10.•Kelas baru•

54 12 37
                                    

Mungkin saat ini, sudah waktunya aku menyerah untuk selalu ada disekitarmu. Semoga, aku akan benar-benar lega karena kita telah berjarak.

Aku melangkah terburu-buru dikoridor sekolah. Arlojiku hampir menunjukkan pukul tujuh pagi, keringat dingin sudah membanjiri keningku, khawatir akan kena hukuman karena telat masuk kelas. Tadi pagi, aku bangun terlambat karena semalam tidak enak badan.

Nafasku ngos-ngossan saat sampai diambang pintu kelas IPS 3. Kulihat Zahwa sudah ada didalam, tumben sekali orang itu datang lebih awal dariku. Zahwa melirik kearahku dan segera menghampiriku.

"Tumben telat?" tanya Zahwa.

"Kesiangan,"

"Yok, masuk." Zahwa mengajakku masuk kekelasnya.

"Malu," tolakku dengan halus.

"Biasa malu-maluin. Cepet." Lagi, cewek itu menarik tanganku dan mempersilahkanku duduk dibangku paling depan.

Seluruh penghuni dalam kelas melirik ke arahku. Aku menyapa mereka dengan seulas senyum tipis yang diiringi sebuah anggukan. Ada beberapa anak perempuan yang menatapku sinis, aku memakluminya, mungkin karena belum saling mengenal. Namun, aku mencoba bersikap baik pada mereka.

Beberapa murid cowok mulai berdatangan kemejaku, sebagian dari mereka ada yang mengajak berkenalan. Sebagiannya lagi ada yang sudah kenal denganku.

"Wah, anak tetangga pindah kemari," cibir Angga yang sudah mengenalku sejak pertama kali masuk sekolah.

Aku hanya tersenyum menanggapi celotehan mereka, sampai akhirnya Pak Devan masuk kekelas.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Devan.

"Pagi, Pak," sahut penghuni kelas IPS 3 serempak

"Hari ini kita kedatangan kawan baru, silahkan perkenalkan diri kamu," titah Pak Devan.

Aku melangkah kedepan kelas, kedua kakiku gemetar. Aku sedikit gugup, rasanya seperti baru pertama kali masuk sekolah. Aku mencoba untuk menetralkan nafas dan mulai memperkenalkan diri.

"Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Nadhifa Zerin Luzitania. Saya pindahan dari kelas IPS 2." Aku tersenyum kikuk.

"Baik, silahkan duduk kembali."

Aku kembali duduk ditempatku tanpa teman sebangku, karena Zahwa duduk dibelakang bersama Fika. Setelah mengisi beberapa jam pelajaran. Akhirnya aku bisa beradaptasi dengan lingkunan baruku, begitu juga dengan teman-teman yang lain. Aku senang mereka bisa menerima dan berteman baik denganku.

Kulihat Zahwa dan Fika tidak banyak mengobrol hari ini. Tidak seperti kemarin-kemarin saat Fika masih gabung bersama dikantin. Cewek itu hendak lewat disampingku, aku berniat untuk menyapanya karena hari kami menjadi teman sekelas.

"Hai, Fik! Apa kabar? Sekarang kita satu kelas, lho." Aku menepuk sebelah pundak Fika.

"Hehe... iya." Fika hanya tersenyum tipis lalu melengos keluar kelas begitu saja.

"Dia kenapa?" Kedua alisku bertautan.

"Berubah banget, kan?" tanya Zahwa yang sedari tadi memperhatikanku.

Aku mengangguk, ternyata benar apa yang Zahwa bilang saat itu, kalau Fika sudah berubah dan tidak bersamanya lagi. Aku menepuk pundak Zahwa, mencoba membuatnya tidak sedih. Dia pun mengedikkan bahu dan merangkulku.

"Emang temen gue yang setia cuman lo doang." Zahwa tersenyum miring lalu menyeretku keluar kelas.

Hari ini, aku ingin memulai lembaran baru dikelas yang baru. Bisa dibilang ini memang konyol, hanya sekedar pindah kelas masih membuatku bertemu dengan Gara walau tidak setiap jam. Zahwa bilang, percuma saja aku pindah kelas, karena masih satu lingkungan dengan cowok itu.

Sweet Escape (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang