Sore tadi aku diantar oleh Arsen. Cowok itu tidak membiarkanku pulang sendirian. Pertama dia was-was dengan Fika yang bisa kapan saja menghabisiku, kedua karena kondisi fisikku yang belum sembuh total. Ditambah lagi karena masalah tadi siang, bukannya membaik malah semakin drop.
Mengunyah camilan sambil bermalas-malasaan ditempat tidur adalah sarana yang pas untuk manusia sepertiku. Ditambah lagi dengan menonton film-film bucin di Iflix. Aku tidak ingin beranjak kemana-mana.
Seseorang masuk kedalam kamarku dengan beberapa camilan dikantong plastiknya. Siapa lagi kalau bukan Zahwa? Dia baru selesai berbelanja diminimarket. Katanya mumpung besok hari libur, cewek itu berniat untuk menginap dirumahku.
"Wih, banyak juga!" Mataku berbinar melihat tumpukkan snack yang berjejer diatas kasur.
"Makan sesuka lo," titah Zahwa.
"Makasih, Wawa!" Aku memeluk Zahwa erat, hingga membuat cewek itu mengeram kesakitan.
"Don't touch me." Zahwa melirikku dengan ekspresi datarnya, aku pun kembali ke posisi semula.
Aku dan Zahwa langsung menghantam camilan itu. Dia memang sahabat paling pengertian, disaat seperti ini, dia selalu menyempatkan waktunya untuk menemaniku. Tidak peduli jika banyak orang yang memusuhiku. Lebih baik memiliki satu teman tapi selalu ada, daripada memiliki puluhan teman yang hanya datang disaat butuh saja.
"Eh, gue masih gak nyangka, jir. Si Fika udah ilang otak kali, ya?" cetus Zahwa.
"Gue juga ketakutan, hampir aja gue mati."
"Untung ada Babang Arsen. Gila sih, gue sampe terkagum-kagum sama dia. Yakin abis ini si Fika bakal jera." Zahwa menggeleng, ia masih tidak percaya dengan apa yang di tontonnya tadi siang.
"Semoga aja, gue juga gak tau kenapa dia bisa tiba-tiba masuk ruang BK, dan gue gak tau siapa yang udah laporin kasus ini ke Guru." Aku mengedikkan bahu.
"Oh, iya. Soal kasus ini, Yuma yang ngadu ke Pak Devan."
"Serius?" Mataku membulat. Zahwa hanya mengangguk.
"Lo harus berterima kasih sama dia, tapi diem-diem aja. Jangan sampe Mira sama babu-babunya itu tau, ya."
Aku mengangguk paham, "Tapi kasian Fika sih, dipermaluin sama Arsen depan umum."
"Ngapain dikasianin? Toh, itu setimpal sama apa yang dia lakuin ke lo," tukas Zahwa. Aku hanya berdehem, perkataan cewek itu memang ada benarnya juga.
Ponselku berbunyi nyaring mengisi keheningan malam ini. Kedua mataku mengerjap, ada satu panggilan masuk dari pemilik bernama Arsen.
"Halo?"
"Sayang, besok kan libur. Kita holiday, kuy!" ucap seseorang dari seberang telepon.
"Kemana?"
"Hatimu," balas cowok itu seraya tertawa kecil.
"Gak jelas."
"Udah, ikut aja."
"Ada Zahwa, gue gak mungkin ninggalin dia."
"Dia ngapain?"
"Nginep,"
"Ajak aja, si Arkan nganggur motornya."
"Serius?"
"Iya, sayangku."
"Yaudah deh, nanti gue ajak."
"Oke sayang, sun jauh dulu. Mwahh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape (COMPLETED)
JugendliteraturKarenamu, semua aksara ini lahir. Bagiku, cerita ini bukan lagi fatamorgana atau ilusi. Melainkan kamu, yang akan kuabadikan dalam sebuah buku. Yang kuingat, masih akan tetap ada. Binar matamu yang menenangkan. Senyummu yang menularkan bahagia. Bahk...