Siang itu, semilir angin menyambut kedatanganku dan Arsen dirooftop sekolah. Arsen memintaku untuk menemaninya makan siang. Ini untuk pertama kalinya, aku membawa sekotak Tupperware berisi makanan empat sehat, lima sempurna. Beserta satu botol susu kotak murni.Ini semua permintaan Arsen. Padahal, aku tidak bisa masak. Tapi, Arsen memintaku untuk membawakan makan siang, murni dari hasil masakkanku. Bahkan, saking was-wasnya, aku sudah menyiapkan satu tablet obat sakit perut. Khawatir nantinya perut Arsen alergi dengan masakkan yang kubuat.
Sebelum menyantap makanannya, Arsen menatapku terlebih dulu.
"Kalau dari awal tau nggak bisa bersama, kenapa masih aja nyoba?"
Pertanyaan itu terlontar dari mulut Arsen. Aku tersentak. Bingung, tidak tahu harus menjawab apa. Aku yakin, dirinya ingin membahas masa laluku.
"Biar nggak penasaran," balasku.
Kedua alis Arsen bertautan, wajahnya terpampang keheranan penuh tanda tanya. "Bukannya sama aja? Sama-sama bikin sakit hati ujungnya."
"Beda. Biar nggak berhasil pun, kalau udah nyoba, rasanya jadi sedikit lebih lega. Daripada punya kesempatan, tapi tetep nggak mau nyoba karena takut kecewa. Jauh lebih sakit yang kayak gitu, kan?" tukasku.
Arsen diam sejenak, mencerna ucapanku. "Terus, kalau gue penasaran tetep mau nyoba sama lo, gimana?"
"Ya, nggak gimana-gimana. Tapi kayaknya sih tetep percuma," ucapku penuh keyakinan.
"Kenapa?"
"Karena lo nggak serius. Karena lo juga cuman penasaran." Aku menyergah ucapan Arsen. Aku sangat yakin jika dirinya tidak serius mengatakan itu.
"Penasaran bikin lo jatuh cinta sama gue sih, kayaknya iya." Arsen tersenyum.
Because it's you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape (COMPLETED)
Teen FictionKarenamu, semua aksara ini lahir. Bagiku, cerita ini bukan lagi fatamorgana atau ilusi. Melainkan kamu, yang akan kuabadikan dalam sebuah buku. Yang kuingat, masih akan tetap ada. Binar matamu yang menenangkan. Senyummu yang menularkan bahagia. Bahk...