil tercengang, ada pula yang sudah tahu kebiasaanku yang memang suka berkendara dengan kecepatan yang lumayan tinggi ini, jadi mereka langsung tersenyum padaku, bahkan terkadang, tak jarang salah satu dari antara mereka mengajakku untuk balapan naik sepeda, pemenangnya adalah yang sampai terlebih dahulu di gerbang sekolah tentunya.


Pagi ini tak jauh berbeda, hanya saja kali ini sedang tidak ada teman yang mengajakku untuk balapan sepeda untuk sampai ke gerbang sekolah terlebih dahulu, namun itu bukan masalah. Setelah setengah perjalanan menuju sekolah, aku mencoba untuk menengok kearah belakang, barangkali ada temanku atau mungkin guru yang sedang berkendara di belakangku?

"Hmm, ga ada siapa-siapa ternyata" ucapku pelan yang mungkin hanya terdengar oleh angin yang berhembus pagi ini.

Aku segera mengayuh sepedaku lagi, tapi kali ini berat, karena jalannya menanjak, meskipun tidak terlalu, tapi cukup naik sih, jadi aku mengayuhnya agak cepat agar tidak terpeleset dan tertarik kebelakang lagi. Dengan cepat, aku mengayuhnya, dan dalam waktu bersamaan seorang laki-laki bertopi biru tua yang bertuliskan nama sekolahku itu menyalib sepeda orenku. Aku tidak sempat melihat wajahnya, hanya dapat melihat punggungnya setelah sepedaku dengannya berjarak sekitar tiga meteran.Lalu yang perlahan terlihat adalah postur tubuhnya dan tas yang di gendongnya itu, tak lupa topi dan sepeda warna biru itu. Dia siapa? Sepertinya dari postur tubuhnya aku bisa mengenalinya, postur tubuh kurus dan tinggi itu... Oh iya, Regi. Wah, ternyata dia cepat juga ya? Padahal tadi sebelum aku mengayuh sepedaku melewati jalan yang menanjak, aku menengok ke belakang terlebih dahulu, dan hasilnya tidak ada teman ataupun orang satupun. Namun, dalam beberapa detik saja, dia sudah berhasil berada di depanku. Iya, dia menyalipku. Setelah menyalipku dia tidak mengayuh sepedanya dengan kencang lagi, tapi kayuhannya lembut, lembut sekali, aku bisa memperhatikan sepasang sepatu hitamnya yang mendorong pedal sepedanya dengan pelan dan lembut sekali. Seketika, aku tak berniat untuk menyalipnya, kemudian aku mengerem sepedaku perlahan-lahan agar kecepatannya mulai berkurang. Entah mengapa, aku benar-benar tidak berniat untuk mendahuluinya sama sekali, yang ku tahu, aku hanya ingin memperhatikannya seperti ini, dia terlihat softly pagi ini, aku suka dengan tampilannya, dan aku hanya ingin berada di belakangnya sambil memperhatikannya seperti ini, titik.

Ambil dan bawa hatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang