Akan selalu ada satu yang membuatku benar-benar merasa hidup. Akan selalu ada yang datang dihidupku lalu pergi. Pilihan-pilihan itu akan membuat terluka. Namun semoga, pilihan untuk pergi menjauh tidak pernah membuatku kehilangan diri sendiri.
Aku kecewa pada diri sendiri, tidak menyangka bahwa semua ini harus kutanggung. Bukan hanya Gara saja yang menjauhiku, tapi Farsya, Fika, Sandi, dan teman-teman yang lain juga ikut menjaga jarak. Mereka menganggapku seperti anak kecil yang bisanya lari dari masalah.
Iya, aku memang pengecut. Aku juga egois Karena memikirkan perasaan sendiri tanpa memikirkan Farsya. Aku tahu dia pasti kesepian dikelas, tapi mau bagaimana lagi? Salahkah jika aku ingin menyembuhkan hati?
"Sayang, obatnya jangan lupa diminum," titah Mama padaku setelah selesai sarapan.
Aku hanya berdehem dan menuruti perintah beliau. Hari ini Papa berangkat lebih awal, jadi terpaksa aku harus naik ojek online. Setelah memakai sepatu, aku segera berpamitan pada Mama dan menunggangi ojol pesananku. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya aku sampai disekolah.
Saat diambang pintu, semua mata milirik kearahku. Kukira mereka akan melakukan sesuatu, atau mungkin melampiaskan kebenciannya padaku. Ternyata tidak, mereka malah menyapaku seraya tersenyum. Aku beruntung dan merasa lega berada dikelas baru. Kulihat Zahwa dan Fika juga belum datang.
"Nadhifa?" sapa Yuma padaku.
"Iya?" balasku. Yuma berjalan kearahku.
"Kalo dikelas ini, jangan malu-malu. Anggap aja udah kenal lama sama kita, lagian juga sebelumnya udah pernah saling ketemu kan? Cuman gak saling sapa aja," tutur Yuma seraya tersenyum.
"Iya, Nad. Kita semua nerima lo, kok." Sari turut nimbrung kemejaku.
Aku tersenyum ketika mereka senang dengan kehidaranku dikelas ini. Kelas yang kukira isinya cewek-cewek sinis, ternyata lebih baik dari kelasku sebelumnya.
"Makasih, ya. Gue seneng bisa temenan sama kalian." Aku menatap Yuma nanar.
"Santai aja." Yuma menepuk pundakku dan beranjak ke mejanya setelah melihat Zahwa datang.
Pagi ini, untuk kedua kalinya aku duduk tenang tanpa sosok Gara. Rasanya jauh lebih baik, dan sepertinya aku akan cepat move on. Hari ini juga Zahwa mulai duduk sebangku denganku, katanya dia sudah malas duduk dengan Fika, selalu jadi bahan contekkan.
Kali ini adalah pelajaran Sejarah, guru yang mengajar adalah Pak Gusri, dan aku sudah mengenal beliau saat masih dikelas IPS 2.
Pak Gusri membuat tugas kelompok, tiap satu kelompok diminta untuk membuat sebuah rangkuman tentang materi manusia dizaman Purba. Aku mendapat kelompok 4, bersama dengan Jafar, Goding, Ucup, dan Yuma. Berhubung dikelas ini jumlah siswinya hanya tiga belas orang, jadi tiap kelompok diisi oleh dua orang siwi.
Kulihat Zahwa satu kelompok dengan Fika, raut wajahnya berubah jadi masam. Sepertinya dia malas jika harus diperbudak Fika lagi.
"Asik, gue sekelompok sama anak baru nih," ucap Goding sambil menggeser bangkunya disebelahku.
"Gak usah ganjen lo, Ding." Yuma menggelepak pundak Goding hingga membuatnya meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape (COMPLETED)
Teen FictionKarenamu, semua aksara ini lahir. Bagiku, cerita ini bukan lagi fatamorgana atau ilusi. Melainkan kamu, yang akan kuabadikan dalam sebuah buku. Yang kuingat, masih akan tetap ada. Binar matamu yang menenangkan. Senyummu yang menularkan bahagia. Bahk...