Sabtu, 17 september 2016
Hari ini hari terakhir mendengar tawanya, ya sepertinya sih begitu, dua hari lagi sudah UTS. Dan pastinya aku akan lebih fokus dengan materi pelajaran, mengurangi segala yang dapat menyebabkan nilaiku menurun, dan pekerjaanku masih tetap sama, belajar.
Regi, laki-laki itu, dan UTS ku, benar-benar dua hal yang tidak dapat kupilih, sama-sama pentingnya, iya. Aku benar-benar harus berpikir matang mengenai keduanya, aku masih ingin bercanda dengan Regi tanpa mengurangi hasil nilai UTS ku nantinya. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk berangkat sekolah lebih pagi hari ini untuk menikmati kebersamaan terakhirku sebelum UTS._-"
Aku segera menggendong tas unguku di pundakku, dan menuntun sepeda ku melewati pintu rumah. Kebetulan, pagi ini mama sudah pergi ke pasar, jadi tadi sebelum berangkat aku sudah berpamitan bahwa hari ini tidak ada pelajaran, mungkin pulang pagi, karena hari Senin UTS, jadi sekolahku mengadakan kegiatan bersih-bersih kelas. Mama hanya tersenyum mendengarku mengatakannya dengan senang, ahh biasa saja, anak mana yang tidak senang kalau pulang pagi? Hehe
Kayuhan yang cepat? Tentu! aku bersemangat sekali pagi ini. Aku tidak mau menyia-nyiakan hari terakhirku untuk bersenang-senang sebelum akhirnya harus di ikat belajar karena UTS ini, Hehehe.
Kurang lima belas meter lagi aku sampai di gerbang sekolah. Yups, aku senang, akhirnya setelah agak lelah mengayuh sepedaku, akhirnya sampai juga.
"Jangan Nyelip!", seorang laki-laki menyalipku
Aku hanya menenggoknya dan mengernyitkan dahiku
Aku mengenali suaranya, suara itu familiar sekali di telingaku, mulai dari badannya yang kurus tinggi dan udah kayak jerapah itu. Siapa lagi coba kalo bukan Regi? Iya, Regi, Huhuhu.
Aku langsung menancap gas, tak mau kalah dengannya. Yups, aku kan juga suka balapan, hehe.
"Awas!" ucapku
"Ga!", tepisnya sambil mengayuh sepeda birunya dengan lebih cepat
"Ihhh, kan aku duluan!!!!", rengekku kesal tak mau di kalahkan
"Bye!" ucapnya singkat dan bergegas mendahuluiku
"Ihh, Dasar cowo! Mau menangnya aja!", maki ku pelan
Sesampai di parkiran, aku langsung mengekori Regi, aku masih tidak ikhlas dia menyalipku begitu saja. Pokoknya kali ini aku harus sampai dan menginjakkan kakiku di kelas , sebelum dia menginjakkan kakinya, Huft!
Tap! Tap! Tap! suara langkah kakinya dan kakiku
Selangkah lagi aku sampai, yakkk!
"Aku duluan!", ucapku sambil melihat kaki kanannya yang ingin masuk ke pintu kelas
"Gue duluan njir!", bantahnya
"Aku!"
"Hmm", lalu dia mengernyitkan dahinya sebentar
"Apa? Awas aku mau masuk"
"Gue duluan!", Regi menegaskan
"Tapi kan aku yang duluan nginjak kaki di pintu kelas", aku menegaskan juga
"Terus? Elo ga liat kaki gue? Lo pikir ini kaki kanan gue ga nginjek?", tanyanya geram
"Aku juga!"
"Ribet!", ucapnya singkat lalu menyerobot masuk duluan
"Ihh, nyebelin banget sih! Kan aku duluannnnn", ocehku marah-marah
"Yee Anjir, ngotot banget jadi cewek!",sahutnya kesal
"Yauda, terserah aku!", aku membuang muka
Aku segera meletakkan tas ku di bangku ku dan melihat bangku bangku kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambil dan bawa hatiku
Roman d'amourTerkadang cinta sepihak memang terasa menyayat hati, mengoyak rasa dalam dada,yang kian berbekas luka.Namun,entah mengapa?Dalam relung hati terdalam sejujurnya masih tak rela mengikhlaskanmu sepenuhnya.